25

327 17 0
                                    

"Istri, suami hanya pernah bersama dengannya satu kali. Istri pernah bersama dengan Pangeran Karta... apa tidak bisa sudahi semuanya?"

"Tuan Adi berkata dengan enteng pada Dekrit Raja? Atau Tuan Adi berpura-pura lupa? Saya dan Giyantri ada karena perintah Raja!"

Giyantri menundukkan kepalanya. Menyembunyikan ekspresinya yang bergulung-gulung.

Kusut.

Seperti benang yang jatuh bersamaan.

Dekrit Raja bukannya tidak bisa ia tolak.

Di sisi suaminya...

Adi Barja selalu menyiratkan jika ia tidak memiliki kemampuan menolak keadaan.

Apa dipaksa?

Adi Barja hendak membalas perkataan Pangeran Karta yang menyela, sebelum itu seseorang datang dan mengatakan kedatangan tamu terhormat.

Adi Barja memandang Giyantri, seolah-olah tidak melihat kedatangan Pangeran Karta dia berkata,

"Istri, tunggu sebentar. Suami akan jelaskan semuanya."

Adi Barja menekan kegembiraan di hati.

Orang yang dinanti-nanti akhirnya sampai ke depan pintu.

Raden Bimo. Kemenakan Raja.

Raden Bimo ini sungguh sulit diundang.

Adi Barja tidak bisa secara langsung mengundangnya.

Adalah ketidaksopanan bagi pedagang tanpa status resmi untuk mengundang pejabat tinggi ke kediamannya.

Raden Bimo menjanjikan, tetapi punya banyak kesibukan dan baru sekarang mendapat kesempatan datang.

Giyantri ditinggalkan berdua dengan Adipati Sukma.

Tapi ia juga seolah tidak melihat Adipati Sukma.

Pergi begitu saja.

Di dalam halaman kerjanya, Giyantri tidak bisa fokus membaca.

Pikirannya terus berputar pada perkataan Adi Barja.

Giyantri bangkit. Membuka jendela. Membawakan aroma tanah yang basah setelah disiram pelayan.

"Eko.." panggil Giyantri pada udara kosong.

Seberkas angin lembut melewati tubuh Giyantri yang hanya berjarak beberapa langkah dari jendela.

Rambutnya sedikit bergoyang ke bagian dalam ruangan.

Sesosok tubuh berpakaian lurik hijau yang terkadang samar berganti warna kecokelatan, kaki telanjangnya bersih tanpa noda tanah.

Ia menekuk lutut dan bersimpuh dengan kepala tertunduk lurus ke bawah.

Ia adalah Eko.

Penjaga bayangan nomor pertama di Kerajaan Pasupati.

Penjaga yang harusnya menjaga Raja.

"Siap, Tuan Putri."

"Periksa yang terjadi."

"Baik!"

Eko dengan kemampuan tingkat tingginya selalu membersamai Giyantri.

Giyantri bahkan tidak tahu kapan pria ini tertidur.

Selalu ada dan muncul tiap kali dipanggil.

Eko selalu mengetahui segala hal yang terjadi pada dirinya.

Giyantri tidak perlu banyak memerintah.

Tapi manusia selalu punya keterbatasan.

Eko mungkin sudah membesarkan bawahan yang mampu selama Giyantri tinggal di kampung halaman suaminya.

Kamu Poligami Aku Poliandri, adil kan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang