21. Negosiasi

1.2K 80 11
                                    

"Nay, naik motor aja ngehindarin macet. Mana kunci motor lu"

Salsa dan Naya saat ini membelah lautan ibukota menuju rumah sakit tempat aro dilarikan, salsa tentu penasaran akan kronologis dan penyebab terjadinya kecelakaan. Tapi, rasanya tak tega harus mewawancarai Naya di saat Naya gelisah memikirkan keadaan kekasihnya.

Setelah memarkirkan motornya Naya bergegas mencari Aro, ia menyusuri seluruh brankar rumah sakit berharap melihat sosok Aro. Salsa yang masih sibuk merapikan helm dan posisi motor tertinggal jauh oleh naya yang sedikit berlari, membuat salsa harus sedikit berlari lebih untuk menyusul sahabatnya itu.

"Aro, kamu ga papa kan. Mana yang luka? sakit ga? kamu butuh apa?" Naya adalah tipe cewek yang mothering sehingga hal seperti ini biasa untuk aro bahkan aro menyukainya.

"Ga papa sayang. tangannya aja yang harus di gips untuk sementara waktu. Jadi kamu harus rawat aku. Mobilnya yang kasian harus masuk bengkel" Aro adalah tipe penyayang barang sudah pasti dia akan lebih memikirkan mobilnya dibanding dirinya sendiri.

Di sudut kanan brankar bagian kepala Aro ada Bian yang sedari tadi menyaksikan kebucinan dua manusia tanpa sanggup berkata. Bian terlihat diam tanpa ada niatan menimpali, kalian ingat pertemuan awal Bian dan Naya akibat salsa yang hampir dilecehkan itulah yang membuat sikap Bian canggung terhadap Naya, terlebih Aro tidak pernah memperkenalkan Naya secara proper.

"Kamu sama siapa kesini?" Tanya Aro.

"Eh iya, anaknya mana ya? bentar aku nyari dia dulu ya ay" Pamit Naya pada Aro

"Lu bisa gak usah bucin depan gw?, trus lu gak ada niatan kenalin pacar lu ke gw? biar gw bisa nyahut kalau ngobrol. Kek kambing congek tau gak dari tadi ngelihatin lu bucin." Kesal Bian pada Aro yang seolah lupa pada Bian yang sudah membawanya ke IGD.

"Aelah, telpun aja si Reyza suruh datang ke sini, biar lu bisa bucin"

"Gw lagi berantem"

"Baguslah. Putus sih kalau sadar"

***

Naya menyusuri balik jalan kedatangannya tadi untuk mencari sosok salsa. Ia mendapati salsa lagi telungkup di brankar dengan betis yang siap menerima jahitan dari suster.

"Sal, lu kenapa?" Naya sedikit berteriak karena kaget.

"Eh gapapa nay, gapapa. Tadi jalan ke rumah lu betis gw kegores sesuatu, gw pikir gapapa. Pas gw masuk IGD susternya langsung bawa gw kesini darah gw berceceran katanya."

"Mba, mba salsa dapat 15 jahitan ya, ini lukanya cukup panjang dan dalam. Kalau bisa bed rest dulu ya mba." Betis kanan salsa robek sepanjang 15 cm saat ia berdiri dari duduknya di pantai tadi, sebab ujung atap asbes yang tergeletak asal sepertinya digunakan untuk material pembangunan disekitar pantai.

Naya membantu salsa untuk berdiri dan berjalan ke arah brankar Aro.

" Bjiir, lu kenapa sih sal ada ada aja"

"Gw gak sadar Minay, perihnya tuh kerasa pas susternya ngomong. Dari pantai ke rumah lu terus ke rs tuh gw gak ngerasain apa apa" Jelas Salsa

"Udah deh, jangan cemberut gitu" Salsa menangkup bibir naya yang mengerucut

"Eh iya Aro gimana?"

"Patah tangan, jadi tangannya harus di gips. Ada suami lu juga tuh"

"Ataga Nayaa, kenapa lu baru ngomong." Salsa yang berniat jaga jarak pada Bian merasa ketangkap basah, pasalnya saat naya memberitahu keberadaan Bian mereka sudah berada di depan Brankar membuat salsa tidak bisa menghindar.

"Ya maaf" Balas Naya lesu.

***

Salsa menahan perihnya saat ia harus berjalan beriringan dengan bian.

Lose and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang