NINE

6.7K 469 1
                                    

*****

      "Menyenangkan,kan Yang Mulia?"tanya Tratiana yang kini tengah terduduk di bawah pohon.

Luxon yang sedaritadi menatap Tratiana lantas tersenyum.

Ia merasa bahwa hari ini cukup menyenangkan berkat calon istrinya itu.

Netranya segera bergulir ke arah sebelah tangannya yang digenggam erat oleh Tratiana.

Tratiana yang tak mendapatkan jawaban dari Lux,lantas menoleh lalu membalas senyuman Luxon.

"A aku ingin menikah denganmu."ujar Luxon membuat wajah Tratiana segera memerah.

Gadis itu tak menyangka bahwa Lux akan berkata seperti itu.

Segera ia membuang pandangannya ke arah danau." Bukankah kita memang akan menikah?"

Luxon lantas mengangguk namun sepersekian detik senyumannya memudar." Tapi saya tahu bahwa kamu terpaksa dijodohkan dengan saya."

Tratiana lantas kembali menatap Lux yang sudah murung.

"Kalau boleh jujur,saya memang terpaksa menerima perjodohan ini."

Mendengar ucapan Tratiana Lux segera menatapnya dengan raut wajah terkejut lalu segera menunduk.

"Tapi setelah bertemu dengan anda. Rasa terpaksa saya langsung menghilang seketika. Cukup menyenangkan bersama dengan anda,Yang Mulia."ujar Tratiana yang kini tersenyum pada Luxon yang menatapnya dengan tatapan tak percaya.

"Percayalah,Yang Mulia. Anda adalah tipe saya."ucap Tratiana sekali lagi mampu membuat wajah Lux tersipu.

Dengan lembut Luxon menggenggam sebelah tangan Tratiana membuat pandangan gadis itu tertuju padanya.

"Bisakah kita langsung menikah saja?"

"Saya tidak bisa memutuskannya,Yang Mulia. Mengenai pernikahan ,itu semua adalah kuasa Yang Mulia Kaisar dan Raja."

Luxon yang mendengar hal itu lantas mengangguk setuju.

*****

Hubungan Tratiana kian dekat dengan Luxon semenjak keduanya berjalan-jalan di jalanan kota.

Dua hari mereka menjalankan pendekatan,tiga hari mereka bertukar surat dan selang tiga hari  kemudian tiba-tiba saja raja mengirimkan surat yang mengatakan bahwa ia harus bersiap-siap menikah.

Dan hari ini adalah hari dimana keduanya mengikrarkan janji didepan Paus sang pemimpin tertinggi di kuil di negaranya.

Gaun putih serta dilengkapi dengan tudung yang menandakan bahwa sang pengantin wanita masih suci pun kini terlihat jelas di pantulan cermin.

Tratiana,gadis yang sebentar lagi akan menikah dengan pria yang ia temui dua hari ini tengah berkeringat dingin.

Kegugupan nampak tercetak jelas di wajahnya. Baru kali ini ia merasakan yang namanya menikah setelah melakukan pendekatan dalam dua hari saja dan  akan menjadi istri orang walaupun dalam dunia novel dan ditubuh orang lain.

Chandler yang sedaritadi mengamati adiknya lantas melangkah maju lalu menatap adiknya itu.

Helaan nafas ia keluarkan. Entah mengapa ia tidak rela jika adiknya dijadikan alat politik oleh Raja. Ia ingin adiknya menemukan cinta sejatinya sendiri dan bukanlah terpaksa.

"Kamu cantik."pujinya sembari menahan semua hal yang sebenarnya ingin ia lontarkan kepada Tratiana.

"Terimakasih."

Tratiana segera tersenyum ketika Chandler merentangkan tangan." Bisakah aku memelukmu?"

Kedua kakak adik itu saling berpelukan.

Bosco,Alexa dan Milan yang baru saja datang pun hanya bisa terdiam dengan masing-masing ekspresi yang berbeda menatap Chandler dan Tratiana yang tengah berpelukan itu.

"Katakan padaku jika kamu tidak ingin menikah,kami akan mencari cara membawa kabur kamu."ujar Milan yang sudah melangkah mendekat ketika Chandler melepaskan pelukannya itu.

Tratiana lantas menggelengkan kepala. Ia tidak ingin keluarganya dalam bahaya karena dirinya. Ia cukup tahu diri bahwa saat ini tubuh yang ia tempati sangat menyayangi keluarganya.

"Tidak usah. Aku ikhlas menikah dengan keponakan Yang Mulia Kaisar. Pria itu tak seburuk yang dipikirkan oleh kakak."

Milan dan Chandler dengan kompak berdecak kesal.

Tok tok tok

"Yang Mulia. Sudah saatnya mengikrarkan janji."

Tratiana,Chandler,Milan,Aexa dan Bosco lantas menatap ke arah pintu yang tertutup itu kala mendengar suara Kailus.

Bosco segera berdiri di sisi Tratiana lalu menyodorkan lengannya." Biarkan ayah mengantarmu untuk terakhir kalinya."ujarnya sambil berusaha tersenyum namun sayangnya wajah penuh kesedihan Bosco tak mampu menutupinya dengan senyuman.

*****

Sudah hampir dua jam Tratiana berada dalam kereta yang terus bergerak.

Pinggangnya rasanya ingin patah dan bokongnya terasa ngilu karena terus saja berusaha menahan diri untuk duduk dikala kereta berjalan dijalanan yang ia yakini penuh bebatuan.

Merasakan laju kereta yang mulai melambat,helaan nafas pun segera Tratiana keluarkan lalu mulai menaruh bokongnya kembali ke bantalan tempat duduk

Tiba-tiba saja pintu kereta terbuka dan menampakkan wajah Luxon yang kini menatapnya dengan tatapan penuh kekhawatiran dan rasa bersalah.

Setelah Luxon masuk,Kailus yang berada di belakangnya segera menutup pintu membiarkan Lux dan Tratiana berada di dalam kereta.

"Maafkan aku. Kamu pasti kesakitan."ujar Lux yang kini duduk di seberangnya.

Tratiana ingin meluapkan kekesalannya namun segera ia tahan ketika melihat Lux yang tengah menggenggam kedua tangannya.

"Di luar sedang mempersiapkan portal menuju kekaisaran. Maafkan aku jika kamu harus menunggu beberapa saat lagi."

"Sekarang kita ada dimana?"

"Di hutan Walde."

Mengangguk paham,Tratiana lantas menyandarkan kepalanya di dinding kereta.

Lux yang memerhatikan Tratiana lantas berpindah tempat lalu menepuk bahunya sebagai tanda agar istrinya itu bersandar padanya.

"Yang Mulia,portalnya sudah siap."

Ucapan dari luar kereta membuat Tratiana yang tadinya memejamkan mata sejenak di bahu Lux lantas menoleh pada suaminya itu.

"Lakukanlah."

"Pejamkanlah matamu. Ini akan sedikit memusingkan."ujar Lux dengan suara lembut sembari mengeratkan rangkulannya pada bahu Tratiana.

Setelah menutup matanya,dapat Tratiana rasakan seperti ditarik kencang ke suatu tempat serta sedikit rasa pusing melanda dirinya.

Setelah dirasa bahwa tak ada pergerakan lagi,perlahan ia membuka matanya kembali menatap Lux yang juga tengah menatapnya.

"Selamat datang di kekaisaran Aethelred,istriku."

Dengan senyuman manis,Lux pun berkata membuat Tratiana terpaku cukup lama mengagumi senyuman pria yang sudah menjadi suaminya itu.

*****

I BECAME WIFE IN A TRAGIC NOVEL[On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang