"Ke Ibu Kota? Tidak. Tidak. Itu terlalu jauh."
Adi Barja merasa jika istrinya pergi sekarang, istrinya tidak akan pernah kembali!
Giyantri makan dengan tenang di seberang suaminya.
Tidak terganggu setelah melontarkan keinginannya pergi ke Ibu Kota.
Pria yang kemarin membutuhkan satu tahun untuk kembali, sekarang telah kembali hanya dalam satu bulan lamanya.
Ini rekor tercepat pulang suaminya.
Giyantri tersenyum miris di dalam hati.
Sudah jelas untuk siapa suaminya datang dan menyerahkan pada orang lain segala keuntungan yang selalu hati-hati dijaga sampai ke recehan tembaga.
Setelah dua pekan berlibur tidak mendatanginya.
Setelah pulang cepat, terburu-buru datang mengkonfirmasi.
Agar tidak menyakiti istri kecilnya, jika ia langsung mendatanginya selekas pulang.
Giyantri mendengar kepulangannya dan mengirimkan undangan makan bersama tanpa harapan lebih.
Jika Adi Barja menolak undangannya, ia hanya bisa memberi tahu melalui pelayan.
Pulang ke ibu kota adalah hal terakhir yang dipikirkan Giyantri.
Jaraknya terlalu jauh.
Setelah mengikuti suaminya pergi ke kampung halaman, Giyantri melupakan pemikirannya untuk kembali ke ibu kota.
Segala sesuatu mungkin saja terjadi.
Pemerintahan tampak tenang dan stabil, tapi orang-orang di dalam kegelapan selalu menunggu kesempatan untuk melakukan tipu muslihat.
Kali pertama kepergiannya jauh dari ibu kota, ayah dan ibunya berusaha semaksimal mungkin menekan kekuatan oposisi yang selalu mengincar keluarga kerajaan.
Melihat dirinya benar-benar tekun dalam melakukan pertanian dan tidak ada bantuan kekuasaan dan kekayaan dari Raja dan Ratu, orang-orang di belakang layar membiarkannya hidup tenang di pedalaman.
Tapi sekalinya batu dilempar pada air yang tenang, akan menimbulkan riak yang besar.
Giyantri sudah cukup puas tinggal bersama suaminya, sebelum semua masalah terjadi.
Sekarang ada kesempatan untuk kembali, Giyantri tidak akan melepaskannya.
"Istri, apa istri benar-benar akan mengikuti Pangeran Karta?"
Adi Barja tidak pernah tahu jika istrinya masih memiliki keluarga yang lengkap dan menyayanginya.
Selama membicarakan keluarganya, sang istri selalu menghidari topik ini dan secara alami ia memahami jikalau istrinya tidak mau membicarakan keluarganya.
Ia pun berpikir jika keluarganya pasti sudah berpulang.
Kembali ke ibu kota, pasti hanya untuk bertemu Pangeran Karta dan keluarganya.
Giyantri tidak menjawab pertanyaannya lagi.
Wanita itu sibuk makan sepanjang waktu.
Adi Barja makin merasa cemas.
"Istri, suami tahu suami salah."
Perkataan dan sikapnya yang lemah tampak membuatnya tak berdaya.
Sepasang mata hitamnya dipenuhi air yang berkaca-kaca.
Adi Barja tahu semua kesalahan ini berawal dari dirinya.
Jika saja dia bisa lebih berhati-hati.
Giyantri mengangkat tangannya dari meja makan dan berlalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Poligami Aku Poliandri, adil kan?
Ficção GeralSatu tahun tidak bertemu, kehadirannya membawa sesak. Kebahagiaan Giyantri dalam menyambut kepulangan suaminya, berakhir ketika sesosok wanita berjalan sangat dekat dengan sang suami. Adi Barja tidak berdaya untuk memperkenalkan madu istrinya di saa...