Suara gesekan pedang saling beradu membuat suasana semakin riuh. Teriakan kepuasan dan kesakitan menggema menjadi satu. Ceceran darah menggenang di atas tumpukan mayat.
Tabuh genderang seolah memacu semangat bertarung membuat jiwa kian berkobar. Serangan anak panah bagai hujan jatuh beruntun membidik tepat sasaran.
"Sial!! Seberapa banyak pasukan yang dibawa bangsa Iblis?!" Decak Xiwu sembari menebas kepala musuh menggunakan kipas nya.
Sejak beberapa hari lalu, tepatnya setelah kejadian di lembah ilusi bangsa Iblis mulai mencari masalah. Mereka tanpa ampun menyerang Kerajaan di Alam Bintang dengan berbagai cara. Menyebarkan racun, menculik penduduk, membunuh anak-anak, memporak-porandakan pemukiman dan kali ini mereka menyebarkan wabah sekaligus menyerang desa yang baru saja diperbaiki.
"Kalau kau mau mereka berhenti. Berikan Dewi Petir pada bangsa Iblis!"
"Tidak akan! Sekalipun raja kematian binasa, tak kan kuserah kan Qing Yan kepada kaum rendahan seperti kalian. Seorang Dewi tidak pantas menginjakkan kakinya di tempat terkutuk!"
Wen Jun semakin murka mendengar ucapan bersarat ejekan dari pria berkipas di depannya. Tangannya terangkat, mengeluarkan cahaya hitam lalu melemparkan ke arah Xiwu yang dengan cepat menangkis.
Kediaman Qing Yan
"Puteri.... Bangun Puteri...!" Seorang dayang datang tergopoh dan membangunkan sang nona yang masih mengarungi alam keindahan. Dengan napas tersengal ia terus mengguncang badan berbalut selimut itu.
"Dayang Tan, biarkan aku tidur lebih lama." Rengek Qing Yan menepis tangan di tubuhnya.
Beberapa hari lalu Raja Wang mengirimkan dayang Tan untuk membantu mengurus segala kebutuhan Qing Yan. Selain bisa mengurus Qing Yan, dayang Tan juga bisa mengatur tingkah laku putrinya yang semakin hari semakin hiperaktif.
Raja Wang kini mengerti kenapa Rui Chang selalu menyebut adiknya sebagai monyet gunung.
"Puteri, anda harus bangun! Kita harus sembunyi! Alam Bintang diserang..!"
Seketika netra jingga itu membuka dan berubah menjadi lebih pekat. Nyawanya langsung terkumpul, ia menatap dayang Tan menanyakan maksud dari apa yang baru diucapkannya.
"Tadi hamba dengar, di Desa Selatan mengalami wabah yang pernah menjangkit Kerajaan Zhang. Bukan hanya itu, setelah kabar beredar tiba-tiba Desa Selatan diserang oleh bangsa Iblis. Dan sekarang, para pangeran sedang menuju ke Desa Selatan, Puteri."
Qing Yan mendengarkan lalu menyuruh dayang Tan memanggil Ye Xi. Sementara dia bersiap-siap, entah mengapa firasatnya mengatakan kalau tujuan bangsa Iblis adalah dirinya. Desa Selatan hanyalah sebuah pengalihan.
"Ampun Puteri, tadi hamba lihat nona Ye Xi menyusul para pangeran menggunakan kuda. Sepertinya keadaan disana jauh lebih buruk."
*****
"Apa yang kau lakukan disini Ye Xi, bukankah yang mulia memintamu menjaga Qing Yan?"
Ye Xi mengerut alis bingung, "bukankah kau mengirimkan surat kalau keadaan disini tidak terkendali?"
"Surat apa?! Aku tak pernah mengirimkan surat." Menyadari ada yang tidak beres, Xiwu berlari menghampiri Jian Yang yang sedang menyusun strategi bersama Xing Yue lalu memberi tahu apa yang terjadi.
Jian Yang mengepalkan tangan, wajah berbalut masker itu tidak dapat menutupi jejak amarahnya. Manik hitamnya seperkian detik berubah lebih pekat diikuti aura dingin menyelimuti sekeliling.
"Pergilah! Biarkan urusan disini aku dan pasukanku yang menangani. Xiwu... Kau ikut yang mulia!"
Tanpa bantahan, Xiwu dan Jian Yang pergi, memacu kuda sangat cepat.
"Muka polosmu nyatanya masih berfungsi dengan baik. Menggunakan kata surat untuk membuat mereka pergi." Tao ngangguk-ngangguk. "Cukup menarik. Entah pria itu memang bodoh atau karena panik, sehingga tidak bisa melihat sorot kebohonganmu."
"Apapun itu, setidaknya mereka pergi. Ah, para hama sialan.. sangat merepotkan. Gara-gara mereka waktu istirahatku berkurang banyak."
"Hei.. omong-omong apa yang harus kita lakukan kepada dua wanita bodoh di atas yang sedari tadi mengintip kita. Haruskah ku lempar mereka dengan jarum beracun? Atau menggunakan kelabang hitam?"
Tao melirik sekilas ke arah atas, dimana terdapat dua wanita memakai tudung hitam mengintip di balik semak-semak.
Mereka pasti sedang mencari tahu, strategi apa yang akan di lakukan untuk mengalahkan bangsa Iblis.
"Biarkan. Kita lihat apakah mereka hanya mematai-matai kita atau ada alasan lain."
Ye Xi berdecak tak senang. Padahal dia ingin bermain-main dengan salah satu wanita itu, ah.. tidak, kalau bisa dua kenapa harus satu. Kalau bisa semuanya kenapa harus memilih.
Karena para hama itu, kakaknya selalu dalam bahaya. Dan, karena mereka juga kakaknya dulu selalu menderita. Kakaknya mungkin tak bisa membalas mereka, tapi dirinya bisa.
"Jangan memasang muka seperti itu. Kalau bukan karena mereka, kau tak mungkin bisa kenal dengan puteri Qing Yan dan mungkin kau tak kan bisa hidup sampai sekarang."
"Diam!" Suara dingin Xing Yue menghentikan perdebatan Ye Xi dan Tao. Keduanya seketika berubah serius. Tidak ada lagi raut jenaka atau raut meledek.
"Tao.... Bunuh semua orang dari kerajaan Zhang. Siapapun tanpa terkecuali! Dan Ye Xi, bakar Kerajaan Zhang sekarang! Jadikan semua ini sebagai salam penyambutan untuk kedua wanita itu." Titah Xing Yue di sanggupi Ye Xi dan Tao. Perempuan itu kemudian pergi dengan hati riang.
"Kalau begitu hamba pamit, pangeran." Ucap Tao kemudian melesat dengan cepat.
Istana Bintang
"Apa maumu?! Berani-beraninya kau menyerang mereka!" Qing Yan berseru murka mendapati dayang Tan serta beberapa pengawal tergeletak di lantai.
Raja kematian mengedikkan bahu diiringi kekehan, "kau tentu tahu apa yang ku mau gadis kecil. Serahkan pedang kematian dan kubiarkan kau bahkan seluruh makhluk di Alam Bintang selamat. Aku berjanji tidak akan mengacau lagi."
"Sekalipun kau merangkak di kakiku tak kan kuberikan pedang kematian apalagi untuk makhluk haus kekuasaan sepertimu."
"Ah.. sayang sekali. Bagaimana kalau kita bernegosiasi? Kau serahkan pedang kematian dan kuserahkan kakakmu untukmu."
"Kakakku? Jangan bohong, kakak pertama tidak mungkin selemah itu sampai jatuh ke tangan orang sepertimu." Nada bicara Qing Yan naik satu tingkat menandakan hatinya gelisah.
"Apakah kakakmu hanya Wang Xing Yue? Kau melupakan kakakmu yang lain?" Tanya Raja kematian bermaksud mengacaukan pikiran perempuan di depannya. Serangan fisik mungkin mereka seimbang tapi lebih menyenangkan mempermainkan mental seseorang.
Hanya dengan membuat perasaan kacau, semua akan menjadi jauh lebih mudah. Membunuh tanpa menyentuh jauh lebih menyenangkan.
Qing Yan tercengang, berpikir apakah benar apa yang dikatakan oleh Raja kematian kalau Chang'ge berada di tangan makhluk terkutuk itu.
"Cih.. kau pikir aku percaya? Tidak!" Ujarnya penuh penekanan.
"Sudah kuduga kau tidak percaya. Lihat ini!" Raja kematian kemudian mengambil bunga putih di balik lengan baju. Bunga yang hanya ada satu di dunia dan satu-satunya bunga yang dia buat dengan mana spiritualnya.
"KAU?!"
Raja kematian terbahak-bahak, akhirnya dia mendengar nada itu, nada yang sedari tadi ditunggunya.
"Serahkan pedang kematian itu sekarang kalau tidak mau melihat mayat kakakmu!" Desisnya dingin.Tbc.....
Happy Freeday... 😄
Terimakasih sudah sampai part 37
🙋✍️⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
Return with you
FantasyAthaleya, penulis novel fantasi berubah menjadi karakter di salah satu novel miliknya setelah mengalami kecelakaan. Cerita yang dia kira berjalan semestinya ternyata perlahan melenceng dari alur. __________ "Silahkan anda menikah dengan gadis yang a...