"Mas, di mana surat identitasku?"
Sejak dahulu kala, Menteri adalah sekelompok orang yang memahami pemikiran Raja dan akan selalu berusaha mencari tahu pemikirannya.
Selain mengungkapkan pernikahan monogami yang mengguncang Balai Agung, Raja Pasupati tidak memiliki pembicaraan lain tentang pernikahan masyarakatnya.
Para menteri mengagumi kebijasanaan Raja, tahu tidak bisa memaksakan pernikahan dua orang, tapi tidak menutup pikiran mereka untuk tetap menyanjung Raja.
Karena Raja mencintai Ratu. Menikahi hanya satu wanita.
Jelas Raja ingin mengakui 'identitas istri' dengan jelas dan terang.
Begitu saja. Sekelompok menteri menerangkan pemikiran baru untuk membuat identitas pasangan suami istri dan selir yang sah, agar orang-orang mengetahui hubungan mereka, dan tidak menyalahi aturan untuk masuk dalam hubungan dengan cara-cara yang tidak sah.
Menteri yang lebih tua langsung setuju tanpa berdebat.
Mereka jelas memahami masa kecil Raja yang ditinggalkan ketika Ibunda Ratunya lemah dan tidak mampu melindunginya.
Raja menyetujui dengan sepenuh hati.
Menteri yang melakukan kontra hanya bisa diam-diam menelan masukannya ketika sebagian dari mereka dikalahkan dengan argumen pentingnya sebuah surat identitas yang bisa menyelesaikan setengah masalah.
Selain masalah orang ketiga, hal ini memudahkan pegawai pemerintah untuk memeriksa para bandit pemaksa anak gadis orang.
Keputusan ini didukung hampir oleh seluruh kalangan masyarakat.
Hanya perlu waktu tiga tahun dan semua wilayah Kekuasaan Pasupati telah dipenuhi oleh tanda identitas pernikahan.
Kinanti sejenak lupa memahami pentingnya tanda identitas suami istri.
Dia bisa memerintahkan para bawahan untuk melakukan hal-hal yang membuatnya nyaman.
Bahkan jika kakak madunya mengatakan ia tidak bisa memiliki barang-barang di Aula Kerja, ia bisa memiliki segala hal dalam gudang penyimpanan di rumah!
Ekspresi Adi Barja menjadi halus.
Mata yang dipenuhi perhitungan sedikit mengelak.
Adi Barja kembali menatap Kinanti pada detik berikutnya.
"Berkas penting disimpan di tempat penting."
"Ada di mana? Adek mau lihat!"
"Mau buat apa?"
"Adek.. mau..."
Kinanti berkata dengan gelisah.
Suaranya sampai terdengar seperti gumaman.
Hati nuraninya merasa bersalah.
Orang bodoh pun tahu jika menjual tanah orang lain adalah tindakan yang buruk.
Tapi ini suaminya... bukan orang lain.
Dengan penyemangat di dalam hatinya, Kinanti memikirkan hal lain untuk menghilangkan rasa bersalahnya.
"....budak di Balai Layang bertindak buruk hanya karena Kinan ingin melihat surat identitas Kinan. Dia berkata kasar dan mengatakan Mas tidak pernah memberikannya! Padahal Kinan hanya ingin melihat..."
Adi Barja melihat tangisan Kinan dengan banyak pemikiran.
Mengapa putri pejabat yang kekuasaannya dapat dikatakan luas dan berkuasa, tidak memiliki pemikiran untuk menyelidiki?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Poligami Aku Poliandri, adil kan?
General FictionSatu tahun tidak bertemu, kehadirannya membawa sesak. Kebahagiaan Giyantri dalam menyambut kepulangan suaminya, berakhir ketika sesosok wanita berjalan sangat dekat dengan sang suami. Adi Barja tidak berdaya untuk memperkenalkan madu istrinya di saa...