Keluarga Adi memiliki tanah seluas dua desa.
Sebagiannya ditanami kebun sayur dan buah, sebagian laginya ditanami berbagai pohon yang baru terasa manfaatnya belasan tahun setelah ditanam.
Masih banyak tanah kosong yang belakangan digunakan untuk melakukan pameran seni.
Sedikit saja, suaminya pasti tidak akan keberatan!
Dia hanya menjual bagiannya!
Dengan pemikiran ini, Kinanti tidur lelap dan bermimpi sangat indah.
Melupakan harapan terbesarnya untuk melihat suami yang baru dilihatnya sekejap mata.
Melupakan rindu yang selalu dikeluhkan selama berminggu-minggu.
Adi Barja tidak bisa berkata-kata.
Pada tahap ini, banyak emosi bercampur dalam hatinya.
Dia juga menyadari jarak di antara dia dan istrinya semakin jauh.
Adi Barja menatap wanita yang terus menyibukkan diri di antara daluang yang tergulung-gulung.
Menyerah.
Adi Barja menarik lembut daluang yang dipegang Giyantri.
Pegangan Giyantri pada daluang mengetat ketika merasakan tarikan dari daluang di tangannya.
Mendongak.
Alisnya mengerut.
"Kenapa?"
"Jangan terus membaca. Mata akan sakit. Bagaimana kalau istirahat sejenak di pemandian air panas?"
"Baiklah."
Adi Barja sudah siap ditolak oleh istrinya. Ia memikirkan banyak alasan yang akan dikemukakannya.
Persetujuan istrinya membuat ia sedikit terkesiap.
Bulu matanya bergerak perlahan mengikuti kehangatan yang mengalir masuk ke dalam hati.
"Ya, istri. Kalau begitu apa saja yang mau kamu bawa?"
"Tidak perlu. Barang-barangku masih ada di sana."
Adi Barja masih mengingat cerita istrinya yang sesekali pergi ke pemandian air panas untuk relaksasi.
Awalnya pemandian air panas ini adalah milik pribadi istrinya.
Lambat laun istrinya menjadwalkan diri paling rutin sebulan sekali, sehingga memutuskan untuk menyewakannya pada kalangan tertentu.
Tidak hanya pemandian air panas, ada juga beberapa tempat terkenal di ibu kota, dibuat dan disewakan.
Maka warga desa sudah sangat sibuk dan tidak banyak bergosip setelah beberapa hari berlalu.
Tapi saat ini..
"Bukankah poliandri itu dilarang?"
"Yang aku tahu tidak ada larangan seperti itu."
"Bagaimana mungkin? Poligami di kalangan bangsawan saja sudah mulai berkurang. Apalagi poliandri yang dasarnya lebih tidak ada."
"Masuk akal. Raja kita menerapkan monogami dan secara tidak langsung akan mencela martabat Yang Agung."
"Yah kecuali ia adalah putri. Aku pernah dengar salah satu Putri sebelumnya pernah melakukan praktik poliandri meski hanya setahun."
"Nyonya kita..."
"Apa salah nyonya? Semua salah Yang Mulia memaksakan kehendak."
"Pangeran Karta bukannya tidak dekat dengan Yang Mulia Raja.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Poligami Aku Poliandri, adil kan?
General FictionSatu tahun tidak bertemu, kehadirannya membawa sesak. Kebahagiaan Giyantri dalam menyambut kepulangan suaminya, berakhir ketika sesosok wanita berjalan sangat dekat dengan sang suami. Adi Barja tidak berdaya untuk memperkenalkan madu istrinya di saa...