14. Tetes Merah

511 109 34
                                    

Sinar mentari pagi ini begitu cerah, tak terlalu terik dan pas untuk bayi berjemur sebentar. Anastacius dengan kacamata hitam yang entah ia dapat darimana, tampak datang ke taman istana sembari menggendong dua bayi asuhnya. Athanasia kecil tampak memekik senang di gendongan bayi yang ia pasang di punggungnya, sementara Jennete kecil berada di gendongan dadanya dan tampak bertepuk tangan riang sembari memegangi sekop mainan.

Zelda dan Lily mengekor dari belakang. Kedua dayang dan pengasuh itu tersenyum melihat selir kaisar mereka adalah orang perhatian yang berhasil membuat dua bayi itu tertawa.

Identitas Jennete juga tak menjadi masalah bagi Anastacius. Meski keberadaan bayi itu membuat para bangsawan geger, tapi tidak bagi Anastacius yang fokus pada perkembangan dua infant kecil itu. Bagi Anastacius, asal keluarganya baik-baik saja, ia takkan mempermasalahkan hal merepotkan.

"Tuan Inglid, jika kau kelelahan, aku bisa menggendong putri Athanasia" ucap Lily

"Tidak perlu! Aku masih kuat!" Ucap Anastacius, ia berjalan melewati taman istana dengan kedua dayang itu yang setia mengekorinya. Mentari yang begitu cerah menemani langkahnya, memantulkan kilap safir keemasan dari netranya. Tanaman tanaman obat yang ia tanam kala itu mulai menumbuhkan tunas, daun muda yang akan tumbuh penuh dengan khasiat.

Melihat itu benar-benar membuat mood Anastacius naik begitu cepat. Rona merah muncul di pipinya saat ia tersenyum dengan wajah berseri-seri "lihat ini Athanasia, Jennete, saat kalian sedikit lebih dewasa nanti, kalian bisa menanam pohon kalian sendiri" Athanasia mengintip dari balik punggung Anastacius dan memekik girang, bayi itu tertawa dengan tangan yang tiba-tiba meraih tangan mungil Jennete kecil yang tersentak.

"Nnete! Nnete!" Riang Athanasia berhasil membuat Anastacius tersentak. "Eh? Kau meniru ucapan ku? Memanggil nama Jennete ya? Anak pintar~" ucap Anastacius mengusap kepala Athanasia yang mendusel di pundaknya.

"Tuan putri pintar sekali"ucap Zelda tersenyum dengan wajah berseri-seri, meski batinnya berteriak histeris 'AH UKE SATU INI TIPE MOMMY SEKALI!LIHATLAH CARA TUAN INGLID MENANGANI BAYI INI!' siapapun tolong hantam gadis ini dengan linggis!!!

"Tuan putri tampak lebih ceria saat bertemu tuan Inglid" ucap Lily menanggapi dengan senyum tipisnya. Ia merasa bahagia melihat Athanasia kecil bisa tumbuh dengan ceria di bawah naungan sayap selir baru yang begitu perhatian.

Mendengar ucapan itu, Anastacius hanya terkekeh pelan. mereka kembali berkeliling taman itu, sesekali mereka berhenti dan membiarkan Jennete bermain dengan tanah begitupun Athanasia dibawah pengamatan mereka. Memastikan tak ada hal berbahaya mendekati dua putri mungil tersebut.

Kendati demikian, Anastacius menyadari hal yang sedikit berbeda. Ia memang tau bahwa istana Claude tak banyak dihuni pelayan, istana itu terbilang sepi dan biasa saja. Tapi sejak tadi, ia bisa melihat dari kejauhan banyak pekerja berjalan kesana kemari di kastil umum yang biasa di gunakan untuk perjamuan atau pesta. Itu membuat Anastacius kebingungan. Apa ia terlalu lama terkurung di bawah naungan adiknya itu sampai ia tak menyadari apa yang terjadi di istana lain?

"Apa akan ada acara sebentar lagi?"

Zelda mengedipkan matanya beberapa kali, gadis itu menatap pada Lily yang ikut menatap balik pada dirinya. "Ah itu, para pelayan sibuk menyiapkan pesta penyambutan untuk anda. Apa yang mulia tak mengatakan sesuatu?" Lily berkata

Alis mengernyit dengan ekspresi kebingungan, "tidak, bocah itu tak mengatakan apapun"

"Bocah?" Beo Zelda dan Lily dengan wajah pucat kebingungan. Zelda yang merasa tak seharusnya kaget dengan sikap Anastacius pun yang pertama menjelaskan "karena anda harus mendapat pesta penyambutan anda. Yang mulia juga sudah menyiapkan desainer terbaik untuk pakaian anda"

Regret Message - WMMAP AU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang