He's mine ( end )

10

*

*

*

*

*

----------------

Sehabis acara minum nan menjahili tadi, kini ketiga pemuda itu sedang bersantai di ruang keluarga, jika di tanya mengapa belum makan jawabannya sang nyai belum habis dari acara memasaknya, padahal jika ia ingin di tolong oleh para maid mungkin akan lebih cepat selesai

Terlihat Dika yang sedang bersandar pada bahu sang adik dan Idan yang tertidur dengan membantali paha Eri sebagai bantalnya

" dek, nanti keluar jalan' mau ngga?
tanya Dika

" emangnya mau jalan' kemana ka?
tanyanya kembali

" ya pokoknya keluar jalan' dek
mengusap gemes surai sang adik

Eri menanggapi dengan mengangguk anggukkan kepalanya

" Saya tak pergi, maka Eri pun tidak
Idan berucap dari sekian lama terdiam

Dika mendengar perkataan sang sahabat, ah ralat mungkin akan menjadi kaka iparnya?, meroling matanya dengan malas

" ck, kau pun ikut
decaknya

Idan hanya membalas dengan deheman, berahli menenggelamkan kepalanya ke perut si manisnya

Eri sontak merasa geli
" grrr,, kaa ini geli menyingkir
sembari mencoba menjauhkan kepala Idan dari perutnya

Namun usahanya tak membuahkan hasil apapun, buktinya Idan sama sekali tak bergerak sedikitpun,, tetap pada posisi semula

Eri lagi' menghela nafas sabar, Dika yang melihat itu hanya terkekeh,, sahabatnya ini memang yang paling keren setelah ia maksudnya
  {yeuuhh 👀}
*skippp

20 menit telah berlalu..
saat suasana yang tadinya masih senyap kini terdengar suara panggilan Mona dari arah ruang makan

" sayang' nya bunda, makannya sudah siap, cepat kemari!
teriaknya dari arah meja makan
{ ya Allah mbaa, itu boygoard, maid gunanya opo toh? buat pajangan? T_T}
*skippp

Ketiga pemuda yang asik melakukan dunia masing' tadi akhirnya berhenti, ketiganya melangkah mendekati meja makan yang sudah terlihat terisi begitu banyak lauk pautnya

" woah, bunda masak banyak ya hari ini?
kagumnya melihat makanan yang begitu banyak itu

" iyaa bunda sengaja, kan ada nak Idan juga
ucapnya yang masih sibuk menata piring' di atas meja

Dika hanya menggelengkan gelengkan kepala saja, bundanya sepertinya terlalu berlebihan tapi ah sudahlah..

" loh bun, ayah mana?
ucap Dika setelah menyadari tak melihat keberadaan sang ayah

" masih tidur itu, dek bisa bangunin ayahnya?
tanyanya yang mana di balas anggukan oleh sang empu

Eri melangkah menuju kamar kedua orang tuanya, ide jahil terlintas dalam pikirannya