Dah siapppp ketemu Kaivaaan?Apa sih yang ditungguin saat baca cerita ini tuh sebenernya? XD
Mau kasih emot apa untuk 3500 kata ini? 😳
Bisa bakar dulu nggak? Makin sini apinya makin melempem soalnya. 🥲🥲🥲 BAKAR DULU DONG YANG BANYAAAK 🔥🔥🔥
***
Kaivan melajukan mobilnya di jalanan yang sepi. Dia baru saja melewati gerbang tol, melalui jalanan kosong dan lengang—dan gelap. Seharusnya—rencananya, perjalanan malam ini dia lalui bersama Kanina. Namun ya ... siapa yang bisa membaca takdir memangnya? Siapa yang mengira bahwa hubungan yang Kaivan pikir istimewa ini sekadar alat untuk memanfaatkan ketololannya bagi Kanina?
Kanina, mungkin saja sedang merayakan dan menertawakan, atau bisa saja dia sedang menyesal karena rencananya lebih dulu terbongkar sebelum tujuannya tercapai. Entah, dua kemungkinan itu sama saja, sama-sama terdengar buruk. Karena pada intinya, Kaivan tahu bahwa ... Kanina tidak pernah menginginkannya.
Pernyataan itu mengganggu sekali kemampuan ingatnya yang sehat, memorinya yang lengkap, tentang potongan-potongan dari rangkaian kejadian saat Kaivan mulai mendekati Kanina, saat akhir-akhir ini keduanya banyak menghabiskan waktu bersama, dan ... tentang apa saja yang mereka lakukan jika berdua.
Benarkah ... Kanina sedikit pun tidak pernah membawa Kaivan masuk ke dalam hitungan kebahagiaannya?
Juga sikap Kaivan dan segala hal yang pernah mereka lakukan berdua—termasuk di atas ranjang itu, tidak meninggalkan jejak sedikit saja?
Hebat sekali, ternyata selama ini Kaivan yang antusias sendirian.
Kaivan tiba di tempat tujuannya setelah melewati perjalanan panjang hampir dua jam untuk kembali ke Pekanbaru. Yah, benar, dia melakukan perjalanan panjang itu bolak-balik dalam selang waktu yang tidak lama.
Kaivan mengunjungi gedung apartemen yang disewanya. Memasuki basment, menyimpan mobilnya di sana sebelum langkahnya menuju lift dan menekan angka dua puluh sembilan yang ada di panel. Tidak, dia tentu saja tidak secengeng itu untuk sengaja mengunjungi kamar apartemennya pada saat malam hari begini dalam keadaan sendirian.
Karena seperti yang pernah dia katakan sebelumnya, bahwa tempat itu hanya akan dia sambangi saat dia sedang ... ingin bersama Kanina, ingin memeluknya, dan menghabiskan waktu dengan melakukan hal manis di dalam kamarnya.
Namun kali ini, jelas saja alasan itu sudah lenyap.
Tidak ada harapan atas apa yang dia semogakan sebelumnya.
Tubuh bagian belakang Kaivan bersandar ke dinding lift, dia sendirian di dalam ruang kecil yang sesak itu, memandangi bagaimana panel penghitung di atas pintu bergerak dengan angka yang maju. Denting terdengar saat Kaivan sudah tiba di lantai yang ditujunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Revenge
Roman d'amour#TSDP8 Menurut Kaivan, Kanina tidak lebih dari wanita berkepala cantik yang memiliki alasan hidup hanya untuk mengoles lisptick merah di bibir, mengecat kuku, dan mengenakan stiletto yang ketukannya kerap mengganggu saat memasuki ruangan. Menurut K...