18. Gejolak Amarah

437 87 8
                                    

.
.
.
"AAKH!" Teriakan Anastacius terdengar, ia meremat bahunya yang berlumuran darah, belati itu menusuk bahunya begitu dalam.

Suara teriakan itu berhasil membangunkan Claude yang membuka matanya dengan lebar, dengan cepat ia melompat bangkit dan menoleh ke arah Anastacius. Nafasnya kembali dibuat tercekat melihat kondisi selirnya itu.

"ANAS!"pekik Claude bergegas menghampirinya, tanpa menunggu banyak waktu, kaisar itu segera mengangkat Anastacius ke pangkuannya, dengan cepat namun hati-hati agar tak melukai tubuhnya yang terluka parah.

Manik Claude menciut dengan nafas tercekat, ia memeluk erat Anastacius dengan binar mengerikan yang muncul di balik mata permata miliknya. "Maaf...maafkan aku...maafkan aku... seharusnya aku melindungimu...maafkan aku..maafkan aku..."Racau Claude dengan nafas memberat, ia membenamkan wajah Anastacius di pundaknya, tak peduli jika darah di tubuh Anastacius merembes dan mengotori pakaian tidurnya.

Kaisar itu gemetar, ia mengusap kepala belakang Anastacius disaat emosinya bergejolak. Marah, panik, frustasi dan kesedihan. Itu semua menyatu dan bergejolak dalam dirinya. Ia menunduk sejenak hanya untuk melihat darah dari kepala Anastacius yang mengalir dan menodai telapak tangannya yang gemetar.

"FELIX!!"teriak Kaisar itu bangkit sembari menggendong Anastacius yang melemas di pelukannya. Dengan segera ia membawa Anastacius keluar kamar. Langkahnya yang lebar dan cepat membawanya melewati lorong gelap di istananya. Claude tak peduli lagi, yang ia pedulikan hanya Anastacius yang berlumuran darah di pelukannya.

Claude tau ada penyusup, ia merasakan itu sebelumnya. Awalnya ia ingin segera bangun, tapi pembatas sihir menahan dirinya. Itu yang membuatnya harus menghabiskan sedikit lebih banyak waktu untuk bangun dan mendobrak pembatas itu, dan kini ia menyesal karena ia sungguh terlambat. Mengapa ia harus terlelap di saat Anastacius melewati malam mengerikan ini?!

Tadi siang sudah cukup dengan pendarahan sebanyak itu! Dan sekarang ini?! Claude bersumpah akan menaruh Anastacius di sisinya terus selama 24 jam jika seperti ini!

"FELIX!!"teriakan itu menggema hingga luar istana. Felix yang berada di penjara bawah tanah untuk menginterogasi lady Brilla dan madam Giselle reflek menoleh dan bergegas cepat melesat kembali ke istana. Pria itu berlari dengan ekspresi datar yang jarang ia gunakan. Menyadari teriakan Claude yang penuh amarah merupakan panggilan tugas baginya.

Awalnya Felix memang sedang bertugas menginterogasi dua wanita itu. Mungkin ini yang membuat Aethernitas berhasil mencuri kesempatan menyelinap di saat pedang kaisar itu lengah.

Dengan cepat kesatria itu berlari, langkahnya yang lincah dan ringan bagai menyatu dengan angin. Tak butuh waktu lama bagi kesatria itu untuk sampai di lorong istana dan berhasil menyusul sang raja.

"?!" Felix terbelalak kaget melihat kondisi Anastacius yang bersimbah darah dengan kedua tangannya yang memeluk perutnya dengan erat. "TUAN INGLID!" Pekik kesatria bergegas menghampiri keduanya.

Claude terengah engah, ia menggertakkan giginya dengan kasar sembari mengeratkan pelukannya pada Anastacius yang mulai kehilangan binar di matanya. "Tabib..penyihir..apapun itu bawa mereka kemari! Siapkan pasukan malam ini!"

DEG!

Felix tertegun, jantungnya seolah berhenti berdetak saat mendengar perintah terakhir. Siapkan pasukan, itu sama saja dengan terompet perang yang di gaungkan dengan keras.

Kesatria itu mendatarkan ekspresinya dan menunjukkan sisi profesional miliknya, hawa di sekitar 3 pria itu tampak begitu berat, Felix yang menunggu perintah dan Claude yang hancur sekali lagi pada hari yang sama.

Anastacius membuka sedikit bibirnya, tak bisa mengatakan apapun selain mengeluarkan suara deru nafas yang tipis. Darahnya mengalir, dari bahu yang menggenang di atas lantai dan dahi yang menetes menjadi jejak di lantai.

Regret Message - WMMAP AU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang