TWENTY TWO

4.2K 312 10
                                    

*****


Kini Tratiana sendirian. Ia lantas menepi ke tempat yang sepi. Netranya berpencar kesana kemari sembari menikmati minuman yang tersedia di atas meja.

Sendirian ditengah pesta itu tidak mengenakan untuknya. Tak ada teman untuk ia ajak bicara sedangkan para tamu yang lain memiliki teman bincang mereka masing-masing.

Netranya membulat kala sosok yang menjadi sorotan di perjamuan ini melangkah kearahnya.

Segera ia menaruh kembali gelas minumannya yang masih tersisa setengah itu lalu memberikan penghormatan pada dua wanita berpakaian super mewah dan elegan itu.

"Salam,Yang Mulia. Selamat atas perayaan debudantenya. Semoga cahaya keberhasilan selalu bersinar terang di setiap langkah anda berdua."ujarnya.

Ariana dan Priscilla segera bertukar pandang sejenak lalu tersenyum pada Tratiana yang baru saja mendongkakkan kepalanya.

"Terimakasih,Ducchess."ujar Ariana seadanya.

"Apakah anda kesini sendirian?"tanya Pricilla.

Tratiana segera tersenyum simpul."Saya kesini bersama Duke,Yang Mulia."

"Lalu mengapa anda sendirian disini,Ducchess?"

"Berhentilah bertanya,Pricilla."tegur Ariana membuat kembarannya itu mendengus namun tak urung menuruti perintahnya.

"Duke sedang berbincang dengan Yang Mulia Permaisuri sehingga saya disini sendiri."jelasnya membuat Putri Priscilla mengangguk-angguk.

"Yang Mulia Putri!"

Ketiga wanita itu segera menoleh ketika suara menginterupsi perbincangan mereka itu.

Tratiana sedikit bergeser mempersilahkan dua wanita yang nampak terlihat memiliki jabatan penting juga sehingga berani menyela.

Arian dan Priscilla segera memeluk dua wanita itu.

"Madam Moisel dan Madam Rebecca."

"Selamat atas debudante kalian berdua..."

Melihat keempat wanita itu asik dengan pembicaraannya. Tratiana lantas melangkah mundur perlahan sengaja membiarkan keempat wanita itu yang tengah asik dengan pembicaraan itu.

Langkah kaki Tratiana membawanya menuju lorong sepi.

Netranya segera berpendar ketika ia berhasil menjauh itu.

"Untunglah mereka datang. Aku sudah buntu ingim membicarakan apa lagi dengan kedua Putri."gumamnya segera menatap bingung ketika melihat lorong sepi itu.

Ingin dirinya kembali kedalam perjamuan itu,tapi Tratiana yakin ka akan sendirian lagi di pojokan menikmati para bangsawan yang saling bersapa dan menjalin hubungan itu.

"Tidak ada Lux ,rasanya kayak hampa."gumamnya segera melangkah menjauhi ruang perjamuan.

Langkah kakinya membawanya entah kemana namun yang pasti,Tratiana yakin bahwa ia sudah jauh dari ruang perjamuan itu.

"Wow! Ada taman bunga disini."

Tratiana seketika kagum sesaat langkahnya terhenti ke arah hamparan taman bunga.

Bruk

Mendengar suara ,Tratiana yang tengah berjongkok hendak memetik bunga tulip itu lantas menegakkan punggungnya namun sepersekian detik ia kembali berjongkok dengan kedua tangannya tepat berada di mulutnya.

'Astaga!! Ada Rasta dan Archer!!'

Tratiana segera mendekat dengan poisis jongkok demi mendengar percakapan kedua sosok berbeda jenis kelamin itu.

"Maafkan saya,apakah tuan baik-baik saja?"

Tratiana yakin ini pasti suara Rasta.

Sudah sampai scene mana sih?!

Tratiana yakin bahwa pertemuan antara Female Lead dan Antagonis pria tertulis dalam novel yang ia baca sebelum ia berpindah ke raga yang ada dalam novel ini.

'Oh benar! Pasti ini scene yang ada di chapter 30,pertemuan antara antagonis laki-laki dan female lead'

Seketika Tratiana teringat bahwa ada scene ini yaitu Archer yang tak sengaja ditabrak oleh protagonis wanita yang tengah bertengkar dengan Razen karena pria itu cemburu padanya karena menerima ajakan berdansa dengan bangsawan muda.

"Ya. Saya baik-baik saja."

Kening Tratiana mengerut,ia yakin bahwa seharusnya antagonis pria menanyakan mengapa female lead menangis kala melihat wajah sembab wanita itu,namun bukan dialog itu yang dengar tetapi hanyalah sebuah jawaban singkat dan terkesan datar itu.

Tratiana buru-buru menyembunyikan diri baik-baik di antara bunga-bunga itu kala Archer melangkah keluar meninggalkan Rasta.

Tak mau berlama-lama disitu,Tratiana segera melangkah menuju ruang perjamuan mengingat sudah lama Lux pergi menemui Yang Mulia Permaisuri dan pastilah suaminya itu kini tengah menunggunya.

"Seharusnya Archer bertanya pada Rasta. Pertemuan itu yang membuat si antagonis itu jatuh cinta bahkan obsesi pada Rasta. Tapi, rasanya ada yang aneh mendengar balasannya tadi."gumam Tratiana merasa heran.

Ia segera melangkah namun langkahnya memelan ketika melihat sosok yang tengah berdiri membelakanginya itu.

"Yang Mul-"ucapan Tratiana terhenti karena melihat bahwa bukanlah Lux yang tengah berdiri itu tetapi Archer.

Astaga! Apa yang kulihat barusan?!!

Benarkah?!

Tratiana terkejut bukan main kala melihat Archer berubah dalam sekejap baik bentuk tubuh bahkan wajah yang mirip sekali dengan wajah seseorang yang Tratiana kenali itu.

Lux?!

"Ya Tuhan!!"

Archer yang baru saja mengubah penampilannya segera menoleh ketika merasakan ada seseorang dilorong sepi ini.

"Tratiana?"

Keduanya lantas terpaku ditempatnya dengan ekspresi wajah berbeda-beda itu.

*****

I BECAME WIFE IN A TRAGIC NOVEL[On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang