"Tuan, tolong berikan Nyonya keadilan. Nyonya sedang hamil dan sudah lama tidak makan dengan baik. Saat ini Nyonya ingin makan, tetapi tidak ada makanan yang layak."
Adi Barja mengernyit tak senang atas kedatangan pengganggu di tengah jalan dalam halaman Rumah Utama kediamannya.
Memang tidak ada larangan bagi pembantu istri keduanya untuk datang.
Namun haruskah datang?
Sepagi ini? Saat matahari bahkan belum sempurna memancarkan kehangatannya!
Ketika kini ia memikirkannya, banyak hal terasa janggal di hati.
Rombongan mereka selalu menetap dalam jangka waktu lima sampai sepuluh hari, tetapi Kinanti terus menerus menolak makan seorang diri dan minta ditemani.
Ia yang sudah bersalah, tidak mungkin menambah kesalahan besar lainnya.
Sejak periode pernikahan mereka, Adi Barja sibuk mengerjakan tugasnya sebagai pemimpin dan pengawas perdagangan hasil panen desa dan juga karya para wanita desa.
Dia bukannya tidak punya hati.
Adi Barja masih menyempatkan waktu sempitnya untuk memenuhi keinginan Kinanti, yang katanya ingin makan banyak hidangan, tetapi pada akhirnya semua dikeluarkan dari kamar mereka dalam keadaan penuh.
Sudah ditempatkan di Aula Selatan yang memiliki abdi paling mumpuni, masih bilang makanannya tak layak?
Sebagian besar orang yang bekerja di Aula Selatan adalah pensiunan pekerja rumah bangsawan dan anak cucu mereka yang memiliki keterampilan.
Mereka mampu menjaga alat musik yang langka, juga mampu membuat hidangan nikmat tiap kali mereka menjamu para tamu bangsawan.
Di antaranya bahkan ada Jenderal Besar dan istrinya.
Jika itu hanya penghargaan, keduanya mungkin hanya menyicip sedikit.
Semua hidangan ludes, yang berarti kemampuan para pekerja sangat mampu!
Tiap ada penyambutan, makanan pun habis tanpa sisa.
Dari Barat, Utara, Timur, Selatan. Semua suka hidangan para pekerjanya di Aula Selatan.
Oleh sebab hal inilah simpul dalam hatinya makin merumit.
Kinanti adalah wanita bangsawan, menempatkannya di rumah tamu, yang sewaktu-waktu dipenuhi oleh orang-orang yang datang bertamu, bukanlah hal yang baik.
Jadi dia menggertakkan giginya dan membiarkan Aula Selatan ditempati oleh Kinanti.
Dan sekarang masih mengeluh makanan tak enak?
"Pergi ke dapur. Buat sendiri yang Nyonyamu inginkan."
Hati Adi Barja sedang baik mengingat wajah istrinya yang memandangnya penuh kasih.
Intrik kecil yang dilakukan istri keduanya, tidak terlalu dia perhatikan sekarang ini.
"Tapi Nyonya..."
Adi Barja menatap sekilas wajah pelayan istri barunya.
Dia kemudian pergi menuju kamarnya.
Cewok telah memahami keengganan Tuannya yang juga berarti akan menerima ajakan makan bersama majikannya.
Cewok menerima pengaturan suami Nyonyanya dan berlalu pergi dengan bangga.
Punggungnya berjalan dengan tegak di antara orang-orang yang sibuk.
Semua pelayan bekerja dengan baik. Hanya tidak memedulikan mereka berdua.
Jadi begitu dia berkata dengan tegas dan tanpa keraguan, beberapa orang mulai menyiangi makanan untuk tuan mereka dan membiarkan Cewok mengolah ayam dan ikan yang semula masih hidup dan segar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Poligami Aku Poliandri, adil kan?
Ficción GeneralSatu tahun tidak bertemu, kehadirannya membawa sesak. Kebahagiaan Giyantri dalam menyambut kepulangan suaminya, berakhir ketika sesosok wanita berjalan sangat dekat dengan sang suami. Adi Barja tidak berdaya untuk memperkenalkan madu istrinya di saa...