Rombongan Pangeran Karta berangkat pagi-pagi keesokan harinya.
Sekelompok kecil dayang dan pelayan ditinggal di belakang.
Mereka membenahi segala urusan.
Karena istrinya, Adipati Sukma menurunkan kecepatan rombongan untuk mencapai ibu kota dalam waktu dua bulan.
Masih lebih cepat satu bulan dalam waktu normal.
Dan lebih lambat satu bulan ketika rombongan Pangeran Karta datang dan pergi ke ibu kota dan sekitarnya.
Orang-orang dalam rombongan baik pria dan wanita adalah orang-orang terlatih.
Kereta yang ditumpangi Giyantri dan Adipati Sukma memiliki pegas yang membuat bagian dalamnya tenang bagai di dalam kamar.
Giyantri makan dengan kecepatan penuh. Mengisi perutnya yang keroncongan hampir seharian.
Matanya menyipit pada pria yang telah susah payah diusir ke seberangnya.
Dia tidur di sepanjang jalan dan tidak bisa beristirahat setelah sampai di tempat istirahat!
"Kamu tahu? Aku membencimu karena hal ini! Meski kita sudah kenal belasan tahun, masih lebih baik perilaku suamiku! Itulah mengapa aku lebih suka rakyat jelata daripada Anda, Tuan Yang Agung!!"
Giyantri menggertakkan giginya. Berucap satu kalimat, memakan satu sendok makanan.
Seolah ingin membuat jijik bangsawan lembut dengan segala tata kramanya.
Adipati Sukma bukan saja tidak jijik, matanya malah lebih lembut dari biasanya, melihat wanita di seberangnya makan dengan senang hati.
"Mau tambah?"
Giyantri hampir tersedak saat mendengar suara lembutnya.
Giyantri tidak segan untuk makan cepat. Biasanya banyak bisnis yang perlu diurus, tata krama makan yang lambat telah sepenuhnya dilupakan.
Tapi dia masih tidak bisa makan dengan porsi besar.
Makanan yang asal dipesannya hanya dimakan sebagian.
Karena kesal pada Adipati Sukma, Giyantri sengaja menyendok tiap menu sampai habis separuhnya.
Dia benar-benar tidak mampu makan lagi!
Mata Giyantri memandang iba makanan di atas meja.
Setelah menjadi petani, dia memiliki pengetahuan betapa sulitnya dari menanam hingga memanen.
Saat menjadi pedagang, dia kadang datang langsung ke Tempat Pelelangan Ikan di pinggir pantai untuk membuat makanan khas dan unik bagi tamu penting.
Di sana dia melihat segala kesulitan untuk menangkap dan membawa ikan ke darat.
Hidup mereka diatur oleh cuaca.
Jika tidak memungkinkan, mereka tidak akan berlayar.
Di masa lalu, Giyantri sama dengan bangsawan pada umumnya.
Meski sehari-hari tidak pernah meninggalkan sisa makanan karena sedemikian diatur.
Ketika pesta datang atau ada keperluan menyambut tamu, dia akan membuat makanan besar-besaran dan membuang sisa yang ada.
Makanan yang masih benar kadang dimakan dayang dan pelayan.
Tapi tidak selalu.
Banyak makanan orang ningrat tidak bisa dimakan rakyat jelata.
Giyantri ingin menghabiskan semua makanan di meja.
Dia melambaikan tangan untuk mengambil piring berikutnya yang masih memiliki sisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Poligami Aku Poliandri, adil kan?
Ficção GeralSatu tahun tidak bertemu, kehadirannya membawa sesak. Kebahagiaan Giyantri dalam menyambut kepulangan suaminya, berakhir ketika sesosok wanita berjalan sangat dekat dengan sang suami. Adi Barja tidak berdaya untuk memperkenalkan madu istrinya di saa...