"Bagaimana keadaan di luar?"
Giyantri melepaskan pakaian luarnya sambil bertanya pada dayang yang membantunya.
Gadis itu tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan seorang Pangeran Karta, tapi sikap tidak tahu malunya cukup mengganggu.
Giyantri merasa tidak nyaman.
"Setelah selesai acara, Bekel dan Mas Bagus mendatangi rumah Raden Ayu. Saat itu memang benar Raden Ajeng memiliki suatu hubungan. Ada bukti darah pada pakaian yang dikenakannya di sore hari."
Giyantri mengernyitkan keningnya.
Gadis ini terlalu berani!
"Setelah hamba melakukan pemeriksaan, Raden Ajeng memang kehilangan sebagian kekuatannya dan kuntumnya telah mekar. Ada juga campuran benur dalam darahnya. Raden Ajeng memang berhubungan dengan seorang pria."
"Siapa?'
"Menjawab Tuan Putri, pria yang bersama Raden Ajeng adalah prajurit yang menari bersamanya."
Giyantri sudah menebak hal ini.
Prajurit Bhayangkara dan prajurit yang mengikuti Adipati Sukma, semuanya memiliki disiplin yang ketat.
Menari bersama wanita di hadapan majikan adalah hal tabu.
Apalagi dalam hal ini dia masih dalam tugas melindungi.
Kehilangan satu prajurit seperti kehilangan batu bata dalam bangunan tembok.
Lubangnya bisa menghancurkan. Mereka yang tidak patuh ataupun melarikan di tengah jalan, akan dihukum berat.
Tiga dayang yang menemani Giyantri adalah dayang keraton yang diberikan pada Adipati Sukma.
Mereka memiliki kemampuan mengenali banyak hal tentang wanita termasuk di antaranya tentang tubuh wanita sebagaimana tugas mereka melayani wanita-wanita di keraton.
Dua dari tiga dayang mengikuti seluruh pengaturan Bekel dan Mas Bagus.
Prajurit yang bersalah itu mula-mula dihukum lima puluh cambukan, kemudian dikurangi menjadi tiga puluh cambukan atas kerja samanya dalam kejujuran masalah ini.
Namun yang menarik adalah dari awal sampai akhir, Bekel Bhayangkara sangat antusias seolah-olah masalah ini adalah masalahnya.
Pengurangan dua puluh cambukan juga merupakan 'kebaikan' hatinya.
Seperti seorang panutua yang memberikan keringanan pada seseorang yang telah membantu anaknya.
Karena masalah prajurit, perjalanan ditunda sampai siang hari.
Kali ini Giyantri dapat duduk di dalam kereta.
Karena masalah prajurit, Adipati Sukma menggunakan kuda untuk meningkatkan disiplin pasukan.
Giyantri meremas pakaiannya dengan gugup.
Hanya menunggu malam berlalu berubah menjadi pagi hadi, dia akan melihat ayah ibunya!
Giyantri terlalu gugup di separuh malam, baru di tengah malam matanya tidak lagi kuat dan tertutup.
Tertidur lelap.
Keraton Pasupati. Pagi hari yang cerah.
"Yang Mulia Permaisuri, Istri Bekel meminta audiensi."
Permaisuri Pasupati sedang duduk menikmati jahe emprit yang masih mengepul.
Keningnya sekilas mengernyit. Tidak akan terlihat kecuali mereka yang memperhatikan dengan saksama.
Permaisuri Pasupati merasa emosi bercampur aduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Poligami Aku Poliandri, adil kan?
Ficción GeneralSatu tahun tidak bertemu, kehadirannya membawa sesak. Kebahagiaan Giyantri dalam menyambut kepulangan suaminya, berakhir ketika sesosok wanita berjalan sangat dekat dengan sang suami. Adi Barja tidak berdaya untuk memperkenalkan madu istrinya di saa...