Chapter 3

27 4 0
                                    


"Jangan berharap lebih pada manusia, karena manusia itu bukan Tuhan"
~~~Reyda





Happy Reading.....

Mashion minimalis itu hanya di huni oleh Varez dan beberapa pembantu serta dua satpam, dan dua supir pribadi. Varez selalu merasa sendiri di rumah nya, karena tidak ada kasih sayang atau kehangatan di dalam nya. Hanya seorang babysitter yang menjadi maid di tempat tinggal nya yang menjadi sumber kasih sayang.

Sedari usia nya yang menginjak enam bulan, Varez selalu tinggal bersama sang babysitter. Karena ibu nya adalah seorang dokter sedangkan ayah nya adalah CEO yang pasti sangat sibuk dengan pekerjaan nya yang sering berada di luar negeri.

"Permisi tuan muda, ini sudah larut malam tuan. Bi Eris menyuruh saya agar tuan muda istirahat!!" ucap salah satu satpam yang berjaga malam ini pada tuannya. Bi Eris adalah babysitter Varez dari kecil, bahkan dirinya sudah mengganggap bahwa bi Eris lah yang pantas menjadi ibu.

Varez menoleh dan membawa buku novel nya di tangan kiri dan tangan kanan nya memegang ponsel miliknya. "Bener kata bi Eris?? Bapak jangan bohong!!" jawab Varez. Karena jika tidak membawa nama Eris saat menyuruh Varez, itu tidak akan mempan, alhasil Varez akan membangkang bahkan menolak mentah-mentah.

"I-iya tuan, tadi bi Eris menyuruh saya agar tuan muda segera masuk dan beristirahat" ujar satpam itu sambil menunduk. Vares sebenarnya tak yakin, tapi karena dia malas untuk meladeni satpam ini, Varez hanya menghela napas lelah dan mendekati satpam itu.

"Oke saya masuk, tapi tolong bawakan gelas susu itu ke dapur!! Tolong ya mang Urip?!" pinta Varez pada satpam itu lalu segera masuk ke dalam melalui pintu utama sambil tersenyum menahan tawa melihat wajah panik satpam nya.

Saat membuka pintu utama, suasana hati Varez langsung berubah yang tadinya tenang kini kembali gelisah. Varez menatap sekeliling. 'Rumah sebesar ini hanya di huni oleh anak kecil dan tujuh maid saja?? Benar benar sangat merugikan!!' Ucap varez dalam batin nya.

Lagi lagi Varez hanya menghela napas lelah dan kembali melangkah menuju kamar nya dilantai ke dua. Tapi baru saja menaiki anak tangga yang ketiga, langkah nya terhenti ketika melihat lampu dapur masih menyala. "Apa bi Eris lupa mematikan lampu nya??" Gumam nya, Varez segera turun dan berjalan menuju dapur, ternyata benar di sana ada seorang perempuan dengan daster biru bunga bunga tengah mengaduk sesuatu.

Terdengar dari dentingan antara sendok dan benda berbahan kaca tersebut. "Bi Eris??" panggil Varez, perempuan itu seketika memutar tubuh nya saat mendengar namanya di panggil oleh suara yang tak asing baginya. "Eh den Varez?? Aden belum tidur??" tanya bi Eris mendekat ke arah Varez sambil membawa segelas teh.

"Belum, Varez mau tidur, tapi liat lampu dapur masih nyala, Varez kira bibi lupa, ternyata ada bibi lagi bikin teh" jelas Varez sambil tersenyum.

"Ah iya, den!! Bibi tadi dapet pesan dari kang Urip, katanya dia mau minum teh hangat, gitu Ceunah?!?" Jawab bi Eris dengan jujur. Sedetik kemudian, mang Urip datang membawa gelas kosong bekas susu yang di minum Varez.

"Tuan muda ternyata masih disini?!" Varez menoleh pada sumber suara. Dirinya langsung melihat bi Eris yang tersenyum. Varez yang peka langsung tersenyum dan menatap mang Urip dengan tak biasa. "Em ya udah kalo gitu, Varez ke kamar dulu ya, bi, mang?!!" pamit Varez pada kedua pasutri yang baru saja menikah tiga bulan yang lalu.

"Iya den, silahkan!! Selamat malam den Varez" ucap bi Eris.
"Selamat malam tuan muda?!" lanjut mang Urip sambil membungkuk hormat. Varez hanya tersenyum dan berlari ke arah tangga. "MANG URIP JANGAN LUPA KASIH VAREZ DEDEK YA?!!" teriak Varez dari lantai dua di akhiri oleh kekehan kecil.

Kedua pasutri yang masih di dapur itu tersenyum melihat tingkah serta mendengar teriakan dari anak majikan nya itu. "Mangga engkang?! Di minum teh nya, mumpung masih hangat" ucap Eris, dan urip langsung mendaratkan bokong nya di salah satu kursi meja makan itu.

