4. Benang Biru

568 113 14
                                    

Malam berlalu dengan cepat, untuk mengatasi racun yang menyebar dari tubuhnya, Anastacius menggunakan sihirnya untuk memaksa racun itu keluar melewati sayatan yang ia buat di area nadinya. Pria itu terlelap setelah melakukan itu dan terbangun keesokan harinya.

Awalnya Anastacius berpikir akan pergi dari pos itu keesokan harinya dan lanjut berkelana. Secara ia sendiri tak tau cara kembali ke masa depan dan tak punya urusan lebih di tempat itu setelah ia mengobati para prajurit yang terluka.

Tapi disaat ia sudah bersiap akan pergi, Felix dengan panik menyeret tangannya dan membawanya ke barak lain di pos pertahanan itu. Banyak prajurit terluka, dan Anastacius dengan sigap melakukan pertolongan pertama. Beberapa tabib mulai mengaguminya dan mengekorinya, melihat bagaimana cara pria itu dengan tenang namun tegas dan sigap merawat para prajurit terluka. Meski masih ada beberapa tabib yang gengsi dengan keberadaan dirinya, setidaknya masih lebih banyak tabib yang sadar dan mementingkan kondisi prajurit istana.

Siang ini sekitar 100 orang prajurit terluka. Anastacius mengernyit, apa separah ini kondisi di perbatasan? Ini karena monster? Pemberontakan atau penyerangan? Ia tak mengerti sedikitpun. Yang ia lakukan hanya meraih pisau bedah dan menggunakan sihir benang biru miliknya untuk mengikat luka terbuka para kesatria.

Suara rintihan kesakitan para prajurit dan suara Anastacius yang terus mengerahkan kemampuannya sembari meminta para tabib lain untuk mengambil perban baru terdengar saling tumpang tindih. Felix mengusap wajahnya dengan kasar, wajahnya tampak pucat meski ia berusaha tenang.

Di pos pertahanan ini hanya ada 1000 pasukan, tiap hari banyak yang jatuh terluka dan parahnya banyak yang belum bisa bertarung dengan kondisi prima. Felix mengepalkan tangannya dengan erat 'ini salahku karena lalai dengan pergerakan para monster di sisi Utara tadi malam, regu yang berjaga disana benar-benar terkena dampak terburuknya' batin kesatria itu, ia tak bisa berhenti melihat kondisi bawahannya, menatap para prajurit yang merintih kesakitan.

Anastacius sendiri tak terlalu peduli dengan kehadiran Felix, ia hanya sibuk berkeliaran kesana kemari, mengobati mereka yang paling parah lebih dulu dan bergulir ke mereka yang hanya mengalami cedera ringan. Ia melupakan sarapan, bagus sekali. Pria itu benar benar lupa sarapan dan waktu kini berjalan lebih cepat.

Untuk mengobati 100 orang, Anastacius benar-benar harus mengerahkan tenaga lebih. Ia lupa dengan kondisinya sendiri dan sibuk dengan pekerjaannya. Pria itu tampak tenggelam dalam fokusnya, netranya terlihat linglung dan kelelahan sementara wajahnya yang tertutup tudung jubah tampak pucat.

Tapi jiwa kemanusiaan milik Anastacius lebih kuat dari rasa lelah itu. Tiap kali ia hampir terjungkal karena kelelahan, ia akan mengingat jika ia pernah melakukan operasi selama 10 jam tanpa istirahat. Mengobati seratus luka ringan tanpa operasi takkan membuatnya tewas di tempat.

'cih, jangan menyerah disini Anastacius bodoh, bukankah kau sangat bangga dengan gelarmu sebagai dokter jenius?'

PLAK!!

"T-tuan Inglid?" Ucap seorang tabib yang tersenyum kaku saat Anastacius menampar pipinya sendiri untuk membuat ia tetap fokus. Pria bertudung itu tersenyum lebar dan berkata "tidak apa-apa, ngomong ngomong, bisakah kau membawakanku baskom air baru? Kita harus memastikan air yang di gunakan steril untuk setiap pasien"

"Tentu saja" ucap tabib perempuan itu berjalan pergi untuk mengganti air dengan yang baru.

Anastacius kembali fokus, ia tenggelam sekali lagi dalam pekerjaannya. Tangannya sedikit gemetar karena kekurangan tenaga, rasa perih dari bekas sayatannya kemarin malam adalah hal yang membuatnya sadar.

Pria itu terlalu fokus sampai ia tak menyadari seorang pria dengan pakaian formal dan jubah Crimson melangkah masuk untuk melihat kondisi prajuritnya. Surai pirang dengan mata safir permata. Felix dengan sigap membungkuk, para prajurit yang masih bisa bangkit ikut membungkuk bahkan para tabib menghentikan sejenak pekerjaan mereka. Hanya Anastacius yang tidak menoleh dan fokus dengan pekerjaannya.

Regret Message - WMMAP AU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang