Haiii. 🌸Banyak huru-hara terjadi setelah pengakuan Liora kemarin rupanyaaa.
Tapi isokayyy aku bacain dan aku jadiin masukan koook. Semoga ke depannya tulisanku makin baikkk. Makin menghibur. Dan makin banyak yang bacaaa. Makin rame lapaknya. Makin banyak yang cintakh. Hkhkhk. AAMIIN!
Pokoknya selamat membaca yaaa. 🙌🏻
Kasih api dulu gasiiii. 🔥🔥🔥🔥***
[Narasi yang hurufnya cetak biasa adalah POV Kanina, yang cetak miring itu menceritakan POV Kaivan. Narasinya disatuin ala-ala film gitu lah pokoknya. Moga ga puseng bacanya yaaa. PY READING. 🌸]
"Kanina aku ingin mengakui sesuatu .... Dan kamu adalah orang pertama yang mendengar hal ini ...." Liora mendongak, kini matanya menatap lurus ke arah Kanina. "Tolong sampaikan mengenai kebenaran ini pada Kaivan .... Sampaikan hal ini ... pada semua orang terdekatnya." Liora menarik napas panjang, beriringan dengan lelehan air mata yang bergegas dia usap dengan jemarinya. "Anak yang pernah aku kandung dulu ... bukan anak Kaivan. Dia ... tidak pernah melakukan apa pun."
Lama Kanina tidak mengatakan apa-apa. Hal yang memenuhi isi kepalanya setelah mendengar pengakuan itu adalah wajah Kaivan yang dia tinggalkan beberapa saat tadi setelah dia mengatakan hal yang begitu menyakitkan,
"Aku capek banget menghadapi kamu dan masa lalu kamu. Yang rumit itu." Kanina mengatakan hal itu.
Kaivan tidak mengejar kepergian Kanina. Dia biarkan Kanina melangkah pergi bersama lelahnya. Dia mengerti, bagaimana menghadapi seseorang yang sesekali masih terkurung masa lalu. Tentu saja, pasti melelahkan sekali.
Kaivan masih berdiri di sana, di dekat pintu pantri yang sempit, yang udaranya tidak mampu mencukupi isi rongga dadanya sehingga kini di sana terasa sesak. Usahanya meloloskan napas yang lega, tidak berhasil. Kepergian Kanina dan pernyataannya tadi membuat Kaivan yang datang dalam keadaan sangat antusias karena merasa dirindukan, kini kehilangan arah atas isi kepalanya.
Apakah ini artinya, segalanya memang harus berhenti saja?
Kanina terlalu lelah hingga dia merasa harus menyerah.
Semua terasa bias. Siapa yang menjadi sangat antagonis di sini setelah semua pengakuan itu Kanina dengar?
Perlahan Kanina menarik napasnya untuk membuka ruang bagi suaranya. "Kenapa kamu lakukan hal ini?"
Liora menunduk, dia tatap sisa es krim yang sudah meleleh sempurna di mangkuknya. Sesaat matanya seperti menerawang pada sesuatu yang ada di dalam kepalanya. "Aku benci keadaanku saat itu .... Aku membenci Alura, aku membenci kebahagiaan yang Alura punya. Aku membenci segala hal yang ... Alura miliki."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Revenge
Romance#TSDP8 Menurut Kaivan, Kanina tidak lebih dari wanita berkepala cantik yang memiliki alasan hidup hanya untuk mengoles lisptick merah di bibir, mengecat kuku, dan mengenakan stiletto yang ketukannya kerap mengganggu saat memasuki ruangan. Menurut K...