Bagaimana Raden Bimo tidak tahu jika istri Adi Barja adalah sepupunya?
Dia adalah keponakan pamannya yang paling dekat.
Selalu berkeliaran di keraton.
Mampu memotong formalitas ketika ingin bertemu Keluarga Inti Kerajaan Pasupati.
Semua abdi ndalem keraton mengetahui identitasnya.
Yang lama, mengenalnya sejak kecil.
Yang baru, akan diperkenalkan oleh yang lama.
Sehingga ia tidak pernah sekalipun dibatasi untuk keluar masuk keraton.
Suasana di dalam kereta berubah gelap ketika Giyantri menurunkan tirainya.
Bulu mata Adipati Sukma jatuh ke bawah.
Menatap bagian atas kepala perempuan yang duduk santai di sampingnya.
Ada bekas kemerahan samar di bagian leher terdalam.
"Pria itu..!"
Giyantri menoleh. Menatap penuh tanya.
Gumaman suami mudanya terdengar seperti geraman binatang buas.
Penuh kebencian.
"Ada apa?"
Adipati Sukma menatap tak berdaya.
Menggeleng dengan lambat.
"Tidak apa."
Giyantri menatap sedikit lebih lama, sebelum lanjut menikmati camilan di tangannya.
Membuka usaha di desa tidak lengkap tanpa membuat oleh-oleh.
Wanita itu sangat fokus pada makanan di tangannya.
Tidak lagi memedulikan tatapan membara dari rekan satu keretanya.
Adipati Sukma tidak bisa melepaskan tatapannya.
Jika sebuah tatapan memiliki kekuatan, ingin sekali dia menghapus warna kemerahan yang hampir hilang itu.
Harus dia akui jika pria itu, Adi Barja, sangat memahami karakter istrinya.
Giyantri tidak suka dipaksa dan tidak akan pernah mau dipaksa.
Sifatnya yang bebas dan otaknya yang cerdas mampu membuat dirinya menatap cela pada banyak aturan dan keadaan.
Jika sedikit berambisi, Giyantri mungkin sudah duduk di atas kursi Mahamantri Kehakiman.
Menutup cela demi cela aturan yang tidak akan memungkinkan bagi penjahat untuk bergerak.
Kerajaan Pasupati tidak membatasi wanita untuk menjadi menteri.
Dengan kemampuannya, Giyantri juga mampu membangun banyak bisnis yang menjanjikan.
Giyantri sangat kuat, lugas, dan berani.
Wanita bertubuh mungil ini bahkan mampu mengabaikan Dekrit Raja.
Berani menentang ayahnya dan Rajanya.
Tidak mau menandatangi perjanjian pernikahan.
Samar di hati Adipati Sukma memiliki sebuah keyakinan jika pernikahan Giyantri dan Adi Barja hanyalah sebuah sikap menjauh darinya.
Tapi Adi Barja terlalu mampu.
Bisa membaca sifat istrinya. Tidak menyentuh batas bawah Giyantri.
Giyantri tidak suka dipaksa.
Itulah kenapa pria itu menanggung kesepian dan menjauh ketika Giyantri menunjukkan keinginan untuk tidak mau melihatnya.
Tidak memiliki banyak alasan untuk bertemu, tetapi juga tidak akan menghindar waktu seharusnya bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Poligami Aku Poliandri, adil kan?
General FictionSatu tahun tidak bertemu, kehadirannya membawa sesak. Kebahagiaan Giyantri dalam menyambut kepulangan suaminya, berakhir ketika sesosok wanita berjalan sangat dekat dengan sang suami. Adi Barja tidak berdaya untuk memperkenalkan madu istrinya di saa...