#TSDP8
Menurut Kaivan, Kanina tidak lebih dari wanita berkepala cantik yang memiliki alasan hidup hanya untuk mengoles lisptick merah di bibir, mengecat kuku, dan mengenakan stiletto yang ketukannya kerap mengganggu saat memasuki ruangan.
Menurut K...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haiii.
Akhirnya bisa temu lagiii niiiyyy. Ditungguin kan Kaivannya?
Part kemarin nggak ketemu dia soalnya ya. Hoho. Malam ini selamat bertemuuu. Selamat kangen-kangenannn. Spam dulu emot apa aja deh boleeeh 😋
3600 kata lebih niii. Kadang aku tu bertanya-tanta apa yang kutulis si kok panjang-panjang amat tiap part nya. 😂😂
Jadi mesti dibakar dulu boleh gasiii 😆🔥🔥🔥
***
Ini hari kelima, sejak dia bertemu dengan Dokter Ardi—kita panggil saja dia Ardi karena Kanina bahkan sudah menyetujui untuk memanggilnya 'Mas Ardi' tanpa gelar apa pun di depan namanya sesuai dengan permintaan pria itu. Kanina sering mendapatkan kabar dari Ardi akhir-akhir ini, seperti pesan pertanyaan berisi tentang apa yang tengah dia lakukan, juga pertanyaan seperti, Kamu udah makan?
Masih kerja?
Pulang jam berapa?
Udah sampai mess?
Selamat tidur ya, Kanina.
Nah, begini seharusnya hal-hal yang dilakukan dan diucapkan pada masa-masa pengenalan, kan? Bukan komunikasi satu arah di mana salah satunya menjadi lebih dominan bicara dan menceritakan. Oh, oke, tentang Radika, pria itu sudah kembali ke Jakarata pada hari kemarin dan tidak lagi menjadi bagian di Kuok. Tidak ada lagi yang merecoki hidup Kanina dan menempel di kubikelnya setiap hari.
Sebetulnya, itu adalah kabar baik. Namun, mengingat apa yang terjadi pada Radika dan Kaivan terakhir kali, hal itu membuat Kanina tidak bisa mendapatkan informasi apa pun tentang pertengkaran mereka tempo hari.
Oke. Lupakan dua pria yang tidak ada kabar selama lima hari ini. Hidup Kanina menjadi jauh lebih tenang. Seharusnya. Dia lebih bebas menentukan pilihan. Mungkin hal itu juga, yang membuat Kanina menyetujui ajakan Ardi untuk pergi ke Ulu Kasok hari ini?
Kanina duduk di samping jok pengemudi, di samping pria yang sejak tadi mengajaknya bicara di antara desis pelan suara radio. Sesekali menoleh, sesekali tertawa, sesekali menoleh lagi ketika Kanina membalas ucapannya.
Mereka melewati jalan tol yang merupakan proyek yang tengah Kanina kerjakan bersama timnya. Beberapa kali Ardi memuji, "Keren banget lho, Nin. Saya salut lihat perempuan kayak kamu—yang rela meninggalkan ingar-bingar Jakarta demi proyek ini."
Lho, kan Kanina sedang mati-matian mencari cara supaya bisa kembali ke Jakarta secepatnya—dengan posisi yang lebih baik tentu saja. Tidak ada yang tahu tentang tekadnya itu memang. Jadi, Kanina tidak tersanjung dengan pujian itu. "Nggak usah muji dulu, Mas. Saya ini banyak ngeluhnya. Kadang benci banget sama kerjaan sendiri."