28. Closure

1.3K 87 9
                                    

POV Bian
Sore itu setelah menghadiri pertunangan Aro, ku lihat Salsa dengan lancang mencoba mengangkat teleponku, belum sempat mendengarkan suara di ujung telpon dengan tergesa ku rebut sambil melempar tatapan tajam terhadapnya. Tubuhku terpaku, lalu kupeluk tubuh Salsa yang selalu berhasil membuatku nyaman dan kuat, kepalaku kutenggelamkan ke ceruk lehernya mencoba menghirup sebanyak mungkin harumnya yang menjadi favoritku sejak kuucapkan akad terhadapnya.

"Kita ke Rumah mama sekarang"

"Kerumah mama ?, ada apa ?"

HENING

Kukaitkan kunci helm untuk melindungi Wanitaku, bolehkah kusebut dia wanitaku sekarang?.

"Naik Motor?"

HENING

Pikiranku melayang, entah kata-kata yang bagaimana yang harus kukatakan pada Salsa terkait mama.

"Naik" kataku singkat, Ketika kulihat Salsa masih berdiri diam memandangku penuh tanya

Sejam perjalanan, beberapa kali ku rasakan cengkram kuat pada jacketku. Salsa takut pikirku, kutarik gas cukup dalam, degup jantung Salsa makin tidak teratur, kami harus cepat sampai, batinku.

Kutarik tuas Gas semakin dalam, Salsa memelukku erat , dada Salsa tak ada jarak dengan punggungku membuatku merinding.

"Bi, boleh pelan sedikit bawa motornya? Dingin"

"Bertahanlah, jangan Manja"

"Tapi..."

Tiga jam waktu perjalanan kutempuh dalam dua jam perjalanan. Rumah mama begitu ramai banyak orang orang-orang yang sudah lama tak ku jumpai, kerabat mama papa, rekan kerja, hingga keluarga jauh maupun dekat, sangat ramai. Teman-temanku juga sudah berkumpul depan pagar rumah mama.

Ku parkirkan motorku, turun, melepas helmku dan langsung berjalan menuju rumah, Salsa pasti akan mengekoriku, karena itulah yang dia lakukan selama ini.

Reyza, Wanita itu lari berhambur memelukku, entah sejak kapan dia sampai. Risih itulah yang kurasakan, beberapa kali ku coba lepaskan pelukannya, namun pelukannya makin erat, tak ada kekuatan lagi yang kumiliki, hingga kubiarkan dia memelukku berharap segera lepas.

Salsa masih berdiri disebelah motorku dengan kebingungan, bahkan belum melepas helm dikepalanya. Tangan kekar Dimas mencoba membantu melepas helmnya, tak akan kubiarkan langsung kutarik menghadapku, membantu melepas helmnya, dan menariknya masuk menuju rumah mama dengan tangannya dalam genggamanku.

"Kenapa tidak mengekoriku, seperti yang biasa kamu lakukan ? hmmm ?"

"hah.."

"Kamu kuat ya, tolong, karena aku butuh kamu untung menguatkanku" pintaku pada Salsa

"hah.."

Kutuntun dia hingga sampai di ruang keluarga rumah mama. Lututnya lemas, mataku melihat wajah pucat dan tubuh kaku mama yang terbaring dengan berselimutkan kain batik tepat ditengah ruang keluarga, ku rengkuh tubuh Salsa yang hamper jatuh.

"Mama pergi meninggalkan aku sal.." Lirihku

Tangis Salsa pecah, Siapapun yang mendengarnya pasti merasakan sakitnya.

"Mamaaa, banguun, Maaaa, mama janji gak akan ninggaalin salsa ma, kita mau liburan bareng ma. Kenapa mama ninggalin Salsa ma." Ku ciumi wajah mama, kupeluk tubuhnya dengan sisa tenagaku.

Kehilangan bagai kutukan untuk salsa, karena ia merasa semua yang ia sangat sayangi akan diambil dan ia akan kehilangan.

"Ma, salsa kehilangan lagi ma. Siapa yang akan jadi penguat salsa ma."

Lose and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang