Bab 39

20 0 0
                                    

Cerita ini hanyalah khayalan dan karangan semata.. selamat membaca

🌽🌽🌽🌽🌽🌽🌽

Hari telah berganti, kemarin Qing Yan membiarkan dirinya berada di titik terendah dalam sebuah perasaan. Hari ini, perlahan namun pasti dia akan berubah menjadi lebih kuat lagi, membuang segala perasaan tidak penting yang membuat hatinya sakit.

Melawan ketakutan dengan keberanian, melawan kelemahan dengan kekuatan dan melawan rasa sakit hati dengan pengorbanan.

"Tuan Puteri, anda sudah bangun?"

Qing Yan menoleh ke belakang, disana ada dayang Tan serta dua dayang yang sangat di kenalinya, masing-masing membawa nampan berisi pakaian dan sebaskom air hangat.

"Dayang Su, dayang Nan? Kalian disini?!" Pekiknya tak percaya.

"Iya Puteri, kami di titahkan yang mulia agung untuk membantu anda." Ucap dayang Su hormat.

Qing Yan ngangguk-ngangguk. Akhirnya personil kegabutan kumpul setelah sekian purnama dipisahkan.

"Apakah kami perlu membantu anda mandi Puteri?"

"Tidak perlu." Qing Yan bangkit dan segera masuk kamar mandi. Hari pertama dia terlempar ke dunia ini, dia berulang kali mengalami culture shock.

Pertama, apapun yang di mau selalu tersedia. Seberapa susah barang itu di dapat. Kedua, etika dalam berjalan dan berbicara. Seorang puteri dilarang berlari dan mengangkat pakaiannya, dilarang berteriak, harus selalu menundukkan kepala kepada orang yang berkedudukan tinggi, tidak boleh berjalan tanpa alas kaki.

Ketiga dan yang paling membuat merinding adalah mandi harus selalu dibantu dayang. Dia ingat, saat itu dia seharian mengurung diri di kamar, badannya menggigil bukan karena kedinginan melainkan merinding.

Seumur hidupnya dia belum pernah dimandikan seperti itu. Dayang Tan menggosok punggung, dayang Su mengkeramas rambut, dan dayang Nan menggosok lengan.

Setiap kali ingat, dia selalu merasa ternodai. Cukup sekali badannya di jamah. Tidak ada lain kali.

"Argghh....."

Bruugghhh... Prangg

Qing Yan yang sedang berendam tersentak kaget begitu mendengar pekikan disusul barang jatuh.

"Ada apa?! Kalian kenapa?"

Ketiga dayang tersebut segera bersujud, meletakkan kepala di atas lantai dan mengucap kata maaf berulang kali. Badan mereka bergetar hebat.

Qing Yan melengkungkan alis, bingung. "Kalian kenapa?"

"Ampun Puteri... Ampuni kelancangan kami..."

"Sekarang jelaskan ada apa dengan kalian! Dayang Tan?"

Dayang Tan mengangkat kepala saat dipanggil, nada suaranya menuntut penjelasan.

"Ampun puteri, kami terkejut melihat punggung anda. Punggung anda penuh dengan gambar hitam." Jawab dayang Tan hati-hati.

Gambar?? Oh... Shit! Dia lupa. Qing Yan merutuk dalam hati. Membasahi bibir, Qing Yan mencoba bersikap biasa.

"Apakah jelek?"

Mendengar pertanyaan itu, semua sontak membenturkan kepala ke lantai mohon pengampunan. Mereka tidak bermaksud meledek atau merendahkan. Mereka hanya terkejut dan takut jika tuan Puteri mereka dalam bahaya.

"Ampun Puteri... Hamba hanya takut tanda tersebut bisa menyakiti anda, tanda itu semakin banyak dari sebelumnya, saya harus melaporkan ini kepada yang mulia agung dan yang mulia Raja." Dayang Tan panik. Dia berniat segera melaporkan kepada Raja Wang tapi buru-buru dicegat oleh Qing Yan. Membuatnya kembali bertekuk lutut.

Return with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang