*****
Sudah setengah jam,Tratiana mengamati suaminya yang tengah berdiri kaku memakai pakaian itu.
Ia segera mengangguk membuat pria itu segera menghela nafas lega.
Jangan tanya mengapa Lux merasa lega luar biasa,karena sudah hampir berjam-jam keduanya di butik ini dan sedaritadi Lux berganti pakaian demi menyesuaikan pakaian yang disukai oleh Tratiana.
Setelah membeli banyak sekali pakaian untuk Lux,barang belanjaannya itu langsung di bawa masuk kedalam kereta.
Keduanya segera berjalan-jalan lagi namun kali ini tidak menaiki kereta dengan alasan ingin menikmati waktu berdua.
Lux yang masih belum pede dengan matanya pun menggunakan jubah untuk menutupinya sedangkan Tratiana tak memakainya.
Sesampai di sebuah taman,keduanya segera duduk di bangku yang berada di taman itu.
Lux segera menyenderkan kepalanya di bahu Tratiana mencoba merilekskan dirinya dan hal itu tak luput dari pandangan Tratiana.
"Apakah kita akan membeli pakaian lagi?"tanya Lux mengharapkan kegiatan ini segera berhenti.
Tratiana segera menimang-nimang apa saja yang sudah ia beli untuk suaminya itu. Setelah cukup lama berpikir ia segera mengangguk membuat senyum Lux mengembang,pria itu segera memegang sebelah tangannya lalu menuliskan sesuatu di telapak tangannya.
"Apakah kamu tidak membeli pakaian untuk diri sendiri? Sudah hampir berjam-jam tetapi tak ada satupun yang dibeli untuk kamu."
Tratiana yang tadinya menatap ke jari jemari Lux yang menari ditelapak tangannya pun segera menggelengkan kepala.
"Pakaianku sudah cukup banyak,Yang Mulia. Lebih dari pakaian yang berada di dalam lemari pakaian anda."
"Walaupun banyak,seharusnya kamu membeli beberapa pakaian atau perhiasan lagi."gumam Lux namun tak didengar oleh Tratiana karena kini keningnya mengerut melihat dua orang yang tidak asing tengah berjalan-jalan.
'Untuk apa mereka berdua kesini?'batinnya ketika melihat Razen dan Rasta tengah tertawa bersama sembari memegang makanan yang mereka beli.
Netranya segera bergulir menuju dua wanita yang berjalan menghampiri Razen dan Rasta.
Tratiana buru-buru membuang pandangannya ketika salah seorang wanita itu menoleh kearahnya.
"Lady Hazen? "
Lux yang tadinya tengah menutup mata sembari menyenderkan kepalanya di bahu Tratiana segera membuka matanya dan langsung terduduk dengan tegap ketika mendengar hal itu.
Tratiana yang dipanggil lantas menolehkan kepalanya mencoba memberikan senyumannya ketika Rasta sudah berdiri di hadapannya bersama tiga orang dibelakangnya itu.
Tratiana segera bangkit berdiri membungkuk sejenak lalu tersenyum."Salam,Yang Mulia."
"Salam,Lady Salvator."ujar Lux yang kini memasang topengnya secepat mungkin lalu membuka tudung yang ia pakai.
Rasta segera membulatkan matanya lalu menutup mulutnya."Ah...maafkan saya,Yang Mulia Luxon. Maafkan saya juga Ducches atas kelancangan saya dalam memanggil dan mengganggu anda berdua."
Rasta menyadari bahwa ia sudah salah memanggil Tratiana dengan sebutan lady padahal wanita itu sudah bersuami dan berpangkat sebagai Ducches.
"Tidak apa-apa,Lady Salvator."
Lux hanya terdiam membiarkan istrinya berbicara karena kini pandangannya segera menundukkan pandangannya ketika melihat dua wanita yang ia kenal itu.
"Wow!! Seperti bertemu dengan keluarga lama saja. Saya tidak menyangka bertemu Ducches dan Duke Athelred disini. Bagaimana kalau kita pindah ke tempat yang lebih sesuai dengan tema kita yaitu temu keluarga kali ini?!"ujar seorang wanita yang sedaritadi mengamati percakapan antaran Lux,Tratiana dan Rasta.
*****
Suasana canggung meliputi ruangan itu beda dengan cangkir teh yang masih mengepulkan uap itu menandakan bahwa teh itu masih panas.
"Silahkan berbicara,mengapa diam saja?"tanya wanita itu tak mampu mengubah suasana canggung itu.
"Terimakasih atas jamuan tehnya,Yang Mulia Putri."ucap Rasta sembari memberikan senyumannya pada wanita yang tadi bersuara dengan nada bersahabat itu.
Pricilla,anak dari Kaisar segera mengangguk sembari membalas senyuman pada Rasta.
Lux yang melihat interaksi itu segera menggenggam sebelah tangan Tratiana yang tengah menatap interaksi antara sang putri dan Rasta.
"Aku ingin pulang,tubuhku terasa sakit."bisik Lux yang kini sudah keringat dingin ketika merasakan tatapan tajam tertuju padanya.
Tratiana segera menepuk perlahan punggung tangan Lux,mencoba menenangkan pria itu yang nampak gelisah itu.
"Kalian berdua tidak ingin berbicara?"tanya Ariana yang merupakan kembaran dari Pricilla.
Lux dan Tratiana segera menatap dirinya.
"Maafkan kami,Yang Mulia Putri. Sepertinya suami saya merasakan sakit ,bisakah kami pulang?"tanya Tratiana ketika merasakan genggaman Lux yang makin mengerat.
Ariana segera memiringkan kepalanya menatap sang sepupu yang mengenakan topeng itu.
Raut wajah datarnya segera berubah menjadi senyuman manis."Baiklah. Memang terlihat dari sini. Kalian berdua bisa pulang."
"Terimakasih,Yang Mulia. Kalau begitu kami pamit undur diri."ujar Tratiana yang kini sudah bangkit berdiri dan memberikan penghormatan lalu melangkah pergi meninggalkan Ariana,Priscilla,Rasta dan Razen yang memiliki ekspresi wajah berbeda-beda itu.
*****
"Yang Mulia!!"
Tratiana benar-benar kaget dan hampir saja membiarkan Lux terjatuh itu.
Topeng yang dikenakan oleh Lux langsung terlepas dan dapat ia lihat wajah suaminya yang sudah memerah.
"Yang Mulia,anda kenapa?"Tratiana benar-benar khawatir melihat air mata yang sudah luruh di kedua pipinya.
"Bisakah kita pulang? Badanku terasa sakit."ujar Lux yang kini mengedarkan pandangannya.
Tratiana segera memberikan kode pada pengawal yang tengah berdiri di dekat kereta untuk membantunya membawa Lux yang sudah lemas itu kedalam kereta.
Sesampainya didalam,Tratiana hanya bisa mengelus kedua tangan Lux yang gemetaran membiarkan pria itu memeluk dirinya.
"Ibuku..."
Kening Tratiana mengerut mendengar ucapan Lux.
"Ibuku mati karena bunga Krisan."
*****
Sudah berjam-jam Tratiana mengusap pipi Lux yang kini sudah nyenyak itu.
Ia segera menghela nafas mengingat ucapan Lux tadi saat dalam perjalanan pulang ke kediaman.
Fakta yang baru ia ketahui ialah bahwa ibu mertuanya meninggal karena tidak sengaja meminum teh Krisan dan setelah kematian ibu mertuanya itu,ayah mertuanya pun juga ikut menyusul wanita yang ia cintai dengan cara bunuh diri dan semua kematian kedua pasangan itu disaksikan oleh Lux anak semata wayangnya itu.
Akhirnya ia tahu alasan dibalik bunga pemberian dari Permaisuri. Ia juga baru sadar bahwa teh yang disajikan oleh pelayan Putri juga merupakan teh Krisan ditambah di ruangan itu juga ada banyak vas berisi bunga Krisan.
Ternyata ada niat tersembunyi dibaliknya.
Ia menjadi heran mengapa Yang Mulia Permaisuri membenci suaminya dan kini juga membencinya.
Untunglah setelah berhasil mengistirahatkan Lux,ia langsung memerintahkan Kailus untuk membuang bunga Krisan di vas yang berada di ruang kerjanya.
Walau bunga itu pemberian dari permaisuri namun ada maksud buruk dibalik pemberian bunga itu,Tratiana tak akan segan-segan untuk menyingkirkannya agar suaminya yang manis dan menggemaskan ini tidak mengingat masa lalu yang kelam itu.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
I BECAME WIFE IN A TRAGIC NOVEL[On-going]
Fantasy***** Tratiana gadis biasa yang hidupnya monoton dimana ia hanya memikirkan kuliah- pulang rumah-mengoleksi dan membaca novel. Suatu hari ia tiba tiba saja masuk kedalam salah satu novel yang akhir akhir ini ia baca yaitu novel dark romance fantasi...