52 - jirlah, fak kata gua teh

50 1 9
                                    



Tiga hari berlalu setelah Hellen kehilangan anjing kecil peliharaannya. Awalnya memang tidak mudah, tapi Hellen berusaha untuk tidak merepotkan orang lain perkara masalahnya ini.




Sederhananya, Hellen benar-benar berusaha untuk baik-baik saja.




Siang ini kelas Hellen tak terlalu berat. Mereka tuh ada pelajaran sejarah. Namun karena target belajar minggu ini udah tercapai, kini mereka cuma dikasih tugas ringan doang.




Ini tuh tugas kelompok. Sekelompok isinya dua orang.




Dan lucunya, Hellen kebagian sama Yion.





Yaudah, siang ini, di jam pelajaran terakhir ini mereka berdua memutuskan untuk mengerjakan tugas di perpustakaan. Karena dibebasin oleh gurunya sih, mau dikerjain dimanapun.





Hari itu perpustakaan sunyi. Hellen dan Yion milih duduk di bagian paling belakang dan pojok, karena disitu tempat-tempat untuk buku sejarah.





Selama lima belas menit awal pengerjaan, mereka berdua nih aman-aman aja. Yion gak bertingkah, dan Hellen sendiri fokus mencari jawaban dari pertanyaan.






Tapi Yion tiba-tiba memecah kesunyian.






"Hellen. Lo asli udah gak apa-apa? Maksudnya ya, lo gak stress gitu kan?" Tanya Yion sambil membolak-balikkan lembaran kertas. Asli Yion bertanya demikian karena sebagai seorang teman, Yion betul-betul penasaran dengan keadaan Hellen.





Perhatian Hellen teralihkan dari menjawab soal. Dia melihat Yion yang sedang membolak-balikan lembaran kertas. Selama lima detik pertama, Hellen diam untuk memikirkan jawaban Yion.





"Guee..... ya udah gakpapa sih." Ujar Hellen yang mencoba melihat apakah selama dua hari belakangan dia menunjukan gejala stress atau tidak. Tapi ternyata tidak.




Yion manggut-manggut.




"Malam itu lo-" Baru saja Yion ingin kembali bertanya, tiba-tiba muncul dua orang secara mendadak.




"Anjing lo berdua. Gua kaget." Ucap Yion saat Peter dan Joshua nimbrung.




"Gak ngajak lo berdua. Jahat. Gua sama Peter kan mau nyontek." Ucap Joshua. Ini dikarenakan di perpus, jadinya mereka ngomong gak terlalu kencang-kencang.




"Yelah jawaban gua sama Yion gak seberapa." Ujar Hellen.


Peter dan Joshua bergabung di meja persegi berukuran sedang itu. Mereka masing-masing menempati satu sisi. Hellen yang duduk berhadapan dengan Yion, dan Joshua berhadapan dengan Peter.





Joshua mengeluarkan bukunya. Tapi Peter malah mengeluarkan beberapa bungkus snack dari dalam tas-nya. Mohon aksi penyelundupan ini jangan ditiru.




"Anying Pete." Ucap Yion.




Peter membuka bungkusan camilan, lalu menaruh camilan itu ditengah meja. Siapapun diperbolehkan makan. Jadilah mereka berempat kini melepas pena serta buku dan mulai menikmati cemilan yang ada.




"Tadi lu mau nanya apa Yon?" Tanya Hellen. Dia teringat kepada pertanyaan Yion yang belum tuntas tadi.





"Oh enggak, gua cuma nanya malam itu lo ngubur Kelinci sendirian aja?" Tanya Yion.




Yion melihat ke arah Hellen, menunggu jawaban Hellen. Namun begitu juga dengan Pete dan Josh. Mereka bertiga ternyata belum tau. Hellen berpikir sebentar. Menimbang-nimbang apakah dia harus memberi tau semuanya atau tidak.




Tapi Hellen akhirnya memilih untuk berbagi cerita.




"Gak, gua gak sendirian ngubur Kelinci malam itu."



"Bareng Pak Darto dan Bibi lo?" Tanya Peter.



Hellen bergumam sebentar. "Iya sih, tapi Pak Darto sama Bibi cuma ngeliatin dari teras belakang. Sama Pak Darto juga yang gali kuburnya Kelinci."



"Terus lo bareng siapa?" Tanya Josh.



"Kenneth." Jawab Hellen.





"KAN!" Peter, Josh, dan Yion secara bersamaan menyebut kata itu. Namun mereka segera menyadari bahwa they weren't supposed to do that jadi mereka reflek membekap mulut mereka dengan tangan masing-masing.




Hellen mengernyit.



"Kenapa emang? Kok kaget? Kenneth gak ngasih tau?"



"Enggak! Dia cuma WA Nicko bilang dia anterin lo doang." Keluh Peter.




Seusai itu mereka bertiga diam. Yion, Josh, dan Peter yang bingung dengan tingkah aneh Kenneth, sementara Hellen yang juga ikutan bingung.




"Anjing daripada kita ngerjain soal mending kita ghibah aja ayo." Ujar Peter.



"Betul. Gue sangat teramat setuju." Ucap Yion sambil menutup bukunya. Josh juga menyimpan bukunya. Hellen pun ikut-ikutan.



Dan karena di atas meja udah kosong, udah gak ada buku apapun. Peter pun mengeluarkan berbagai macam camilan dan menaruhnya di atas meja.



Tiga yang lainnya hanya cekikikan melihat tingkah Peter.



"Ghibah apa?" Tanya Hellen sambil mengambil salah satu bungkus permen coklat dan membukanya.



"Ghibah lo sama Kenneth." Jawab Joshua.




Hellen tertawa. Dia merasa kocak saja.




"Gua sama Kenneth apaan dah." Ucap Hellen.




Mendengar ucapan Hellen, Yion cepat-cepat menelan makanannya. "Eh Len. Asli dah. Gua mau nanya sesuatu. Lo jawab aja jujur. Gua gak maksa sih. Tapi sebagai teman lo nih ya, sebagai teman lo yang paling baik deh. Gua mau nanya."




"Nanya apa?"




"Lo tuh suka sama Kenneth gak sih?" Tanya Yion. Kali ini Yion yang biasa otaknya geser udah jadi normal.




"Kalo keberatan ya gausah dijawab ya Len. Kita tuh bukan kepo tapi lebih ke, peduli aja. Kalo lo suka sama Kenneth ya bilang aja kali aja kita bisa bantu doain supaya lo jodoh." Ucap Peter mulai melantur gak jelas.




"Ho'oh." Timpal Joshua yang sedang fokus mengunyah keripik kentangnya.











Asli Hellen bingung dengan pertanyaan yang semendadak ini. Pertanyaan yang bahkan dirinya sendiri belum dan mungkin gak bisa jawab.




Wajah Hellen memasam. "Lo tau awalnya gua tuh kira cuma gua aja yang merasa kayak kok gua suka dicomblang-comblangin kalian sama Kenneth. Tapi ternyata emang kalian yang nyomblangin anjing. Coba deh kalian bertiga yang jawab dulu. Kenapa gua dicomblang-comblangin?"





"Soalnya gua kesel banget awal Kenneth pindah lo berdua tuh gak bisa diem. Malah berisikkk mulu. Makanya gua comblangin aja biar diem." Jawab Peter.




"Iya anjing, gua juga capek banget waktu itu dengerin lo berdua berantem. Makanya gua mikir kalo semisal lo dicomblangin kayaknya bakalan diem." Timpal Joshua.




Hellen ketawa. Mendengar jawaban Peter dan Joshua dia jadi sedikit teringat pada Ka Hizkia. Karena Hellen pernah bertanya padanya, dan jawabannya sama juga.




Tapi Hellen menunggu jawaban Yion. Yion terlihat masih berpikir.




"Kalo lo Yon?" Tanya Peter.





Yion terlihat sedang berpikir. Dia mengangkat telapak tangannya, mengode agar teman-temannya memberinya jeda sebentar untuk menyiapkan jawabannya.





Peter, Josh, dan Hellen menunggu.





"Kalo dari gua sih, jujur-jujur aja nih ya. Soalnya Ken lebih bahagia sama lo Len." Jawab Yion.



Asli, jawaban Yion tidak terduga.



Hellen bahkan cengo menatap ke arah Yion, menunggu penjelasan Yion atas jawabannya barusan.



"Iya anjir. Ya terlepas dari waktu lo berdua kayak anjing sama babi ya.-"



Peter, Hellen, dan Josh tertawa. Tapi berusaha dalam volume yang pelan. Karena sekali lagi, mereka masih berada di perpustakaan.



"Terlepas dari waktu lo musuhan, Kenneth tuh asli jadi keliatan seneng banget. Ya walau dia sendiri gak sadar sih. Kenapa gua bisa bilang gini? Soalnya kalo dibandingin waktu dia masih pacaran sama Angel di hari-hari menjelang terakhir hubungan mereka - mungkin sekitar sebulan setelah mereka pacaran, itu lebih kacau dia waktu itu dibanding waktu dia sama lo." Jelas Yion.




Peter menepuk meja pelan. "Iya kan! Anjing. Gua juga sempat membandingkan sih. Waktu dia sama lo nih Len, dia tuh bisa lebih have fun, gak stress lagi, gak jadi pendiem, dan kalo dia sama lo, bahagianya dia tuh kayak lebih terhubung sama kita dan sepupu-sepupunya. Soalnya lo juga mau temenan dan bergaul sama kita-kita." Jelas Peter.




Hellen mengernyit sedikit. "Hah? Gimana-gimana maksudnya tadi? Terhubung?"



"Gini Len. Gua jelasin ya. Dulu, sebelum Angel datang. Waktu Kenneth masih bandel-bandelnya, nah dia tuh bandel doang, tapi sama kita tuh solid banget. We were fine that time. Tapi giliran Angel datang, awalnya emang kita ya happy happy aja temen kita fallin love kan. Tapi setelah jadian, lama kelamaan. Kita tuh kayak ..... kayak - aduh susah lagi gambarinnya. Kita tuh kayak ...." Joshua sedikit kesulitan menyelesaikan kalimatnya.




"Kayak semacam kehilangan dia gak sih?" Tanya Peter berusaha membantu.



"Bisa jadi." Timpal Yion.



"Nah iya. Semacam itu lah."




Hellen masih belum terlalu paham. "Maksudnya?"




"Ya dia tuh terlalu fokus buat si Angel. Kayak apa-apa, semua tuh Angel. Kita ajak main juga gak bisa. Dia tuh bener-bener gak bisa bagi waktu antara temen-temennya, keluarganya, sama pacarnya gitu." Ucap Joshua.



"Gak juga sih Josh, sebenarnya dia bisa sih. Banyak kali dia tuh bisa. Tapi pacarnya doang gak mau dia tuh spend time bareng kita. Kalo dia tau Kenneth mau main sama kita, ntar dia mulai betingkah. Pengen kesini lah, kesitu lah, mau ini lah, itu lah, sampe akhirnya Kenneth harus menuhin keinginannya bukan kita. Jangankan kita, sepupu-sepupunya, Leah Bella KaJo aja ngerasain kok." Jelas Peter.




"Nah itu maksud gua." Timpal Joshua.



Hellen kali ini baru paham. Ekspresi bingungnya terganti dengan ekspresi terkejut. "Anjing? Segitunya?!" Terlihat sedikit ketidakterimaan Hellen.




"Ancur banget Len waktu itu. Makanya waktu dia sama lo, lo bisa bareng dia dan bareng kita, ya kita ngerasa lo orang yang cocok sama Kenneth lah." Kali ini Yion nimbrung kembali.





"Dia tuh kasian banget Len waktu udah menjelang dua bulan atau tiga bulan gitu setelah pacaran sama Angel. Tapi dia tolol banget anjing itu yang gua emosi banget sama dia tuh itu." Tadinya Peter ghibah kini malah jadi setengah curhat.



"Asli sih, Ken tuh kalo udah sayang orang. Aduh. Bahkan waktu dia udah tau Angel selingkuh, dia tetep milih buat diem, berharap kalo Angel milih buat tobat dan lanjutin hubungan mereka. Tapi Angel tolol juga anjing, udah disayang sampe segitunya malah disia-siain."




Bohong kalo Hellen bilang dia baik-baik aja pas denger itu semua. Enggak. Ada bagian dalam dirinya yang terusik. Tapi Hellen berusaha sekuat tenaga seolah tidak terjadi apa-apa.




"Waktu Angel selingkuh itu sama Vraka kan? Kenneth sempat mukul Vraka gak waktu itu?" Tanya Hellen dengan berani. Walau Hellen tau pertanyaan ini berpotensi besar menyakitinya tetap aja tuh ditanyain.



Peter, Josh, dan Yion mengingat-ingat.



"Engg-gak." Jawab Yion sambil mikir yang sempat ditahan karena takut keliru.




"Iya, gua pernah tanya. Kenneth gak pernah mukul Vraka karena Kenneth tau disini ya emang Vraka salah, tapi dia ngerasa gak ada hak aja mukul Vraka. Dia ngerasa Angel tuh bebas mencintai siapapun tapi ya tetap kecewa aja diduain. Cuman kalo mukul Vraka karena selingkuh sama Angel, enggak pernah." Jelas Peter.




"Iya ya? Berarti, pertama kali Kenneth mukul Vraka yang pas berapa hari lalu dong, yang gara-gara Vraka ngatain Hellen itu." Tanya Josh ke Peter, berusaha menemukan jawaban atas tebakannya.




Peter berpikir sebentar. "Iya, bener."





Hellen diam.





"Jadi gitu sih Len menurut gua. Gua gak maksa. Disini gua bukan yang memaksa lo untuk bikin Kenneth seneng, tapi yang gua liat sih lo seneng sama Kenneth, Kennethnya seneng sama lo." Jelas Yion.



"Iya Len. Eh tapi ngomong-ngomong nih ya. Lo tuh feel happy gak sih kalo bareng Kenneth?" Tanya Peter. Cemilannya masih lancar.

VIRAGO [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang