Della turun dari ojol yang baru saja selesai mengantarnya ke kedai biasa tempat anak-anak nongkrong. Kedai tempatnya gak langsung di pinggir jalan tapi agak masuk ke dalam. Halamannya gede.
Tadinya Della udah melangkah masuk. Tapi dia barusan mengingat ada suatu keperluan yang harus dia beli di minimarket. Karena Della nih takut lupa, yaudah dia putar balik menuju ke arah jalan besar, lebih tepatnya ke minimarket yang berada di seberang jalan.
Della menunggu beberapa saat lalu menyeberangi jalan. Saat sudah di seberang jalan, Della masih harus berjalan beberapa langkah menuju ke minimarket karena minimarketnya gak langsung hadap-hadapan dengan Kedainya.
Gak butuh waktu lama, Della masuk ke minimarket dan langsung membeli keperluannya disana. Dia bahkan gak menyempatkan diri melihat barang-barang lain dulu untuk hemat waktu.Saat Della membayar, antrian di belakang Della lumayan panjang. Jadinya saat Della mendapat kembalian, dia tuh ngambil uangnya dan masukkin itu ke dompetnya sambil jalan. Jadinya repot sendiri.
Karena banyak uang receh, jadinya agak lama proses memasukkan uang ke dalam dompet ini. Della bahkan keluar minimarket sambil mendorong pintu dengan bahunya karena tangannya sibuk.
Dan tentu saja sambil misuh karena kesabaran Della setipis tissue.
Kegiatan Della baru selesai dengan sempurna saat dia tanpa sadar udah jalan di atas trotoar. Karena gak fokus, yang tadinya Della harusnya jalan ke arah kiri setelah dari minimarket, eh dia malah jalan ke arah kanan.
Della menepuk jidatnya pelan saat dia sadar. "Yelah goblok!" Makinya ke diri sendiri. Tapi baru aja Della mau muter balik, matanya tanpa sengaja menangkap sesuatu.
Sosoknya familiar.
Della mengurungkan niatnya dan malah mematung di trotoar sambil menatap ke arah warung kecil di samping minimarket. Mata Della bahkan agak melotot saking kagetnya dia.
Della jalan mendekat ke arah yang dia tatap.
"Makasih ya Bu, saya pamit dulu." Ucap seorang anak kecil berbaju ungu yang di beberapa bagiannya berwarna lilac karena luntur.
Della mendekati gadis kecil yang jadi objek tatapannya itu sedari tadi. Bau matahari menyeruak darinya. Rambutnya agak sedikit awut-awutan. Keringat ada di pelipisnya. Mukanya kusam terbakar matahari di beberapa bagian.
Si gadis tak sadar, namun saat dia berbalik, Della sudah berdiri di belakangnya. Masih dengan wajah kagetnya itu. Anak kecil itu mendongak dengan wajah bingungnya.
"Lula?" Panggil Della dengan nada heran.
Si anak kecil yang tadi tampak bingung. "Kak Fella?" Tebaknya masih sama bingungnya.
"Della, bukan Fella. Ternyata masih inget." Ucap Della mengoreksi sambil tersenyum tipis di ujung kalimatnya.
"Ohiya. Maaf ya."
"Lula ngapain disini?" Tanya Della bingung sambil celingak-celinguk melihat sekitar mencoba memastikan jika saja ada yang menemani Lula saat itu.
"Anterin kue jualannya nenek." Jawab Lula dengan jujur.
Dalam seketika iba menyeruak dari dalam diri Della. Entah kenapa dia bahkan menjadi sangat sedih.
"Lula sendiri? Kesini pake apa?" Tanya Della.
Lula mengangguk lalu menunjuk sepeda usang yang ditaroh bertumpu pada salah satu tiang teras warung itu. Sepedanya berwarna putih namun sudah noda dan usang kekuningan. Tanpa standar, dan terkelupas di beberapa bagian. Hati Della seolah makin tersayat.
"Lula bukannya udah pindah ke kota lain ya bareng sama nenek? Yang lalu Ka Della denger katanya nenek udah pindah ke tempatnya kakak di kota lain." Tanya Della lagi. Inilah yang menjadi alasan utama kenapa dia sampai menghampiri Lula.
Lula menggeleng. "Enggak jadi. Kata nenek kakak Darma gak punya banyak uang buat ngurus Lula sama nenek. Jadi nenek disini aja jualan kue Lula bantuin." Jawab Lula masih dengan ekspresi jujur. Tanpa beban, tanpa kesedihan, hanya murni kejujuran. Darma adalah kakaknya Lula.
"Woi Dell." Della masih tertegun selama beberapa saat tapi tiba-tiba ada yang menyapanya.
Della menoleh dan mendapati Hellen berdiri di dekatnya. "Lah? Kok lo disini?"
"Gua mau otw kedai, gua liat lo disini makanya gua minta pak supir nurunin disini aja." Jawab Hellen.
Della hendak melanjutkan meladeni Hellen namun tiba-tiba disela.
"Kak Fel- eh maksudnya Della, Lula balik dulu ya. Masih ada kue yang harus dianter soalnya." Pamitnya pada Della.
Della segera memusatkan perhatiannya pada Lula lagi. "Eh udah mau balik? Oh okey. Btw Lula-" ucapan Della terjeda karena dengan segera dia membuka tasnya dan mengeluarkan dompetnya dari sana.
"Ini buat beli jajan kalo Lula haus atau lapar." Ucap Della sambil menyodorkan selembar uang kertas yang lumayan lah nilainya kepada Lula.
Sesaat Lula terlihat sangsi dan tidak enak. "Makasih banyak Kak Della, tapi Lula gak lapar dan haus." Jawab Lula yang berusaha sopan.
Della terlihat sedikit bingung. "Gakpapa plis ambil aja uangnya. Disimpen buat nanti pas Lula butuh juga gapapa." Bujuk Della.
"Kata nenek - Lula gak boleh - minta-minta." Kalimat Lula sedikit tersendat.
Della lalu jongkok buat mensejajarkan tinggi badannya dengan Lula. Terlihat wajahnya sedikit panik Lula tidak mau menerima pemberiannya. "Enggak ini bukan karena Lula minta-minta tapi karena ka Della ngasih. Plis ambil aja ya."
Lula akhirnya mengangguk dan menerima pemberian Della. Walau terlihat jelas dia merasa tidak enak kepada Della. Della kembali berdiri saat pemberiannya sudah berpindah dari tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRAGO [ON GOING]
Novela JuvenilIni kisah tentang Hellen, manusia yang pelik buat dipahami. Aneh, random, cukup gila, galak, suka ngomong kasar, suka ngegas dan selalu mikir bahwa semua orang bakalan bisa memaklumi dia. Selalu semena-mena, sampai suatu ketika tertampar kenyataan...