*****
Setelah pertemuan itu,tiba-tiba saja raja kembali mengirimkan jadwal pertemuan dirinya dan calon suaminya itu.
Tratiana yang tak bisa membantah pun hanya bisa menurutinya dan kini kembali bersama Lux di ruangan yang sama lagi.
Sedaritadi ia hanya bisa memandangan gerak-gerik calon suaminya itu dengan tatapan penasaran akan apa yang membuat pria manis dan menggemaskan itu tak bisa diam sama sekali.
"Ada apa?"
Lux lantas menatapnya lalu tersenyum malu." I ini ada hadiah dariku. Semoga lady menyukainya."ujarnya sembari menyodorkan buket bunga.
Tratiana segera tersenyum lalu menerima buket itu dan menyimpannya di meja."Terimakasih. Saya sangat menyukainya,tuan Lux."
Lux yang mendengar hal itu segera tersenyum senang.
Setelah percakapan singkat itu,keduanya segera mulai menyantap makanan yang telah tersaji didepan mereka.
Ditengah kesibukannya,Tratiana merasa sedikit terganggu dengan bunyi gesekan pisau serta garpu yang cukup membuat giginya sedikit merasakan ngilu ia lantas menatap sejenak apa yang tengah dilakukan oleh Lux.
Dihadapannya,Lux tengah berusaha memotong daging di piringnya itu.
"Ini makan punya saya saja."tawarnya setelah memotong beberapa bagian kecil daging kepada Lux yang tengah kesusahan memotong dagingnya.
Lux segera menggelengkan kepala dengan air mata yang sudah menumpuk itu." Susah."keluhnya.
Tratiana segera memegang kepalanya merasa pening seketika mendengar keluhan Lux yang seperti anak kecil itu.
"Kalau susah,makan daging milik saya saja."ujarnya lagi.
Lux kembali menggelengkan kepala." Maaf. Seharusnya saya yang memotong daging untuk kamu."
Tratiana seketika terdiam lantas menghela nafasnya. Ia lantas menoleh ke arah luar kaca dan melihat ke arah jalanan.
"Daripada makan,bagaimana kalau kita jalan-jalan?!"tanyanya kini kembali menatap Lux yang masih berusaha memotong daging itu.
Lux yang mendengar saran Tratiana lantas menatap ragu pada jalanan ramai di luar kaca itu lalu segera menunduk sembari menggelengkan kepala.
"Kenapa?"tanya Tratiana melihat wajah murung Lux.
"Mata..."
Tratiana segera paham maksud dari Lux. Ia lantas memutar otaknya agar bisa mengajak pria ini keluar dari restauran.
"Saya punya ide."ujarnya lantas bangkit berdiri membuat Lux menatap penasaran.
"Anda pakai jubah ini. Saya pastikan orang-orang tak akan terlalu memerhatikan mata anda,tuan."
Lux yang sudah dipakaikan jubah masih terlihat ragu akan ucapan darinya.
Tratiana lantas menghela nafas namun tak urung ikut memakai jubah juga lalu segera menarik sebelah tangan Lux keluar ruangan.
Kailus sang pelayan pribadi yang sedaritadi berjaga di dekat pintu pun segera menahan Tratiana. Sama halnya dengan Kailus. Dua pengawal yang dikhususkan oleh kaisar untuk menjaga keponakannya itu juga ikut menghadang Tratiana dan Lux yang hendak pergi itu.
"Anda berdua mau kemana?"
"Yang Mulia,anda hendak pergi kemana?"
Lontaran pertanyaan secara kompak dilayangkan oleh ketiga pria itu yang bertugas menjaga tuannya.
Tratiana dan Lux lantas menghentikan langkah mereka.
"Saya ingin berjalan-jalan bersama Yang Mulia Luxon."ujarnya masih menggenggam sebelah tangan Lux.
"Mohon maaf Lady Hazen. Kami melarang anda membawa pergi Yang Mulia ke kerumunan masyarakat. Kami tidak ingin,terjadi apa-apa pada Yang Mulia Luxon."ujar seorang pria yang mengenakan pakaian khas prajurit.
Tratiana segera menoleh pada Kailus yang juga menganggukkan kepala setuju akan perkataan dari pengawal calon suaminya itu.
"Tapi kami hanya ingin berjalan berdua. Saya cukup penat berada di restauran ini."keluhnya membuat raut wajah kedua pangawal itu terlihat tak suka akan keluhan darinya.
Lux yang sedaritadi terdiam pun segera melangkah lalu menatap kedua prajurit itu."Biarkan saja. Kalian bisa mengawasi kami dari jauh."
Kedua pengawal itu segera bertukar pandang sejenak lalu mengangguk paham." Baik,Yang Mulia."
Tratiana segera tersenyum senang lalu segera menarik kembali sebelah tangan Lux. Sebelum keluar dari restauran,Tratiana segera menarik tudung kepala dari jubah yang ia kenakan itu diikuti oleh Lux yang juga memerhatikan gerak-geriknya.
"Siap?!"tanya Tratiana yang kini menatap Lux yang juga menatapnya dengan senyum.
"Siap."
Keduanya lantas melangkah keluar dari restauran itu.
Hal pertama yang memasuki gendang telinga keduanya adalah suara bising kereta kuda berlalu lalang,orang orang yang tengah berjalan sembari berbicara.
Rasa penat di kepalanya segera menghilang. Tratiana benar-benar senang karena berhasil keluar dari restauran yang sunyi dan membosankan itu.
Gret
Remasan pada tangannya membuat Tratiana yang hendak melangkah pun segera menoleh pada sosok yang sedaritadi menunduk.
Tratiana yang merasakan genggaman yang kian erat itu segera menaruh kedua tangannya di kedua sisi kepala yang tertutupi oleh tudung jubah itu.
Kedua bola mata yang berbeda warna itulah yang ia lihat.
Tratiana lantas tersenyum manis."Jangan takut. Aku ada disini bersamamu,Yang Mulia."
Lux yang mendengar itu segera menunduk lalu menggenggam sebelah tangan Tratiana." Jangan jauh-jauh."
"Oke. Kita jalan-jalannya hanya disekitar restauran. Tidak akan jauh."
Lux dengan patuh pun mengangguk pelan lalu mulai melangkah mengikuti Tratiana.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
I BECAME WIFE IN A TRAGIC NOVEL[On-going]
Fantasy***** Tratiana gadis biasa yang hidupnya monoton dimana ia hanya memikirkan kuliah- pulang rumah-mengoleksi dan membaca novel. Suatu hari ia tiba tiba saja masuk kedalam salah satu novel yang akhir akhir ini ia baca yaitu novel dark romance fantasi...