FOURTEEN

3.6K 230 4
                                    

*****

     Berkat bunga Krisan yang membuat Lux mengingat masa lalunya yang kelam itu,berakhirlah kini pria itu tengah tertidur dengan suhu tubuh yang memanas.

Tratiana hanya bisa menggenggam sebelah tangan suaminya yang menghangat itu.

Ia benar-benar kekurangan tidur ketika semalam ia merasakan getaran di sebelahnya dan benar saja suaminya jatuh sakit sehingga dirinya harus berjaga hingga pagi dengan rasa khawatir karena suaminya terus saja memanggil ibu dan ayahnya.

Para pendeta dari Kuil dan penyihir  sudah bolak balik mencoba menyembuhkan  pria itu namun nyatanya kekuatan suci dan sihir tak mempan sehingga mau tak mau ,Tratiana memanggil tabib yang memang menangani orang sakit tanpa ada unsur kekuatan suci maupun sihir dan hanya mengandalkan herbal-herbal tradisional.

Untunglah di kediamannya ada dua tabib yang memang bersumpah setia merawat keluarga Duke sehingga sangat cepat memanggil mereka.

Memang di kekaisaran ini,sudah susah sekali menemukan para tabib atau biasa disebut herbalis karena saat ini para masyarakat dan para bangsawan lebih memiliki alternatif yang cepat dan tidak membuat mereka menderita adalah dengan berobat pada pendeta dan juga penyihir.

"Mohon maaf Yang Mulia,tetapi ada beberapa berkas yang harus ditanda tangani Duke."ujar Yeter sang pelayan ekslusif Lux.

Tratiana yang tadinya menggenggam sebelah tangan Lux lantas menatap pria itu."Bisakah kamu mengurus berkas itu? Suamiku masih sakit."

"Saya tidak bisa mengurusnya ,Yang Mulia. Karena ini berkas yang sangat penting dan harus diperiksa oleh Duke sendiri."

Tratiana sejenak memandang Lux lalu bangkit berdiri menuju Yeter yang masih setia berdiri memegang tumpukan kertas itu.

"Kamu bisa taruh di meja itu,berkasnya akan saya periksa."ujar Tratiana membuat Yeter mengangguk paham lalu menaruh berkas-berkas itu di meja yang tak jauh dari ranjang yang tengah ditempati oleh Lux.

Setelah kepergian,Yeter. Tratiana segera menuju kembali ke sisi Lux yang kini tengah berusaha bangkit dari baringnya.

"Kemarikan berkas itu ,akan aku periksa."ujar Lux dengan suara seraknya.

Tratiana segera membantu pria itu kembali berbaring lalu menaruh kembali kompresan berisi obat-obatan itu di dahi Lux membuat pria itu menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca khas orang sakit.

"Anda lebih baik tidur saja,Yang Mulia. Berkas-berkas itu akan saya periksa."ucap Tratiana yang kini memandang Lux.

Lux lantas berdehem sebentar lalu menggenggam sebelah tangan Tratiana."Maafkan aku. Karena aku sakit,kamu harus menggantikan aku."

"Tidak apa-apa ,Yang Mulia. Sudah kewajiban saya untuk membantu anda."

Setelah melihat Lux yang kembali tertidur. Tratiana lantas menuju meja itu lalu mulai membaca satu persatu isi berkas itu.

*****

Brak

Sungguh menjengkelkan!

Tratiana benar-benar kesal kali ini ketika membaca rincian pengeluaran yang diberikan pada berkas itu.

Banyak sekali hal-hal janggal dalam laporan pengeluaran mansion. Banyak sekali perabotan yang dibeli dengan harga fantastis dan juga pengeluaran uang konsumsi.

Seingat dirinya,sejak dari ia pindah ke mansion ini. Para kepala dapur tak pernah menyajikan makanan mewah seperti daging untuk dijadikan makan baik makan malam maupun pagi.

"Kesabaranku hampir habis melihat rincian pengeluaran yang tidak masuk akal ini."gumam Tratia mencoba memijit pangkal hidungnya.

"Istriku."

Mendengar panggilan itu,Tratiana segera menoleh dan ternyata disana Lux sudah terduduk dengan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.

"Mengapa anda bangun,Yang Mulia? Anda masih sakit,jangan memaksakan diri untuk bangun."omelnya yang kini sudah melangkah mendekati Lux yang tengah tersenyum tipis padanya.

"Jangan marah. Aku minta maaf."ujar Lux dengan suara lembut sembari menggenggam sebelah tangan Tratiana.

Tratiana segera mengatupkan kedua bibirnya lalu menatap Lux yang tengah menatapnya juga.

"Yang Mulia."

Lux segera menaikkan alisnya ketika Tratiana memanggilnya."Ada apa,istriku?"

"Tuan Lenium datang ke kediaman ini saat anda berumur berapa?"

"Sepuluh tahun saat dimana orang tuaku sudah meninggal."

"Apakah waktu itu,tuan Lenium langsung memegang keuangan mansion setelah ia masuk menjadi orang tua asuh anda?"

"Tidak. Waktu itu,yang memegang keuangan mansion setelah kematian ibuku ialah kepala pelayan yang telah melayani ayah. Lalu di umur empat belas tahun saya barulah kemudian tuan Leniumlah yang memegang keuangan mansion."

"Atas perintah siapa tuan Lenium mendapat wewenang itu?"

"Yang Mulia Permaisuri."

Tratiana segera menahan umpatannya.

'Ternyata pria tua licik itu adalah kaki tangan Yang Mulia Permaisuri!'batinnya kesal.

Dengan raut wajah serius Tratiana menggenggam sebelah tangan Lux."Yang Mulia."

"Ya,istriku?"tanya Lux sembari tersenyum manis padanya.

"Berikan aku ijin."

"Ijin?"

"Ijin untuk memeriksa semua berkas laporan pengeluaran dan pemasukan mansion selama ini dari sejak tuan Lenium memegang wewenang keuangan mansion sampai dengan sekarang ini. Dan juga berikan aku wewenang untuk mengusir seseorang."

Lux sedikit mengerutkan keningnya bingung namun segera mengangguk membuat Tratiana menghela nafas lega.

"Aku ijinkan."

Tratiana segera menarik sebelah tangan Lux lalu mengecup punggung tangannya membuat pria itu melebarkan matanya saking terkejutnya.

"Terimakasih sudah memberiku ijin."

Lux yang sudah tersipu malu itu hanya bisa mengangguk dengan wajah memerah padam.

*****

I BECAME WIFE IN A TRAGIC NOVEL[On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang