TWENTY

3.3K 240 2
                                    

*****

    
     Melihat Tratiana yang sudah kembali tertidur itu,ia segera melangkah pergi dari ruangan itu.

"Sesuai dengan perintah anda,Yang Mulia. Memang benar bahwa yang memberi minum tuan Lux adalah Permaisuri dan kedua anaknya."

Brak

"Wanita ular itu,sepertinya ingin bermain-main denganku."desisnya yang kini tak memedulikan meja kerjanya yang sudah terbelah menjadi dua bagian itu.

Yeter yang melihat hal itu lantas mengisyaratkan kepada salah satu pria di sisinya untuk membawa pergi meja yang sudah terbelah menjadi dua itu.

"Mengenai istriku?"

Yeter segera mengangguk paham lalu menaruh gulungan kertas kepadanya."Setelah saya selidiki,nyatanya Ducchess tidak berbuat hal yang merugikan anda. Bahkan Ducchess berhasil mengusir kaki tangan Yang Mulia Permaisuri dari kediaman ini. Ducchess juga memperbaiki keuangan mansion menjadi sangat stabil dan memenuhi setiap keperluan baik mansion maupun para pekerja disini."

Alisnya terangkat seketika mendengar hal itu. Ternyata,ia menikah dengan wanita yang cukup berguna untuknya dan si bodoh yang sama-sama menempati raga ini.

Ia kira,ia akan sakit kepala lagi kala bangun dari masa tidurnya selama ini hanya demi memperbaiki setiap masalah yang diciptakan si bodoh ini namun sepertinya perempuan yang menjadi istrinya itu sangat berguna untuknya.

"Lakukan seperti yang terakhir kali saya perintahkan. Bunuh semua mata-mata yang berhasil mengelabui si bodoh ini."

"Baik,Yang Mulia."setelah berucap hal seperti itu,Yeter pun melangkah pergi meninggalkan ia sendiri di ruangan itu.

"Dasar si bodoh ini. Lagi-lagi ia merepotkanku."gumamnya kala sekelebat ingatan berputar di kepalanya mengenai Lux selama jiwanya tertidur di bawah alam sadar pria ini.

Dengan langkah pelan,ia kembali berjalan menuju kamarnya namun langkahnya terhenti mengingat jika kini ia tak menempati ruangan itu sendiri namun ada wanita yang menjadi istrinya itu kini menempati ruangan itu.

Merasakan kepalanya yang berdenyut sakit akibat ingatan-ingatan yang terus mengalir itu membuat tubuh kekarnya langsung terjatuh di lantai tak sadarkan diri.

*****

Cahaya terik matahari menembusi pintu kaca balkon.

Suara langkah kaki kesana kemari membuat tidur Tratiana terganggu,netranya perlahan terbuka dan mendapati beberapa pelayan yang tengah sibuk mengatur dan merapikan seisi kamar yang entah bagaimana terlihat berantakan.

Netra Tratiana segera bergulir dan terhenti pada sosok yang tengah memeluknya kini.

"Jangan bergerak dulu."

Tratiana yang hendak keluar dari pelukan Lux lantas menghentikannya lalu membiarkan pria pemilik rambut hitam legam itu tertidur sejenak.

Setelah dirasa puas barulah Lux melepaskan pelukannya. Tratiana pun segera bangun lalu tersenyum ketika Lux menatap dirinya.

Cup

"Apa tidurmu nyenyak?"tanya Lux membuat senyum Tratiana makin merekah.

Akhirnya...

Akhirnya suaminya yang manja dan aktif kembali lagi namun kali ini ada sedikit rasa merinding kala matanya menatap mata Lux yang memancarkan sesuatu yang lebih baik tak ingin ia ketahui.

"Ya. Aku tidak bermimpi buruk."

Lux segera tersenyum senang sejenak mengusap kepala Tratiana lalu turun dari ranjang.

"Kamar kita mengapa berantakan begini?"tanya Tratiana melihat pintu balkon kamarnya yang terlepas bahkan kacanya tak ada lagi.

Lux yang tengah menendang beberapa serpihan kaca itu lantas menoleh lalu melangkah dengan cepat kala melihat Tratiana yang hendak turun dari ranjang itu.

"Jangan turun dahulu. Dibawahmu masih ada serpihan kaca."ujar Lux yang menatap khawatir pada Tratiana.

Tratiana lantas mengangguk paham sedikit menundukkan pandangannya namun segera menghela nafas lega ketika melihat kaki suaminya yang tak menginjak serpihan kaca itu.

"Cepatlah bereskan serpihan kaca ini."titah Lux pada beberapa pelayan yang baru saja masuk kembali ke kamar setelah membuang beberapa perabotan yang rusak itu.

*****

Sudah sedaritadi ia terduduk menatap sosok yang kini menjadi perhatiannya.

Sudut bibirnya sedikit berkedut ketika melihat sosok wanita yang tengah tersenyum menatap bunga-bunga.

Ia segera membuang pandangannya merasa heran akan dirinya sendiri.

Entah mengapa ia sepertinya tertarik dengan wanita yang kini menjadi istrinya itu.

Seharusnya ia tak boleh terbawa perasaan karena bukan dirinya yang menikahi wanita itu,namun sisi lainnya yang ada dalam tubuhnyalah yang menikahi wanita itu.

Namun,ada rasa menggelitik dan khawatir yang ia rasakan jika bersangkutan dengan wanita bertubuh ringkih dan kulit putih nan pucat itu.

Sudah berulangkali ia melakukan percobaan untuk membunuh wanita itu tiap malam namun anehnya belum juga ia sentuh tubuhnya seakan-akan menolak pikirannya untuk membunuh wanita itu.

Sial...

Seharusnya ia tidak boleh diam saja ketika jiwanya yang lain menikahi wanita itu,namun entah mengapa ia sama sekali tak bisa berganti posisi karena jiwa yang ia hadirkan itu seperti ingin menikmati waktu berdua dengan wanita itu.

Bola mata berbeda warna itu segera membelalak kaget ketika pandangannya bertubrukan dengan wanita itu.

Buru-buru ia menarik gorden jendelanya lalu memukul dadanya yang baru kali ini ia rasakan.

"Perasaan sialan ini seharusnya tak ada dalam rencanaku."gumamnya mencoba menetralisir degup jantung yang kian menggila itu.

"Apa yang sudah wanita itu perbuat padaku hingga sampai begini?!"

Ia benar-benar heran akan reaksi tubuhnya yang seakan-akan bertolak belakang dengan keinginannya itu.

*****

Note: Wajah Lux si pria manja nan cerewet ini ada di  atas sebagai pendukung tingkah manisnya itu.

Semoga kalian suka☺

I BECAME WIFE IN A TRAGIC NOVEL[On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang