28

138 12 0
                                    

Adipati Sukma telah menyelesaikan urusannya.

Wajahnya menggelap ketika melihat istrinya bersama Raden Bimo.

Pria yang biasanya tenang dalam bersikap, berjalan dengan cepat menuju keduanya.

Dua orang yang asik berbincang, terdiam.

Tidak. Itu adalah Raden Bimo yang terus menanyakan banyak hal ketika Giyantri bingung dalam menjawab pertanyaannya tentang suami.

Giyantri gugup ketika Adipati Sukma berjalan mendekat!

Inginnya dia menerjang pria itu dan menyembunyikannya di dalam rumah!

Ketika pikiran jernih, Giyantri tidak bisa menahan rasa malu memiliki pasangan lebih dari satu.

Bukan hanya kebajikan wanita yang banyak tersebar di kalangan bangsawan.

Ini muka ayah dan ibunya!

Keduanya adalah pelopor pernikahan dua orang tanpa orang ketiga.

Sebagai anak, dia malah menampar wajah keduanya.

Sampai sebelum berjumpa Bimo, sepupunya, Giyantri tidak banyak berpikir.

Ketika Bimo menanyakan suaminya, Giyantri tidak tahu harus taruh di mana wajahnya!

Giyantri selalu bercerita dia ingin seperti kedua orang tuanya!

Saling mencintai satu sama lain.

"Adipati Sukma? Kamu di sini? Datang mengawal Tuan Putri?"

Adipati Sukma menatap wajah panik istrinya.

Dia menangkap sinyal halus yang dilemparkan Giyantri.

Tapi dia tidak mau!

Dia bukan orang yang bersalah.

Dia sah berada di sisinya!

Jadi Adipati Sukma berdiri di sisi Giyantri dan menarik lembut pinggang yang sudah berminggu-minggu tidak disentuhnya.

"Saya menjemput istri saya."

Raden Bimo menatap tangan yang melingkar di pinggang Giyantri.

Bibirnya tersenyum tipis.

"Istri? Bukannya.."

"Jika Raden Bimo ingin ikut rombongan ke Ibu Kota, bersiaplah. Kami berangkat pada malam hari."

Adipati Sukma memotong perkataan Raden Bimo dan menarik Giyantri menjauh dari taman.

Pria yang ditinggalkan, pandangannya mengikuti keduanya.

Setelah keduanya menghilang, senyum di wajah Raden Bimo menghilang.

Menampilkan mata dingin yang penuh perhitungan.

Dia berjalan memasuki taman lebih jauh lagi.

Adipati Sukma membawa Giyantri kembali ke penginapan.

Para pelayan yang mengejar keduanya dihentikan oleh pintu yang dibanting keras di depan hidung mereka.

Kemudian turun dua orang pengawal. Menjaga pintu dan mengusir mereka.

Giyantri memekik ketika punggungnya menabrak dinding.

Matanya melotot tajam pada pria yang tiba-tiba menggila.

Ketika mulutnya terbuka untuk melakukan protes, bibirnya dibungkam hingga membuat suara decak ambigu.

Ini.... penghinaan!

Tangan Giyantri meronta dan memberontak.

Berusaha melepaskan diri dari pria yang berperilaku di luar batas.

Kamu Poligami Aku Poliandri, adil kan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang