"Batu delimamu sangat bagus."
"Sayangnya saya cuma punya ini."
"Bagaimana? Kalau aku pergi ke tempatmu? Langsung melihat hartamu."
Adi Barja hampir tidak bisa menahan senyum mendengar keputusan Raden Bimo sesuai tujuannya.
Dia tidak bisa menunjukkan tujuannya secara langsung.
Juga tidak bisa salah menceritakan yang terjadi.
Raden Bimo harus menelaah sendiri yang terjadi sehingga tidak pula menyalahkan istrinya!
Meski Raden Bimo adalah seorang pengangguran dan suka berkeliaran tanpa tujuan pasti, sifat kemuliaan bawaannya dan rasa keadilan dalam hatinya tidak pernah berubah.
Banyak rakyat tanpa kekuatan telah dibantu dalam keadilan oleh Raden Bimo.
Ini juga menjadi salah satu alasan yang menguatkan tekad Adi Barja.
Dia dan istrinya adalah seorang rakyat jelata yang lemah.
Pangeran Karta yang seorang bangsawan memaksakan kehendak pernikahan kedua pada istrinya.
Dahulu kala tidak tabu untuk wanita memiliki lebih dari satu suami.
Kemudian budaya patriarki meluas hingga masa pemerintahan yang lalu, Raja memiliki seribu wanita di sisinya.
Raja Pasupati yang kala itu baru mencapai usia dewasa, tidak bisa lagi melihat kerajaan berjalan menuju ambang kehancuran.
Saat berdiri di atas tahta, Raja Pasupati menegaskan dengan lantang untuk para pejabat tidak ikut mencampuri kehidupan pribadinya.
Memberi batasan yang jelas tentang wanita yang berdiri di sampingnya.
Para pejabat tidak bisa menolak karena Mendiang Raja sebelumnya bukan Raja Pasupati pertama yang membuat lubang neraka untuk rakyat ketika ia bersenang-senang dengan wanita dan arak.
Begitu kuatnya Raja Pasupati langsung mengusir Para Pangeran dan Putri serta anak keturunan mereka ke luar ibu kota.
Kecuali Putri Purnama Sari.
Adik kandung Raja Pasupati.
Dan Raden Bimo Pangkasa, anak tunggalnya.
Dari segi status, kebijaksanaan, dan kekuatan, Raden Bimo pasti tak kalah dari Pangeran Karta!
Tiap kali menegakkan keadilan, orang yang berseberangan dengannya tidak mungkin menjadi patuh tanpa melakukan tipu muslihat.
Secara kekuatan dan akal, pasti Raden Bimo bisa mengalahkan Pangeran Karta yang telah membuatnya kesulitan selama dua pekan tinggal di rumahnya sendiri.
Adi Barja sudah memperhitungkan semuanya dengan cermat.
Pangeran Karta yang dipikirkan berapi-api oleh Adi Barja, sama sekali tidak mengetahui tipu daya yang sedang diusahakan musuh sejatinya.
Pria bertubuh jangkung dengan pakaian ketat membentuk otot dada dan punggungnya, sedang terbaring lemas di atas bale bambu.
Tanpa daya dan kekuatan
Kepalanya diletakkan di atas bantal yang lembut dan nyaman.
Matahari yang bersinar terang, terhalangi oleh selembar daluang yang membentang di atasnya.
Wajah hitam yang mulai pudar warnanya, memiliki berbagai ekspresi berbeda di tiap baris yang dilihatnya.
Pangeran Karta melihat matanya bergerak pada satu persatu baris dan ekpresi wajahnya berubah-ubah
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Poligami Aku Poliandri, adil kan?
Fiksi UmumSatu tahun tidak bertemu, kehadirannya membawa sesak. Kebahagiaan Giyantri dalam menyambut kepulangan suaminya, berakhir ketika sesosok wanita berjalan sangat dekat dengan sang suami. Adi Barja tidak berdaya untuk memperkenalkan madu istrinya di saa...