30. Come to Light

1.3K 91 5
                                    

"Lu ngomong berdua deh ama salsa buat nyari solusi. gw yakin salasa punya pemikiran yang lebih tenang dibanding lu."

Sekarang pulangnya Bian tak lagi ke rumah yang ia beli melainkan ke HoH tempat salsa berada, dia tidak bercanda soal memperbaiki kerusakan yang dibuatnya. HoH terlihat lebih ramai dari biasanya sudah pasti salsa akan lebih sibuk, wanitanya itu memang tak ingin hanya berdiam mengawasi, ia akan ikut terlibat sebisa mungkin untuk HoH.

"Sayang bisa bicara sebentar?" Salsa yang masih sibuk merangkai Bunga dibuat kaget oleh tangan Bian yang memeluk pinggangnya

"Maas, maluu" Salsa berusaha melepas pelukan Bian karena malu pada karyawan dan Dimas yang berada di depannya. Bukannya melepas Bian malah mencium pipi kanan dan kiri Salsa ia tidak akan membiarkan Dimas terus mendekati istrinya itu.

"Sal, gw pulang dulu aja ya, besok gw balik lagi." Ya, semenjak tau kalau Tunangan salsa adalah Bian, Dimas makin gencar mendekati salsa.

Salsa menarik Bian kedalam ruang kerjanya "MMas Kamu apaan sih?" Nada salsa meninggi baru sekali ini salsa berbicara dengan nada tinggi pada Bian, hingga mampu  membuat Bian mematung.

"Kamu marah? marah karena aku nyium kamu di depan Dimas?"

"Ga, aku marah karena kamu memperlakukan aku seenaknya. Aku tau kamu sengaja kan begitu ke aku di depan Mas Dimas cuma karena ego kamu ga mau kalah sama mas Dimas kan?."

"Iya aku sengaja mencium kamu di Depan Dimas, tapi bukan karena mau menang. melainkan Karena aku ingin tunjukkan ke semua orang kalau kamu istriku dan tidak pantas Dimas dekat dekat sama istri orang?"

"Sejak kapan kamu mengakui aku? sejak kapan?. Aku capek mas, aku capek dengan harapan yang kamu kasih, aku capek jatuh cinta sendiri, aku capek untuk menjadi yang paling, cinta itu saling mas bukan paling."

"Sal, kamu gak cinta sendiri. Maaf kalau selama ini aku denial dan membuat kamu merasa jatuh cinta sendiri maaf. Tapi, kali ini ajarkan aku untuk menunjukkan rasaku agar kamu bisa merasakan cintaku. Aku Janji tidak akan merusak kepercayaanmu." Salsa menelisik jauh lewat mata Bian mencari kebohongan didalamnya, namun tak ia temukan yang ia temukan adalah ketulusan dari setiap ucapannya. Apa kali ini salsa bisa percaya?

"Janji? aku gak butuh janji aku butuh bukti."

"Okkay, kamu mau bukti apa?." Mata Bian menjelajahi seluruh ruangan. Lalu berjalan mengambil Pisau Buah di meja kerja salsa.

"Kamu butuh aku mati di depanmu, untuk kamu percaya?. Aku bisa dan aku mampu." Bian mengarahkan ujung pisau ke lehernya, jujur pikiran bian terlalu kusut susah untuknya mengurai, jika cara membuat salsa percaya adalah dengan mati didepannya maka ia akan melakukannya.

"Maas, kamu apaan sih?" salsa berjalan mendekati Bian, ia takut Bian makin nekad

"Apa dengan cara ini kamu bisa percaya ke aku? aku gak tau lagi harus nunjukin keseriusanku gimana agar kamu percaya?."

"Okkay okkay, Tapi Mas, ini kali terakhir aku akan mencoba, jika tak berhasil. Tolong mari saling lepas." Salsa memberanikan diri mendekat dan mengambil pisau di tangan Bian lalu ia lemparkan ke sembarang arah. Lutut Bian melemas.

Salsa memeluk Bian untuk menenangkan, namun ia merasakan panas menjalari tubuhnya, ternyata Bian sedang menahan sakit ia demam.

"Mas kamu sakit?"

"Ga kok, aku bisa nahan. Aku butuh ngomong sal."

"Yaudah yaudah mau ngomong apa?" Salsa membawa tubuh Bian untuk duduk di sofa sebelah meja kerjanya.

Bian duduk dengan memanjangkan kakinya lalu menengadahkan kepalanya di kepala sofa. Sedang salsa duduk disebelah Bian memandangi Bian lamat.

"kamu sebenarnya kenapa mas?"

Lose and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang