34

2.1K 192 14
                                    

Entah sudah berapa kali caine mendengus kesal. Bagaimana tidak kesal jika dirinya ini malah di diami oleh si surai ungu.

Bukannya harusnya dia yang marah? Lalu mengapa jadi si keparat ini yang marah. Lihat saja tuh wajahnya yang tanpa ekspresi apapun bahkan tidak melirik nya sama sekali.

Mereka berdua sedang dalam perjalanan pulang menggunakan mobil, atau bisa dibilang bolos karena belum waktunya pulang sekolah.

Bagi caine lebih baik dia pulang sendiri dari pada harus dihadapkan dengan situasi saat ini. Sudah beberapa kali dia mencoba membuka percakapan namun Rion bahkan tidak berniat menjawabnya.

"Mau kemana?" Caine menoleh menatap Rion karena pria itu nampak tak bermaksud membawanya pulang ke rumah, karena malah melintas pada jalur yang berlawanan arah dari rumahnya.

Tak ada sahutan, pria itu nampak tak peduli dengan caine yang semakin dibuat geram.

Caine pegang tangan Rion disisi setir mobil dengan hati-hati.

"Kamu kena-" namun sebuah tepisan lah yang caine terima.

Caine terpaku, tatap matanya jatuh pada tangannya yang di tepis tadi seolah tak percaya.

"Turunin gw"

Lagi-lagi tak ada jawaban dari si surai ungu itu yang membuat caine menggeram, kuku-kuku jarinya memutih akibat kepalan tangannya.

"Berhenti atau gw loncat, Kenzo"

Rion awalnya tak mengindahkan gertakan dari si cantik, namun melihat gelagat caine yang meyakinkan membuat dia melipir sebentar.

"Ngapain di kunci, anjing?" Caine berdecak kesal, bahkan belum sempat dirinya bersiap keluar pintu mobil sudah lebih dulu dikunci.

"Perhatikan bicaramu"

Caine tertawa dengan dengan ekspresi wajah meremehkan.

"Bisa ngomong ternyata, gw kira bisu"

"Jangan buat aku semakin marah"

"Apa tuli ya, kan tadi kaya ga dengerin gw ngomong"

"..."

"Apa, ga suka? Yaudah sana ngomong aja sama cewe lu yang oke itu" lanjut caine

"Buka kuncinya!" Karena tak kunjung di buka, pria cantik itu dengan tak sabaran menarik gagang pintu untuk memaksanya agar terbuka.

"Jangan kekanakan, kenapa sih kamu sebenarnya?"

Caine memiringkan kepalanya menatap tak percaya pria disampingnya.

"Kenapa? Lo yang kenapa anjing! Lo kira gw ngga bingung sama sikap Lo tadi yang diem aja? Lo kira gw pakar psikologi yang bisa tahu sama sikap aneh Lo itu?!"

Deru napasnya memburu, kerutan pada dahi mulusnya menggambarkan bagaimana bingungnya dia pada sikap Rion. Matanya memanas yang menandakan sebagaimana kacau perasaannya.

Kenapa laki-laki ini marah? Kenapa laki-laki ini diam saja? Kenapa dan kenapa. Bukankah harusnya dia yang marah tatkala melihat bagaimana intimnya laki-laki disampingnya dengan perempuan itu.

Dimana pembahasan menyeleweng perempuan itu membuatnya terbakar, sopan kah berbicara seperti itu pada miliknya.

Sialan, dia bahkan lupa bahwa Rion belum benar-benar menjadi miliknya melihat tidak ada yang berusaha meresmikan hubungan mereka. Dasar lemah, begini saja sudah menangis.

"Maaf, tidak seharusnya aku berbicara demikian"

Diraihnya pergelangan tangan si cantik membawanya dalam genggaman hangatnya. Merasa bersalah karena tidak seharusnya dia terbawa emosi, apalagi dia yang lebih dewasa ini  harusnya lebih bisa membawa hubungan ini dalam kubangan cinta yang sejati.

mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang