2. Seorang Inglid

589 117 6
                                    

"ikat ini sedikit lebih kencang, kita bisa mengeluarkan benda ini secara perlahan" ucap Anastacius, ia dengan sigap mengikat luka di perut kesatria itu dengan jubah bersih milik Felix. Cakar monster itu masih menancap, tapi Anastacius tak berniat mencabut itu secepatnya

Luka ini terlalu dalam dan lebar, ia butuh waktu perlahan untuk mengeluarkannya. 'dengan sihirku yang aktif lagi, seharusnya aku bisa menjahit lukanya dengan benang sihir, tapi pertama aku harus memastikan pendarahannya usai' batin pria itu

"Itu beracun, apa yang akan kau lakukan untuk menangani itu? Jika tak segera di lepas maka-

"Humph?" Anastacius menoleh, jarinya mencolek cairan hijau yang keluar dari cakar besar itu sembari mengemutnya, membuat Felix melotot dengan wajah pias "TUAN APA YANG KAU LAKUKAN?! ITU RACUN!!"

'ini memang racun, tapi tak sekuat racun Cobra' batin Anastacius menggeleng cepat. "ssh! Aku hanya menilai tipe racunnya!" Pria itu mendongak ke salah satu prajurit dan memerintahkannya "kau cari buah kelapa! Pastikan warnanya masih hijau, serabutnya masih berwarna merah muda lalu bakar itu dan bawa kemari!"

"Eh? Untuk apa?!"

"Untuk menunda racunnya menyebar! Cepat lakukan! Dan kau!" Ucap Anastacius menunjuk Felix lalu berkata "jangan panik, rekanmu akan baik baik saja" ucapnya sembari mengacungkan jempol pada Felix. Pria itu tersenyum lebar, seolah racun yang ia cicipi bukan masalah besar. Ia justru kembali fokus dengan pekerjaannya, memastikan pendarahannya usai' dan menekan nekan area ulu hati kesatria itu dengan perlahan.

Felix tersentak, entah kenapa ia tak menjawab dan mengangguk pelan. Ia tak menyangka bahwa pria misterius ini mampu menebak pikirannya dengan tepat. Ia lebih panik dari semua orang disana

Felix menghela nafas panjang, menenangkan dirinya sembari menatap Anastacius yang dengan lihai menggunakan belati di tangannya. Pria itu melebarkan area tusukan secara perlahan, menarik cakar monster itu keluar dan mengeluarkan sihirnya.

Cahaya biru mengelilingi tubuhnya, dengan kupu kupu putih berterbangan dengan cahaya lembut dari sayap mereka. Seutas tali dari benang sihir melayang di udara, dengan sigap menjahit luka di perut kesatria itu dengan cepat dan akurat.

Anastacius tampak tenang dengan pekerjaannya, 'ini lebih mudah dengan sihir' batin Anastacius tersenyum tipis. Ia sudah memastikan luka terbesar tertutup, tinggal racun yang harus ia netralkan.

Drap drap!

Langkah kaki kesatria yang sebelumnya diminta membakar kelapa muda terdengar, "tuan Inglid, ini kelapanya" ucap kesatria itu menyerahkan kelapa yang tampak gosong bagian luarnya

Anastacius menerima kelapa itu dan meminta bantuan kesatria lain untuk membenarkan posisi Ed "bantu aku, buka mulutnya." Felix dengan sigap ikut membantu, ia meraih rahang Ed dan memaksanya terbuka, membiarkan Anastacius menuangkan cairan kelapa yang terasa hangat ke dalam mulut rekan mereka.

Anastacius memastikan air itu masuk sepenuhnya, ia bisa melihat cairan hijau keluar dari sela bibir Ed, itu membuatnya menyeringai puas "sebagian besar racunnya akan keluar, hanya tersisa kecil dan imun tubuh akan mengurusnya. Dia aman"

Pria bertudung itu bangkit dan memunggungi mereka, mengangkat jarinya ke atas dan tersenyum lugu tanpa dosa "ngomong ngomong dia akan muntah"

"HOEEEKKK!!!"

"AAAHHH!!"pekik beberapa kesatria yang terkejut saat Ed muntah.

"Bagaimana kau-

Felix lagi lagi terdiam, ia menatap rekannya yang tampak membaik setelah muntah, tak lagi berkeringat dingin meski masih lemah. Pria itu terpana, ia menatap Anastacius yang berbalik menghadapnya. "Bagaimana kau melakukan itu dengan barang sesimpel ini?! Kau jenius!"

Regret Message - WMMAP AU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang