Perjalanan yang menempuh waktu sebulan penuh ditambah kondisi dan hal-hal lain di jalan, tubuh Giyantri sudah lelah letih.
Menanggalkan semua kekhawatirannya, Giyantri tertidur lelap di atas ranjang.
Dia tidur sampai terbangun secara alami.
Tiga dayang yang berjaga selalu siap siaga dengan tidurnya.
Begitu bangun, ketiganya bahu membahu mempersiapkan makanan secepat kilat.
Sesudah bebersih, Giyantri mendapati hidangan yang telah disesuaikan.
Giyantri tersenyum puas.
Sangat berbeda dengan kesuraman di Kediaman Pangeran Karta.
Semalaman mengitari Ibu Kota, Adipati Sukma tidak menemukan sehelai rambut pun.
Ibu Kota adalah tempat bermain Giyantri.
Wanita itu sangat pandai bermain.
Menyelinap keluar keraton juga dibutuhkan usaha penyamaran.
Adipati Sukma tidak pernah merasa semenyesal saat ini ketika menemani Giyantri dan mengajarkannya cara-cara dunia luar bekerja.
Tuan sangat berani, budaklah yang ketakutan.
Hal ini selalu menjadi rahasia umum di antara para orang ningrat.
Giyantri mungkin sangat santai saat ini, tetapi tiga dayang yang dilatih dengan cermat tidak akan mengabaikan keamanan majikannya.
Mereka pasti mengusulkan keamanan tambahan untuk Tuan Putri.
Dan satu-satunya prajurit kerajaan yang bisa dikendalikan tanpa perlu perintah, atau tepatnya dapat melapor setelah melakukan suatu hal, adalah Departemen Pasukan Khusus.
Adipati Sukma tidak banyak bertanya. Kepala Pasukan Khusus sudah merasa tak nyaman.
Pria dengan surai putih yang mulai mendominasi, menghela napas dengan prihatin.
Dia tidak bisa dibandingkan dengan pemuda di depannya!
"Tuan Putri ada di bawah perlindungan Pasukan Khusus. Hanya saja... kami tidak mendapat laporan tempat tinggal Tuan Putri. Para dayang yang menjemput anggota kami."
Adipati Sukma tidak menjawab. Wajahnya tidak mengalami perubahan sedikit pun.
Seolah semua sudah ditebak olehnya.
"Hanya... kami mendengar ada satu penginapan, orang-orang di dalam keluar, tidak ada yang masuk, tapi mereka memasang tanda penuh. Makanan sering kali masuk dengan berbagai macam, porsinya separuh-separuh."
Alis Adipati Sukma yang mengerut sepenuhnya mengendur.
Itu istrinya.
Giyantri suka jajan.
Kepala Pasukan Khusus termasuk orang yang suka direpotkan Giyantri saat berjalan-jalan di luar keraton.
Di antaranya menjadi pengantar makanan.
Jadi dia tahu kebiasaan Tuan Putri.
Adipati Sukma tidak membuang waktu. Dia menaiki kuda dan berlari kencang.
Kaki depan kuda tertarik ke atas ketika Adipati Sukma tidak mampu menangani kekuatannya di kala menghentikan kuda tepat di depan pintu masuk penginapan.
Adipati Sukma melompat dari kuda. Jemarinya memijat antara dua alisnya. Kepalanya pening. Berhari-hari istirahat tidak teratur, sekarang semalaman matanya sama sekali tidak menutup.
Mengingat istri yang akhirnya didapat setelah ribuan hari berlalu, mata Adipati Sukma membelalak lebar.
Para pengawal pribadi ngeri melihat Pangeran mereka mengendarai kuda dengan sedikit oleng, lalu tiba-tiba meluncur sekuat tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Poligami Aku Poliandri, adil kan?
Ficción GeneralSatu tahun tidak bertemu, kehadirannya membawa sesak. Kebahagiaan Giyantri dalam menyambut kepulangan suaminya, berakhir ketika sesosok wanita berjalan sangat dekat dengan sang suami. Adi Barja tidak berdaya untuk memperkenalkan madu istrinya di saa...