•••••••••••••••••••••••

Suara berisik dari jam weker menyapa pendengaran seorang gadis blasteran Inggris Indonesia yang masih menutup matanya. Gadis itu mengeliat karena tidur nya terganggu oleh suara alarm yang berisik. Matanya terbuka dengan bola mata berwarna hazel melihat ke arah jam dengan alis yang sedikit menyatu.

"Baru juga jam setengah enam, prasaan aku nyetel alarm tuh jam enam deh" monolog nya, karena saat malam dia menyetel alarm pada angka enam. Baru saja Zoya menarik kembali selimut nya, tapi suara cempreng dari ibunya menjadi alarm bahaya dia saat ini.

"ZOYA!!!!! CEPAT BANGUN DAN SARAPAN!! JANGAN TIDUR LAGI!!!!" teriak Fiza, ibu yang menjadi seorang dosen di kampus anak kembarnya. Ya Fiza memiliki anak kembar, kakak dari Zoya, dan suami Fiza adalah seorang dokter spesialis THT.

"IYA MAMA, ZOYA MAU MANDI DULU!!!" sahut Zoya dan langsung turun dan pergi ke kamar mandi dengan mata yang masih ingin tidur.

Sementara itu, di ruang makan di rumah sederhana tapi tetap telihat elegan itu, sudah ada si kembar Sena Seno, Fiza dan Andi. Keempatnya menunggu tuan putri mereka yang tak lain adalah Zoya, yang belum turun juga.

"Ma, Seno udah laper!! Zoya kemana sih? Ko lama banget!!!" keluh Seno sambil menatap iba pada nasi dan lauk nya yang sudah di siapkan oleh Fiza yang di bantu oleh IRT rumahnya.

Sepuluh menit berselang, akhirnya tuan putri di rumah ini turun dengan tergesa-gesa. Rapih memakai seragam sekolah nya dengan menenteng tas di bahu kanannya, dengan tangan kanan menjinjing paper bag berukuran kecil yang berisi oleh-oleh untuk Naviya dari papanya yang baru pulang.

"Maaf, Ma, Pah, abang!! Zoya telat lagi, maaf ya hehehe?!" ucap Zoya yang sadar dengan kesalahan nya karena keterlambatan nya, membuat yang lain harus menunggu untuk sarapan bersama.

"Gapapa sayang, ya udah ayo sarapan keburu telat nanti nya?!" ucap Fiza dan semua nya duduk tenang di tempat nya masing-masing menikmati sarapan pagi yang di isi oleh nasi capcay dan tempe serta susu sebagai minuman berenergi untuk ketiga anak dan suaminya.

Setelah selesai memakan sarapan dan meminum susu hangat nya, Sena Seno dan Zoya berpamitan untuk pergi ke kampus dan sekolahnya. Zoya selalu berangkat dengan kakak kembarnya karena jalan nya juga searah dengan kampus si kembar. Tetapi, Zoya akan pulang bersama supir pribadinya.

Sepanjang perjalanan, Zoya hanya menguap karena masih mengantuk, sampai di depan gerbang utama sekolah nya, Zoya berpamitan pada kedua kakak kembar nya di dalam mobil.

Setelah keluar, Zoya malah di panggil oleh Sena dari dalam mobilnya dengan kaca yang terbuka. "Zoya!!" panggilnya. Zoya menoleh dan mendekat kembali ke arah mobil sang kakak. "Kenapa?" tanya Zoya. "Paper bag kamu ketinggalan, kita juga belum ngasih itu ke kamu?!" jelas Seno sambil menyodorkan paper bag nya dan di Terima oleh Zoya.

Zoya sempat bingung sambil mengangkat salah satu alisnya untuk berpikir. "Apaan??" tanya Zoya. Sena memberi isyarat untuk mendekatkan kepalanya ke kaca yang mobil yang terbuka. Zoya menurut dan dengan pelan tangan Sena dan Seno terulur untuk mengusap kepala Zoya.

Zoya tersenyum dan langsung menarik kepalanya kembali tegak, dengan tiba-tiba mukanya memerah dan menahan senyuman nya. Dirinya tanpa berpamitan langsung segera pergi dari samping mobil sang kakak dan langsung pergi ke gerbang utama sekolah.

Ternyata di sana sudah ada Rizal yang menunggu nya dengan berdiri di samping gerbang sambil bersidekap dada. "Maaf kamu nungguin aku lama ya??" tanya Zoya saat sampai di depan Rizal.

Bukan ocehan atau teguran yang Zoya dapat, tapi sebuah elusan lembut yang menyapu rambut hitam nya. Zoya terpaku saat melihat senyum manis dari Rizal yang benar-benar sempurna.

'Yatuhan, kenapa dia sangat sempurna?? Liat lah pahatan di wajah nya!!! Tidak ada kecacatan sedikitpun.... Aku gila dengan nya Tuhan!!!' batin Zoya mengadu pada Tuhan akan kesempurnaan ciptaan nya.

•••••

TBC.....
Tinggalkan jejak kalian kawan!!!

one sided loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang