The Sweetest Revenge | [49. The Kainina's Day]

18.9K 3.1K 1.9K
                                    

Haiii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haiii. 🌸

Ini adalah terakhir kali kita ketemu KaiNina di Wattpad hehe. Tenaaang setelah ini akan ada beberapa extra part koook di Karyakarsa untuk mengobati kangen kita sama merekaaa. Isinya momen-momen after marriage meraka pokoknya 🤏🏻

Ada yang mau disampaikan sebelum baca part ini?

Terima kasih banyak karena sudah mengikuti kisah Kayi dan Nina sampai akhir dengan sabar yaaa. Selamat membacaaa. 🌸

Mana api terakhirnya niiih 😆🔥🔥🔥🔥

***





Kaivan yang merasa kacau hari ini, masih duduk di balik meja kerjanya. Dua hari lagi dia akan melangsungkan pernikahan, tapi pekerjannya belum membiarkan dia mengambil waktu cuti. Beruntung dua adik perempuannya bisa meng-handle segala hal yang harus diurus untuk akad dan resepsi pernikahan.

Namun, pada pukul sembilan malam, di balik meja kerjanya, Kaivan baru mengetikkan sesuatu di pencarian laman internetnya. "Apa gunanya 'pingit' untuk pengantin?"

Lalu, deretan jawaban itu muncul.

Yang pertama. Memupuk rasa rindu. Kaivan tertawa, memupuk rindu sampai rasanya mau gila begini?  

Membangun rasa percaya dan sabar. Percaya? Sabar? Dari mana? Kaivan sejak kemarin bahkan sudah mengajak Kanina bertemu diam-diam di luar rumah, tapi Kanina menolak. Dan Kaivan benar-benar tidak memiliki kesabaran lagi untuk bisa menemukan wanita itu di depan matanya.

Menghindari marabahaya. Hah? Oh, bisa-bisa, memang bahaya sekali jika Kaivan bertemu dengan Kanina akhir-akhir ini.

Mempersiapkan diri. Jawaban bisa diterima.

Mempererat jalinan asmara. Kocak.

Melindungi dari perselisihan. Ini masuk akal juga.

Mendekatkan diri kepada Tuhan. Setelah membaca kalimat terakhir itu, Kaivan menutup laman internetnya dan berhenti mencari. Tidak ada yang bisa didebatkan sih kalau ini jawabannya.

Kini, Kaivan memasukkan ponselnya ke saku celana dan berjalan meninggalkan ruangan kerjanya setelah membereskan semua barang-barangnya. Dia berjalan di suasana kantor yang mulai sunyi. Berjalan di selasar, lalu dia temukan potongan-potongan kenangan di Kuok di mana mereka seringkali berpapasan dan berdebat hingga menjadi tontonan orang yang berlalu-lalang di selasar.

Kaivan tersenyum, wanita yang sejak dulu tidak pernah setuju atas apa pun ucapan atau gagasan yang keluar dari mulutnya itu, kini menyatakan bersedia untuk dia pimpin langkahnya sebagai seorang istri.

The Sweetest RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang