21. Saingan Terdeteksi

458 86 17
                                    

.
.

Makanan enak, mulai dari kue favorit hingga daging penuh protein. Semua itu tersaji untuk Anastacius demi mengembalikan energinya yang habis selama ini. Meski awalnya Claude ingin memberikan bubur hangat saja untuk Anastacius karena ia baru saja bangun, tapi melihat wajah penuh harap Anastacius saat mendengar kata makanan, membuatnya luluh dalam sekejap.

Kau tak tau bagaimana paniknya para chef di dapur saat kaisar mereka itu tiba-tiba meminta sebuah jamuan untuk Anastacius seorang. Mereka kelabakan dan harus menyiapkan semua makanan itu dalam waktu yang singkat. Memastikan makanan makanan itu bisa memenuhi perut Anastacius yang jelas kelaparan.

"Makanlah dengan perlahan" Claude berkata, kini ia telah berhasil kembali dari atas pohon mangga dan tengah duduk di samping Anastacius yang memakan potongan mangga asam yang di petik olehnya. Kaisar itu tersenyum tipis, tangannya dengan telaten mengupas mangga lainnya sembari sesekali memperhatikan Anastacius yang tampak berbinar seperti anak kecil.

Di dahi Claude tampak 2 plester tertempel membentuk huruf 'X' untuk menutupi memar di dahinya. Jika kau bertanya, ia mendapat memar itu saat melompat turun dengan nekat dan berakhir nyusruk dan membuat Felix hampir mati terkena serangan jantung saat itu juga. Mengapa mendampingi kaisarnya itu sekarang menjadi sangat sulit karena tingkahnya yang petakilan?! Felix harus apa sih?!

Sebenarnya Claude bisa saja langsung menyembuhkan memar itu menggunakan sihirnya. Tapi otak jeniusnya mendadak mendapat ide aneh lainnya. Jika ia kembali dengan memar seperti itu, Anastacius pasti khawatir dan panik. Karena jiwa dokternya sudah melekat sangat kuat, dan dengan itu, Claude pun memanfaatkannya untuk mencari perhatian Anastacius dan memastikan dunia Anastacius terfokus padanya.

Caper emang, kebanyakan tingkah juga:)

"Setelah ini aku ingin menemui Athanasia dan Jennete. Kau memindahkan mereka dari kamar kita ya?" Ucap Anastacius. Karena ia bisa melihat dua keranjang bayi yang biasa di taruh di samping kasur mereka telah berpindah entah kemana. Dan ia yakin Claude pelakunya.

"Aku harus memindahkan mereka karena kondisimu memburuk waktu itu. Tapi mereka tak jauh, masih di dalam istana ku" jawab Claude, ia memotong mangga yang ia kupas dan memasukkan potongan kecil ke dalam mulut Anastacius yang dengan senang hati mengunyahnya.

"Baguslah, mereka pasti sudah bisa merangkak sekarang. Ah, aku melewatkan banyak hal penting" ucap Anastacius agak menyesal. Tapi ia kembali tersenyum sembari mengusap perutnya. "Aku senang dia masih disini" ucapnya, padahal ia sudah khawatir dengan janin di perutnya. Untung saja itu masih kuat dan bertahan di perutnya.

"Aku lebih senang karena kau disini" ucap Claude, ia menurunkan pisau di tangannya dan memeluk Anastacius dengan erat, memastikan ia hangat dan aman saat ia sibuk memakan mangga dan makanan lainnya.

Untung saja nafsu makan Anastacius tak terganggu, ia tak pilih pilih makanan dan melahap semuanya. Justru Claude yang mungkin akan muntah disini jika ia harus memakan sesuatu.

Keduanya menikmati siang itu dengan tenang. Meski Claude sedikit berlebihan dengan memangku selirnya itu selama ia makan dan memastikan tak ada satupun nyamuk yang berani mendekatinya. Kedua orang itu masih menikmati suasana yang ada

Terutama Claude yang melepas rindu setelah penantian panjang menunggu Anastacius untuk bangun dari komanya.

Tok..tok

Suara pintu yang di ketuk terdengar, di lanjutkan oleh suara Felix yang berkata "yang mulia, ada kereta kuda datang di luar istana" Claude mengernyit, ia yakin ia sudah memberitahu para bangsawan bahwa ia tak menerima tamu di saat begini. Tapi mengapa masih ada yang berani datang dan mengusiknya?

Kaisar itu mengeratkan pelukannya pada pinggang Anastacius yang sibuk sendiri dengan makanannya. "Dari kediaman mana?"

"Aku tak tau yang mulia, bahkan lambang di bendera mereka tampak asing. Tapi anak kecil di dalamnya bilang dia dari keluarga Inglid"

"Oh? Ah! Itu pasti adikku!" Ucap Anastacius yang bangkit dengan mata berbinar antusias, tanpa menunggu lagi, pria manis itu langsung membuka pintu dan melewati Felix yang terkejut begitu saja. Claude bahkan tak punya waktu untuk menghentikannya.

"Anastacius tunggu! Tubuhmu masih lemah!" Ucap Claude segera memasang kembali jubah di pundaknya dan bergegas mengejar Anastacius yang berjalan cepat karena antusias. "Ah! Yang mulia tunggu aku!" Felix agak sedikit berteriak dan bergegas mengejar Claude dan Anastacius yang meninggalkan dirinya.

Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk keluar dari istana. Claude yang melihat Anastacius hendak berlari turun melewati tangga di halaman istana segera menahan selirnya itu dengan memeluk pinggulnya. "Hati hati, kau sedang hamil"

"Ah iya maaf" ucap Anastacius. Sudah ada banyak pelayan disana dan beberapa kesatria yang bertugas mengecek kedatangan kereta kuda.

Mereka bisa melihat beberapa kereta kuda mewah berwarna putih dengan lambang Peony jenis 'White Admist Snow' berjejer dengan para maid dan servant keluar dari dalamnya sembari mengangkat kotak kotak yang Claude tebak berisi barang berharga. Karena kotak itu terbuat dari besi mengkilap yang di poles dan di ukir dengan ukiran yang rumit. Bahkan penempa di istana nya belum tentu semahir itu.

Ada satu kereta yang paling mencolok, itu berwarna hitam dengan lambang yang sama. Di tarik oleh 8 kuda hitam paling gagah dengan bendera biru navy berlambang Phoenix di atas kereta kudanya.

Pintu itu terbuka dari dalam, sepasang kaki kecil melompat turun dengan tangan yang menarik jubah Crimson di pundaknya. Angin berhembus menerpa rambut pirangnya, cahaya mentari memantulkan binar di balik matanya yang berwarna merah.

"?!"

Untuk sesaat semua orang terdiam, apalagi melihat wajah anak itu begitu mirip dengan Claude saat masih kecil. Tapi terlepas dari itu, "m-matanya merah permata!" Ucap seorang pelayan yang tercekat.

Anak itu tampak mendatarkan ekspresinya, tak peduli dan tak mau peduli. Hanya melangkah maju dan mengedarkan pandangannya. Ekspresinya langsung berubah menjadi sumringah dan antusias saat melihat Anastacius berdiri di atas tangga dan tersenyum lebar padanya.

Kaos abad pertengahan yang Anastacius gunakan membuat perut hamilnya terlihat menonjol dan jelas. Untuk sesaat Claudera terdiam dan menatap Claude dengan penuh persaingan. Tapi anak itu kembali tersenyum dengan ekspresi lugunya lalu berlari naik ke atas tangga dengan riang gembira "Kakak!!"

"Claudera!" Ucap Anastacius tertawa lepas saat adiknya itu melompat ke pelukannya, memeluk pinggang nya dengan erat sembari menyeringai penuh kemenangan pada Claude yang memicingkan mata ke arahnya. "Aku sangat merindukan kakak!" Claudera menunjukkan wajah cemberutnya, membiarkan Anastacius mencubit pipinya karena gemas.

Anastacius mengangkat Claudera ke gendongannya, tapi Claude dengan tenang menarik anak itu lepas dari selirnya. Mengangkat Claudera seolah ia adalah anak kucing dengan menarik kerah belakang bajunya dan membuat anak itu mendesis dan berjengkit seperti kucing yang siap mencakar wajahnya.

"Untuk apa anda melakukan itu?!" Berang Claudera meronta dari Claude yang menatapnya tajam.

"C-claude..turunkan dia, dia cuma anak-anak"ucap Anastacius sedikit panik. "Yang mulia.." Felix yang menggeleng pasrah.

"Lepaskan akuu!!" Rengek Claudera yang terus meronta dari Claude yang menatapnya tajam "aku hanya ingin memeluk kakakku!"

"Tidak bisa, orang yang sedang hamil tak boleh mengangkat beban berat, dan kau lebih berat dari Jennete dan Athanasia jika mereka di gendong bersamaan"

"?!HAMIL?!" Claudera yang berteriak histeris dengan wajah pucat, ia menatap Anastacius meminta penjelasan. Tapi kakaknya itu hanya mengalihkan pandangannya ke arah lain sembari mengelus perutnya yang membuncit

"......."
.
.
.
.
.
"AAAAARRRRGGGHHHHHHH DOMAIN EXPANSION!!!"

TBC
Noh kan ngamok:(

Mana rela sih dedek Claudera waktu tau abangnya di keep Ama Klod begini? Ga rela dia tuh!

Jangan lupa vote nya minna (⁠。⁠ŏ⁠﹏⁠ŏ⁠)

Regret Message - WMMAP AU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang