The Sweetest Revenge | [6. Pertanyaan Masa Lalu]

24.9K 3.9K 1.8K
                                    

Wiii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Wiii. Mayan gercep nih vote dua rebu udah tembus sebelum hari Sabtuuuu. Senang sekaliii akuuu 😋 🙌🏻


Moga semakin semangat buat nge-vote sama komen yaaa.


Coba mana tunjukkan dulu apinya manaaa 😡🔥🔥🔥

***










Kaivan membiarkan Kanina berjalan di sisinya dan menjawab pertanyaannya berkali-kali tentang, "Nggak ada orang yang lihat, kan?" Lalu pria itu hanya akan menggeleng sambil mendorong pundaknya dengan kedua tangan. Setengah tubuh pria itu melingdungi bagian belakang tubuh Kanina, begitu terus cara mereka berjalan hingga mereka tiba di teras lobi.

Dan akhirnya, Kanina selamat! Mereka tidak bertemu dengan siapa pun yang mereka kenali saat sedang mengendap-ngendap seperti itu.

"Tunggu di sini, aku ambil mobil dulu." Kaivan pergi sebelum Kanina sempat mengatakan apa-apa.

Sementara itu, Kanina hanya bisa berdiri di sana dengan dua tangan berada di belakang tubuh, menutup noda di rok putihnya dengan kertas pemberian Kaivan sambil agak merapat ke dinding. Dia tidak perlu menunggu terlalu lama karena, hanya berselang satu-dua menit, mobil hitam SUV yang Kaivan kendarai sudah tiba di lobi.

Saat langkah Kanina bergerak maju untuk menghampirinya, dia melihat Kaivan lebih dulu keluar dari mobil. Pria itu bergerak ke bagian belakang mobil dan mengambil engineer workwear hitam berpolet oranye. Tertulis nama di bagian depan jaket itu 'Kaivan Ravindra'. Itu jaket miliknya, yang tentu kerap dia gunakan untuk mengecek keadaan lapangan jika diperlukan. "Pakai nih," ujar pria itu sambil mengangsurkan jaket itu pada Kanina.

Kanina mengernyit. Tidak mengerti.

"Untuk nutupin rok kamu." Kaivan memperhatikan jaketnya. "Water resistant, lumayan lah biar nggak tembus jok waktu kamu duduk," ujarnya. "Lumayan lama lho kita nyampe Bangkinang nanti."

Bola mata Kanina membulat. Itu mengerikan sekali. Dia tidak pernah membayangkan akan menodai jaket seorang pria dengan siklus datang bulannya. "Nggak." Kanina jelas menolak. "Aku nggak minta dianterin ke Wisma di Bangkinang," ujarnya. "Kamu hanya perlu anterin aku ke minimarket, yang dekat aja, nanti aku turun—"

"Minimarket paling dekat itu adanya di Bangkinang, dekat wisma kita. Dan kamu tahu kan kita harus menempuh jarak sekitar tiga puluh kilometer untuk sampai ke sana?" Pria itu bicara dengan nada suara yang tenang, tapi tatap matanya tidak bisa menyingkirkan sorot kesal. Dia mengangsurkan lagi jaket proyeknya. "Mau nggak?"

Entah mengapa, pria itu tampak sedang mengamcam Kanina dan berkata bahwa dia akan cepat-cepat pergi jika Kanina membantah lagi. Jadi, Kanina merebut kasar jaket itu dan mendelik sebal. Dia menutup bagian belakang tubuhnya, lalu mengikat dua lengan jaket itu di perutnya.

The Sweetest RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang