19. Arwah Para Leluhur

411 96 12
                                    


Anastacius tak tau lagi harus bereaksi seperti apa. Ia berdiri di sana, di tengah aula megah dimana banyak pria dan wanita berpakaian khas kaisar berdiri mengelilinginya. Jujur Anastacius bukan orang pintar dalam sejarah, tapi ia masih ingat materi yang di ajarkan di kehidupan pertamanya mengenai rupa leluhur dan kaisar kaisar pendahulu mereka.

Ia bisa mengingat lukisan wajah mereka yang begitu mirip dengan sosok sosok yang berdiri di sekitarnya. Seorang wanita berambut putih dengan mata biru safir duduk di anak tangga, gaya kelakuannya tampak urakan tapi tak cukup untuk menutupi kecantikannya. "Kaisar wanita ke tiga Obelia, Letizia.." lirih Anastacius, Letizia yang mendengar itu menyeringai lebar dan mengangguk puas "yup, itu aku nak. Nenek buyut mu~"

"Hei! Setidaknya sebut namaku dulu! Aku ini kaisar wanita pertama loh!" Pekik kesal seorang wanita lain dengan rambut hitam dan mata safir cerah miliknya. Anastacius hanya tersenyum kaku dan berkata "maafkan aku nenek Isabella.."

"Nenek?! Penampilan ku masih segar begini!!" Pekik Isabella kesal sendiri. Tapi ia bisa apa? Ia memang nenek buyut Anastacius disini.

"Jika kau tak mau di sebut nenek lalu aku apa? Fosil?" Ujar kaisar pertama Obelia, Sullivan De Alger Obelia.

Para kaisar terdahulu yang lain hanya bisa menghela nafas panjang, mereka mengendikkan bahu dan menatap Anastacius yang tampak kebingungan. "Kau pasti terkejut.."

Anastacius menoleh, ah itu Kyllum. Wajahnya yang cukup tua cukup bisa dengan mudah di ingat. "Ya, tapi aku tak terkejut. Aku lebih kaget kau kemari setelah anakmu membuat ulah"

Kyllum meringis, mengusap tengkuknya sendiri dan merasa malu. Perbuatan Aethernitas yang merupakan putra kandungnya telah menciptakan penyimpangan besar dalam semesta. Dan ia benar-benar malu harus berdiri disana, di depan para kaisar sebagai ayah dari Aethernitas. 'besok kick dari kk' batin Kyllum.

Lukezera terkekeh pelan "haha, sepertinya kami tak perlu menjelaskan apapun padamu nak"

Anastacius kembali mengalihkan perhatian pada ayahnya "tapi kenapa kalian semua berkumpul disini dan mengajakku nongkrong disini? Aku bukan lagi Anastacius De Alger Obelia. Dan aku juga masih harus melahirkan anakku. Jadi jangan ajak aku keliling surga dulu"

Kaisar kedua, Eladhitas namanya. Tampak mengernyit dan terkekeh pelan "benarkah? Lalu apa maksud dari rambut pirang dan mata biru safirmu itu hum? Dan lagi, tak ada yang mau mengajakmu mati disini" Anastacius terbelalak, ia reflek berlari menuju kolam air mancur di sana dan melihat pantulan dirinya. Itu dirinya! Dirinya di kehidupan pertama! "B-bagaimana mungkin?! Aku tak lagi memiliki raga ini!!"

"Memang tidak, tapi itukan wujud asli jiwa mu. Disini hanya jiwa yang bisa masuk. Meski ragamu berubah sekalipun, disini yang bisa masuk hanya jiwa aslimu" ucap Isabella. Ia duduk menyender di bawah tahta kosong disana. Di sampingnya tampak kaisar wanita ke dua berbaring sembari memejamkan matanya. "Kami sudah susah payah menarik mu kemari loh nak, setidaknya tinggallah sebentar" ujar Celestine dengan tenang.

"Aku tau kau sangat khawatir, apalagi dengan Claude, tapi tenang saja. Kami yakin ia dapat mengatasinya" ujar kaisar lainnya. Anastera namanya.

Anastacius hanya bisa menghela nafas pasrah. Pasti ada sesuatu yang ingin di bicarakan oleh para leluhur ini disini. Dengan tenang ia menegakkan tubuhnya lagi lalu menatap para leluhur dengan serius. "Jadi, apa yang ingin kalian bicarakan?"

Sullivan selaku kaisar pertama, tersenyum tipis dan berkata "kami akan melindungimu nak." Dan ucapan itu membuat Anastacius menunjukkan wajah konyolnya. "Ha?"

Celestine tertawa kecil dan menyahut "ini memang agak terlambat untuk memberitahu, tapi portal yang membawamu kembali ke masa lalu adalah ulah kami. Kami sudah bermain kejar-kejaran dengan Aethernitas selama ini."

Regret Message - WMMAP AU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang