6. Ranjang tak terduga

750 123 24
                                    

"keluargaku adalah keluarga yang sangat berpengaruh di benua kami. Sebagai pewaris utama aku sangat di tuntut untuk melanjutkan semuanya" Anastacius tersenyum lebar sembari mengatakannya. Ia tak berniat menutupi apapun, toh itu kebenarannya. "Tapi aku tak ingin menjadi pewaris, jadi aku kabur dan menjadi dokter yang berkelana ke tempat yang jauh"

Claude melongo, Felix apalagi. Jelas mereka terkejut. Sebuah keluarga yang berpengaruh di benua lain. Lalu Anastacius menolak menjadi pewaris. Oh tuhan, Claude tak tau nasib keluarga itu sekarang. Claude berdehem sembari memperbaiki ekspresinya "kau memang aneh"

"Ku anggap itu pujian"

"Itu bukan pujian, tapi sindiran." ucap Claude pasrah. Kenapa malah ia yang sakit kepala disini setelah bicara dengan Anastacius?dengan ekspresi datar, pria berambut pirang dengan mata safir permata itu memperhatikan Anastacius secara lekat.

Surai hitam, netra safir dengan gradasi keemasan dan wajah yang tampak pucat karena kelelahan. "Kau, jadilah dokter istana"

"?!"

"Aku?" Beo Anastacius, ia tak menyangka ini sebenarnya. Ia bahkan berpikir Claude akan mengusirnya. Tapi apa ini? Adiknya di kehidupan pertamanya itu malah memintanya menjadi dokter istana?

Claude mendengus tipis "aku tau kau tak tuli. Kau bilang kau kabur, tak ada tempat lebih aman selain istana ku, lagian kami butuh dokter seperti mu meski sedikit gila"

Anastacius mengernyit, "aku tak gila, cuma tak tau diri. Dan lagi, aku tak berniat bekerja sebagai dokter istana, itu merepotkan"

"Aku akan membayarmu berapapun yang kau inginkan"

"Aku punya urusan lain selain ini kau tau" ujar Anastacius, ia memegangi keningnya yang terasa pening. Sebenarnya itu tak salah, sejak awal ia datang kembali ke masa lalu, ia sudah berencana untuk mencari raga aslinya, lalu membunuh raga itu dan menyegel Aethernitas. Tapi ia teralihkan dengan kondisi kerajaan yang terasa aneh baginya

Penyerangan, monster yang lepas kendali, juga pemberontakan. Itu adalah hal yang tak Anastacius ingat pernah terjadi di kehidupannya yang pertama.

Sisi kemanusiaan Anastacius meronta tiap kali ia melihat prajurit terluka. Dan itu membuatnya benar-benar teralihkan. Suara Felix yang terdengar berhasil menariknya dari lamunan "yang mulia, saya hanya mengingatkan jika tuan Inglid berasal dari tempat yang jauh. Pasti sulit baginya untuk beradaptasi" ujar Felix pada Claude yang menoleh padanya.

"Dia sendiri yang berkata ingin pasiennya selamat. Maka ia bisa bekerja sebagai dokter istana. Hanya orang bodoh yang menolak tawaran emas" ucap Claude, ia menatap datar ke arah Anastacius yang memegangi keningnya. Sejak tadi ia sudah memperhatikan gelagat Anastacius. Pria itu kelelahan, tapi Claude tak berniat melepaskannya sedikitpun. Ia tau, jika tidak kembali istirahat, Anastacius pasti kembali ke barak untuk melihat apa ada prajurit yang baru terluka.

Dengan tenang kaisar itu menopang dagunya dan berkata "mungkinkah kita harus bicara secara pribadi?" Ia melirik Felix, sang ajudan yang mengerti lantas membungkuk memberi salam sebelum akhirnya berbalik pergi menyisakan Anastacius dan Claude di dalam ruangan tersebut. Memberi privasi pada sang kaisar dan sang dokter yang kini memfokuskan diri pada Claude di hadapannya.

Sesaat hening, hampir tak ada yang bicara sampai Anastacius memecah keheningan "begini, aku tak berniat menjadi dokter istana. Jujur saja selain kabur dari ayah dan keluargaku, aku juga sedang mengejar seseorang yang sangat berbahaya" Claude menaikkan sebelah alisnya, merasa sedikit kaget Anastacius akan mengatakan itu dengan terang terangan. Sepertinya Anastacius memang tak punya rem untuk mulutnya.

"Begitukah? Lantas mengapa kau mengatakan itu padaku?"

"Tak ada keuntungan juga bagiku berbohong" ucap Anastacius menggeleng pasrah. Ia mengusap rambut hitamnya ke belakang sembari berkata "kau takkan mengerti, karena ini urusanku"

Ucapannya berhasil membuat sudut bibir sang kaisar tertarik ke atas, untuk sesaat Claude mendengus geli, ia menegakkan tubuhnya sembari bangkit dan berjalan menghampiri Anastacius yang mendongak menatapnya. "Sebenarnya aku tak terlalu ingin memintamu menjadi dokter istana. Aku malah punya penawaran yang jauh lebih baik bagimu"

Secara tak terduga Claude berjongkok di depan Anastacius yang duduk di sofa, membuat pria itu melotot kaget dan hendak bangkit namun segera di tahan oleh sang kaisar. Pria itu memegangi tangan Anastacius dan menatap lurus ke arah kedua matanya.

Jantung Anastacius berdebar kencang 'apa ini? Apa dia akhirnya sadar dan minta ampun karena takut terkena azab adik durjana?' batin Anastacius penuh antisipasi konyol miliknya.

Tangan Claude bergerak dengan lembut menarik telapak tangannya, menundukkan kepalanya perlahan dan mengecup punggung tangan Anastacius sembari berkata "jadilah selirku Anastacius.."

JDERRRR!!!!

"Ha?" (Translate : kewarasan Anastacius yang sebenarnya cuma imajinasi tiba-tiba hilang entah kemana)

Anastacius melongo, wajahnya mendadak jauh lebih putih dari helai kertas HVS ukuran F4. Roh nya bahkan keluar menjadi asap dari mulutnya yang terbuka. Pria itu menggeleng cepat, berharap apa yang ia dengar hanya sebuah kesalahpahaman. "Maaf? Aku pasti salah dengar"

"Tidak, aku meminta-, maksudku memerintahkanmu menjadi selirku" ucap Claude, ia menyeringai puas melihat wajah pias Anastacius.

"Kau pasti gila"

"Tidak, aku hanya tak tau diri"ucap Claude meniru ucapan Anastacius. Kaisar itu bangkit, ia dengan sengaja mengukung tubuh Anastacius di sofa, mengurungnya di bawah tubuhnya

"Aku tak mau!kau gila!" Erang Anastacius berusaha meronta, sayangnya Claude lebih kuat dan menahan kedua tangan pria itu di atas kepalanya.

"Aku tak butuh persetujuan mu, kau akan menjadi selirku"

"KOK MAKSA?!"pekik Anastacius meronta, ia memberontak penuh frustasi, apalagi saat adik biadabnya itu mulai mengangkat tubuhnya ala karung beras lalu membawanya menuju ranjang besar di ruangan yang sama.

"AKHHH!!! TIDAK MAUUU!!! IBUUUU!!"pekik Anastacius histeris, ia memukuli punggung Claude dan menendang udara kosong dengan panik.

BRUKK!!

"Aah!!" Anastacius terperangah kaget saat Claude melemparnya ke atas kasur. Dokter itu gemetar dengan wajah pias saat melihat sang kaisar mulai membuka jubah dan pakaian formalnya sembari merangkak naik ke atas tubuhnya.

Tubuh kekar, halus dan sempurna. Sialnya Anastacius tak tergoda! Ini lebih mengerikan daripada menghadapi Ghoul kelaparan atau di hadapkan dengan rumbling duta shampoo sebelah!

"T-tidak..asal kau tau...kau akan jadi durhaka jika kau melakukan ini" ucap Anastacius dengan wajah pucat, ia terus meronta tapi Claude terus mengukungnya dengan kuat.

Anastacius bersumpah ia bisa melihat seringai kemenangan di wajah Claude yang mulai melepaskan kancing bajunya satu persatu, itu membuat Anastacius makin panik "a-aku belum makan dari kemarin sore!! Jadi jangan bercanda dengan hal bodoh ini"

Claude terkekeh pelan, ia mendekatkan wajah mereka, meniup daun telinga Anastacius yang gemetar dengan wajah merona lalu berbisik
.
.
.
.
"Aku akan memberimu makanan yang akan membuatmu kenyang cukup lama, itu sangat bernutrisi dan kau akan meminta lebih"

TBC
RUQYAH DIA RAJUUU!!-Anastacius yang histeris

Pray for bapak Anas😱

Kasian ntar encok..

Kita doakan yang terbaik aja moga moga selamat sampai tujuan

Jangan lupa vote nya minna (⁠人⁠ ⁠•͈⁠ᴗ⁠•͈⁠)

Regret Message - WMMAP AU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang