51. Distance

947 86 8
                                    

Bian terdiam karena terkejut, membuat Reyza makin leluasa melumat bibir Bian dan masih berusaha menaikkan hasrat Bian, ia ambil tangan Bian lalu ia tempatkan ke dadanya, setelahnya ia tempatkan tangannya  di kedua sisi kepala Bian untuk ia tarik agar dapat melumat bibir pria itu lebih dalam.

Bian masih diam, pria mana yang tidak menikmati? belum juga mendapat balasan lumatan dan remasan di dadanya, Reyza turunkan tangannya bermaksud membangunkan Bian junior, ia remas Kejantanan Bian yang masih terbungkus celana. Bian menggila serangan serangan kenikmatan dari Reyza benar membuatnya Gila. Bian pegang Bahu Reyza lalu ia dorong dan ia hentakkan ke pinggiran meja.

Tangan Bian sudah mengudara bersiap menampar Reyza, namun tertahan mengingat Reyza adalah wanita sama seperti mama Rianti, Novia terlebih Salsa.

"Gw diam bukan berarti gw gak bisa kasar ya Rey, sekali lagi lu bertindak berani gw tampar ya lu."

"Gw gak pernah percaya seorang Bian bakal menamparku, aku tau kamu Bian, aku bahkan terlalu mengenalmu." Reyza memutarkan telunjuknya di seputaran puting kanan bian dari luar kemejanya.

"Aku juga yakin, kamu gak akan menolak kenikmatan kenikmatan yang bisa kita lakukan bersama. Aku siap Bi, bahkan sekarang pun aku siap." Reyza kembali berusaha mencapai bibir Bian.

Bian menghindar hingga kecupan itu mendarat di pipi Bian. Bian usap bibir dan pipinya kasar, ia ludahi wajah Reyza lalu Bian tarik lengan wanita itu kuat dan ia lempar keluar ruangannya hingga Reyza terjatuh duduk di depan pintu yang sudah kembali ditutup oleh Bian. Bian lelaki biasa, ia takut pertahanannya akan runtuh jika wanita itu lebih lama di dalam ruangannya.

Setelah kejadian itu Bian berusaha mencari segala bukti untuk menjatuhkan  Rahman dan Reyza ia tidak bisa terus membiarkan dua orang ini mempermainkan hidupnya. Setelah menceritakan semuanya ke Aro, Bian mencoba berbicara pada pak Yuditama yang terlalu lama vakum.

Ia berusaha membangkitkan kembali jiwa bisnis ayahnya yang sekarang lebih tertarik mengurus kebun bunga yang ditinggalkan istrinya.

***

"Pah, Bian boleh cerita?" ia lungsurkan gengsinya ia tak ingin mencipta sakit baru buat salsa, sikap Reyza yang makin berani sudah pasti akan menjadi sumber salah paham.

Yuditama tak bergeming ia masih sibuk membersihkan hama rumput pada tanaman tanaman indah yang berhasil tetap tumbuh, serta mengalirkan air untuk menyambung hidup para tanaman indah milik istrinya.

Bian tak peduli, ia akan tetap bercerita, mengeluarkan seluruh resahnya, kini tak ada lagi mamanya tempat ia menuangkan resah gelisah, walau tau mungkin tidak akan memberikan efek apapun ia akan tetap mencoba. Bian menceritakan semuanya sedari awal papanya mundur hingga tekanan yang diberikan rahman dan reyza padanya.

Benar saja dua jam berada dalam ruang tanam hanya ada pbicaraan satu arah tanpa ada umpan balik apalagi solusi dari pak Yuditama. Bian tak menyesal, paling tidak ayahnya itu tau update kehidupannya.

Bian pulang dengan penuh kemelut, tak bisa ia tutupi dari salsa, seberusaha apapun Bian istrinya itu bisa membaca kegelisahannya. Dari wajah Bian salsa bisa melihat tekanan seperti apa yang sudah diberikan Rahman dan Reyza pada suaminya.

Salsa memeluk suaminya tanpa kata hanya ingin menyalurkan ketenangan. Setelah 5 menit Salsa melonggarkan pelukannya lalu memandangi wajah lelah Bian, lalu menarik lembut tangan Bian.

"Kamu mau bebersih dulu, atau mau langsung makan mas?"

"Makan dulu aja ya, kasian anak aku pasti mamanya belum makan karena nungguin papanya." Bian mencolek pucuk hidung salsa lalu mengalungkan tangannya di leher salsa dari belakang.

"Engga ya, aku patuh sama suamiku yang suruh makan tepat waktu, nih buktinya aku makin gendut."

"Bagus kalau gembul jadi berisi makin nikmat hahahha"

"Ishh," Salsa mencubit perut Bian

"Awss, hahahha" Bian tak protes, justru makin terbahak.

"Yanng.."

"Heumm"

"Aku mau berjuang untuk Yuditama Group, perusahaan makin gak sehat, dan duo R makin tak masuk logika tindakannya. Izinkan aku untuk membagi fokus bahkan akan sangat terfokus ke perusahaan beberapa bulan kedepan."

Salsa mengangguk mantap.

"Aku mohon seterjal, securam apapun nanti jalannya dan secadas apapun nanti kerikilnya aku minta kamu untuk tetap percaya sama aku."

Salsa kembali mengangguk mantap, kali ini ditambah senyuman keyakinan. Walau dalam lubuk terdalam salsa menyimpan ketakutan dan keraguan.

Lalu kemudian Bian menceritakan apa yang dilakukan Reyza, agar salsa tak mendengar dari orang lain dan tak menimbulkan salah paham.

Salsa terisak menangis dan tersedu.

"Yanng, maafin aku yang. Aku bukan menikmati, aku hanya terkejut yang."  Bian mendekati salsa bermaksud untuk mendekapnya

"Isshhh, awas aja kalau menikmati. Aku nangis karena kamu punya fans gak waras, aku gak mau tubuh kamu ini di sentuh. Mana yang disentuh sini aku bersihin. Hiks hiks" Salsa meraba seluruh tubuh suaminya untuk menghilangkan jejak Reyza.

"Di sini yaang" Bian menunduk ke perut Bawahnya

"Aaah masss aku seriusss hiks hiks" Bian terbahak lalu segera melumat bibir istrinya.

"Ntar ya, setelah makan kita hapus seluruh jejaknya. Sekarang makan dulu." Bian mengambil piring menyendok lauk lalu makan sambil menyuapi istrinya yang masih memiliki jejak air mata di wajah cantiknya.

***

Dua bulan ini Bian dan salsa jarang berkomunikasi Bian sibuk mengambil hati investor juga sibuk menjalin kerjasama dengan Austis secara gerilya untuk melengaerkan Rahma juga Reyza.

Bian tak lagi sering berada di ruangannya, ia menghindar agar kejadian seperti kemarin tak lagi terulang. Bian juga Aro sesibuk itu hingga Salsa juga Naya jarang mendapat kabar dari keduanya.

Saat Bian pulang Salsa telah tertidur sedang saat Bian Berangkat Salsa belum bangun, inilah kondisinya sekarang Salsa berusaha mengerti karena ia tidak mampu mengimbangi karena kondisi kehamilannya yang makin besar.

Namun, mereka lupa bahwa kondisi sekarang makin melebarkan jarak dan akan membuat mereka mudah goyah.

Pagi ini salsa didatangi oleh beberapa Karyawan HoH yang telah lama tak ia temui. Mereka meminta bantuan salsa karena kehilangan pekerjaan mendadak membuat mereka tak lagi mampu membiayai kehidupan dalam transisi pencarian kerja.

Tak sedikit pula yang meminta penjelasan serta pertanggungjawaban salsa sebagai pemilik. Benar salsa terlalu larut dalam kehilangan saat itu sampai  ia lupa mengenai hajat hidup karyawannya.

Satu dari beberapa orang ngotot untuk meminta pesangonnya sebagai penyambung hidup, kebingungan membuatnya
tak berpikir panjang untuk menjual tanah HoH karena tekanan dari orang orang ini terus menggerogoti pikirannya. Ia kebingungan untuk mendapat uang kas cepat, ia tak ingin menambah beban Bian saat ini, jadi ia menghubungi Dimas untuk membantunya menjual tanah HoH, atau mungkin bisa Dimaslah yang membelinya.

Bukan tak memikirkan suaminya, Ia yakin Bisa menyelesaikan masalah ini sendiri dan Bian pasti mengerti pikirnya.

_______________________________________________________

Selamat membaca ya teman-teman

Jangan Lupa Comment dan Vote yaaa...

Lose and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang