🕵️♂️👩💻
Audrina masih mengeringkan rambut dengan handuk saat Ijal tengah sibuk berbicara di ponsel sejak tadi. Dengan santai, wanita itu lanjut memakai skincare supaya wajahnya tetap lembab.
Rambut setengah basah, wajah lelah, ditambah memakai baju tidur daster selutut polos warna hitam, Audrina bersiap tidur. Ia masih diam saja bahkan saat menyibak bedcover lalu merebahkan diri.
Ijal melirik sepintas namun kembali lanjut berbicara dengan rekan kerja.
"Nggak bisa. Kalau kalian terus kelihatan di sana mereka curiga. Berapa total yang dicuri tertuga pelaku?"
"Banyak, Jal, rumah acak-acakkan tapi memang penghuninya nggak diapa-apain dan ini udah laporan ke lima dua minggu ini."
Telah terjadi perampokan berseri di beberapa tempat. Incaran utama rumah mewah di kawasan elit dengan tingkat keamanan tinggi.
Petunjuk yang diberikan saksi tidak bisa terbukti karena pada akhirnya semua tampak rapi walaupun rumah korban acak-acakkan. TKP bersih dari jejak pencuri.
"Bisa kirim data keterangan saksi sekarang, gue coba pelajarin. Oh, sama daftar rumah yang dirampok. Gue coba petakan."
"Oke, Jal. Lo bawa laptop?"
"Bawa."
"Sampaikan ke Audrina, sorry suaminya cuti kerja masih diganggu, jangan berantem kalian ya. Kita semua tau ini momen kalian pas pulang nanti tau-tau Audrina hamil, tapi gimana lagi, kerjaan kita nggak kenal waktu, harus stand by terus."
Ijal tersenyum singkat, "Audrina ngerti, kok," tukas Ijal seraya melirik Audrina yang sudah terlelap dengan posisi memunggunginya.
Tanpa sadar jam sudah diangka tiga dini hari, Audrina membuka mata karena mencium harum kopi yang baru diseduh.
Ijal duduk di meja kecil bangku satu, di depannya terbuka layar laptop, ponsel dan tablet Ijal juga menyala. Ia seruput kopi dengan pandangan lurus ke layar laptop.
Audrina menghela napas panjang sejenak sesaat melihat jam dinding.
"Jal, nggak tidur?" Suara serak khas orang baru bangun tidur terdengar.
"Belum. Saya masih periksa hal penting."
"Kesehatan kamu juga penting, Jal."
Ijal meletakkan cangkir. Ia tatap Audria. "Ada kasus perampokan berseri selama dua minggu ini. Korban jiwa memang nggak ada tapi rumah berantkan, harta benda penting dicuri. Saya harus bantu penyidik supaya bisa cari pelakunya yang pasti satu kelompok." Tegas Ijal.
Audrina balas menatap lekat. "Oke, lanjut aja," sanggahnya santai. Audrina kembali terpejam, membiarkan Ijal melanjutkan pekerjaannya.
Beberapa jam terlewati, Audrina kembali terjaga. Dilihatnya matahari sudah hampir muncul. Ia langsung bergegas ke kamar mandi untuk sholat subuh. Dilihatnya Ijal terlelap masih memakai kain sarung. Tampaknya Ijal sudah sholat duluan.
Audrina membenarkan bedcover, ia selimuti Ijal supaya hangat kemudian Audrina mandi setelahnya turun untuk sarapan pagi.
Saat sarapan sendirian tanpa Ijal, Audrina memikirkan kapan ia akan bertemu dengan ayah kandungnya. Akan tetapi pikiran lain muncul. Ia tau harus apa dan kemana supaya semakin lengkap mendapatkan informasi tentang dirinya.
Kaki Audrina mengayun cepat menapaki jalanan di depan hotel. Tujuannya minimarket. Tas ransel kecil yang dibawanya ia isi perbekalan secukupnya. Setelah itu mengambil uang tunai tiga ratus ribu. Lanjut memesan ojol dengan tujuan terminal bis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Service (✔)
RomanceJadi intel itu berattt! Saking beratnya, seorang Ijal sampai harus diberhentikan dari kedinasan karena terlalu kasar dengan pelaku kriminal bahkan melupakan urusan pernikahan. Hingga suatu hari ia diminta berdinas kembali tapi dengan banyak syarat d...