6.Jealous

1.3K 81 3
                                    

Pandangan Bian kini fokus ke depan menyusuri jalanan Bandung. Sesampainya ia di villa ia bangunkan salsa untuk pindah tidur. Namun berulang kali ia bangunkan, salsa tak kunjung bangun, hanya menggeliat namun tak membuka matanya. Akhirnya Bian memutuskan mengangkat tubuh salsa untuk dipindahkan, sesampainya di kamar ia jatuhkan tubuh salsa perlahan, dia benarkan posisi hijabnya dan ia pakaikan selimut hingga bahu.

Setelah memastikan salsa tertidur pulas, Bian tidak langsung beranjak, ia duduk di pinggiran ranjang, ia pandangi lagi wajah pulas salsa, kali ini lebih dalam, di usapnya garis hijab salsa dan berhenti ke saat mendekati bibir ranum dan pink salsa, lalu usapannya berpindah ke bibir salsa, nafasnya mulai tak teratur ada gejolak dalam dirinya, wajahnya ia dekatkan ke wajah salsa, ia hirup wangi khas calon istrinya itu hingga bibir keduanya bersentuhan, dilumatnya bibir atas salsa lama, lalu berpindah ke bibir bawah tak ada balasan dari salsa membuat Bian makin leluasa. Lumatan dibibir salsa makin dalam bergantian atas dan bawah sungguh bian sudah dikuasai nafsunya, bian masih terus melumatnya hingga bibir salsa sedikit membengkak sambil tangannya mencari kenikmatan lain di bagian dada salsa. Geliat salsa mengembalikan kesadaran Bian, seketika ia berdiri dan mengusap wajahnya kasar, degup jantungnya masih belum normal. Segera ia meninggalkan kamar salsa sebelum ia tidak bisa mengontrol dirinya dan bertindak lebih jauh.

Bian menjatuhkan dirinya di Kasur empuknya, pandangannya terfokus ke langit langit kamar dengan pikiran melayang mengapa nafsunya selalu naik jika dekat salsa dan tangannya mengusap bibirnya berulang kali. "Manis".

***

Salsa terbangun dan merutuki dirinya karena bermimpi bibirnya bertaut dengan Bian, cepat cepat ia bangun dan menunaikan kewajibannya, salsa langsung menyiapkan dirinya untuk Bersiap balik ke Jakarta. Ia sudah menunggu Bian di sofa ruang tamu sambil memainkan gawainya. Sejam menunggu akhirnya Bian keluar dari kamarnya. Bian menjatuhkan dirinya disebelah salsa, ia sandarkan kepalanya ke kepala sofa lalu memejamkan matanya.

"Pak, mau berangkat jam berapa ya?" tanya salsa sambil menghadapkan tubuhnya ke arah Bian, namun segera ia luruskan kembali karena melihat bian mengingatkannya pada mimpi nikmatnya semalam (wkwkkw mimpi nikmat gak tuh?)

"Nunggu mba mba pada datang, selama disini kita baru ketemu hari pertama doang kan." jawab Bian masih dengan mata terpejam membuatnya tak menyadari tingkah salsa.

"Iya juga ya, Saya juga mau pamitan sama Galuh." celoteh salsa random.

"Galuh? temen lu?." mataa Bian seketika terbuka, pasalnya salsa tidak pernah keluar selain dengannya jdi bagaimana bisa dia mendapatkan teman tanpa sepengetahuan Bian.

"Iya teman saya, tuh dia." Tunjuk salsa ke Galuh yang sudah berada di pintu masuk.

"Eh non salsa Tuan Bian, Selamat pagi pak. Apa mau saya siapkan sarapan?" Tanya Galuh dengan penuh hormat

"Kamu teman dia? kok bisa kerja disini?" tanya Bian sambil berjalan menuju arah galuh.

"Eeeh engg enngga tuan, saya pelayan mana mungkin bisa berteman dengan non salsa. saya saja baru bertemu disini tuan."

"Saya yang anggap kamu teman Galuh, kamu kan pelayan untuk Bian, nah untuk saya kamu teman." Jawab salsa sambil mengelus bahu Galuh. Galuh lagi lagi dibuat terharu oleh salsa.

Lagi lagi Bian tertegun dengan perilaku salsa, ia yang sudah bolak balik ke villa tidak pernah mengenal pelayannya, namun salsa yang baru sekali sudah menjadikan pelayan sebagai temannya. wanita ini selain cantik juga punya attitude, Setiap wanita yang ia kenal selalu ingin di hormati, dilayani dan di agungkan, termasuk Reyza berbeda dengan salsa yang malah memperlakukan pelayan sebagai temannya.

Lose and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang