09

595 27 0
                                    

"Bagaimana menurutmu?"

"Menurut ananda, Pangeran Karta berhak kembali ke ibu kota."

Jayakarta sudah stabil. Sudah tidak lagi ditempati bandit.

Hasilnya pun melejit melebihi batas harapan.

Negeri tetangga dan kerajaan besar yang memiliki kekuatan di pulau mereka, banyak berdagang dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.

Kemampuan Pangeran Karta yang diakui seluruh rakyat bukan hanya terletak dari pekerjaan dan hidup yang damai.

Setiap kali ada penjual yang membawa hasil bumi dan buatan tangan terbaik, yang diperlukan untuk pangan pokok dan atau kepentingan umum seperti pembuatan jalan, Pangeran Karta tidak segan mendatangi pedagang dan membuat perjanjian.

Menekan harga tapi tak ragu memborong barang.

Alhasil tiap bahan jalan, tiap bahan makanan, semua terpenuhi tanpa menunggu lama.

Keuntungan pedagang relatif kecil, tapi semua barang bawaan mereka habis secepat kilat.

Dan dengan mata kepala rakyat menyaksikan kualitas barang bawaan mereka, saat perjanjian tujuh pertemuan selesai, mereka berjualan tanpa perlu berteriak-teriak.

Kebanyakan dari mereka selesai pada tahun kedua.

Maka pada tahap akhir tahun ketiga, pedagang dan kantor pemeirntah mendapat kekayaan berlimpah.

Hasil ini baru sampai tepat di hari kemarin.

Raja Pasupati bahkan terdiam.

Pembacaan hasil pajak yang dibawa rombongan Pangeran Karta membuat aula pertemuan hening tanpa kata.

Meski tak berbicara, samar ia rasakan keinginan kuat para menteri untuk menarik Pangeran Karta ke pusat pemerintahan.

Raja Pasupati turut berpikir demikian.

"Adipati Sukma akan kembali."

Ucapan Raja Pasupati membuat gerakan tangan wanita cantik di sebelahnya, terhenti.

Pangeran Karta, Adipati Sukma, selalu bolak-balik ke dalam keraton

Menerima pengajaran bersama bersama Pangeran Mahkota, lalu menemani Tuan Putri dalam masa belajarnya.

Hampir setiap hari Adipati Sukma berkeliaran di keraton.

Ratu juga bukan hanya berdiam diri.

Sejak kedatangan Adipati Sukma, Ratu memperlakukannya sama seperti dua anaknya.

Bisa dikatakan Adipati Sukma adalah anak yang ia besarkan.

Keputusan mengirim Adipati Sukma ke daerah pinggiran, sangat menyesakkan hati.

Tapi ia juga tahu ini yang terbaik.

Ratu bahkan memiliki keyakinan jika Adipati Sukma hanya merasa berhutang budi dan harus membalas dengan memperlakukan putrinya dengan baik.

Hanya...

"Sukma sudah lama dikurung di dalam keraton dan jarang mengikuti pertemuan sesama pemuda. Di Jayakarta, jarang ada bangsawan. Bagaimana kalau membuat pesta untuk kepulangannya?"

Raja Pasupati tersenyum kecil.

Kilatan tak nyaman tercetak jelas di mata sang pujaan hati.

Takutnya bukan hanya pesta untuk menyambut kepulangan.

Ratu mencintai Pangeran Mahkota dan Adipati Sukma.

Tapi tidak sebesar cintanya pada Tuan Putri yang selalu menemani.

Kamu Poligami Aku Poliandri, adil kan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang