Prolog

8.6K 263 0
                                    

Dia duduk di sofa, bersama dengan Teh Melati kesukaannya dan Scone yang baru saja selesai ia panggang.

Jemarinya yang kurus dan panjang dengan kuku yang dicat bening dengan aksesoris kecil mengambil remote televisi diatas meja kaca yang membatasi dirinya dan televisi, menekan tombol power, sebuah stasiun televisi yang sering ia lihat selama beberapa tahun ini akhirnya kembali menayangkan Band yang beberapa tahun ini populer karena lagunya.

The Mad.

Itu nama Band nya.

Mad artinya gila.

Kenapa diberikan nama gila?

"Entahlah, gila itu gue."

Dia tersenyum ketika mengingat kalimat itu, pipinya sedikit memerah malu.

Sudah berapa lama mereka tidak bertemu yah?

Entahlah, sangking lamanya dia sampai tidak pernah lagi menghitung jam dan waktu karena semuanya berhenti di masa itu.

"Tamu kita hari ini band dengan genre pop yang baru saja comeback dengan full album terbaru mereka yang berjudul She."

"Mari kita sambut The Mad!!!!"

Kedua tangannya menepuk keras, seolah-olah dia berada di studio televisi itu bukan di apartemen ini.

Ada-ada aja, maklum dia terbawa suasana.

"Hi, Madnes, gue Caleb drummer utama the Mad!"

"Halo, gue Dafan the one and only Bass."

"Gue Ean, Gitaris utama."

"Gue Goga gitar."

"Drax."

"Masih sama cuek nya." Dia tertawa kecil.

"Welcome to the show The Mad, hm pertama-tama kalian terlihat makin tampan dan ganteng aja yah akhir-akhir ini."

"Iya kami mendapatkan banyak penggemar karena itu."

Dia tertawa.

"Hahaha ngomong-ngomong nih full album kedua kalian ini kenapa judulnya She, menurut teori Madnes, sebutan untuk fandom kalian, apakah benar album ini ada hubungannya dengan S yang merupakan mini album pertama kaliam, bagaimana menurut Drax selaku pencipta semua lagu?"

"Berhubungan."

"Di bagian mana? Bisa anda jelaskan?"

Dia yang sedang menonton acara itu tertawa melihat tatapan Drax pada temannya Caleb, benar-benar tidak ada berubahnya, padahal sudah 4 tahun berlalu, kenapa sifatnya itu tidak pernah berubah.

"Maaf Drax sedang tidak enak badan karena jadwal kami yang padat, yah untuk pertanyaan itu teori dari Madnes benar, mini album S dan full album She memiliki hubungan."

"Apa ini berkisah tentang seorang wanita?"

"Hm, iya, semua lagu di kedua album kami diciptakan oleh Drax, semuanya hanya tentang satu wanita berinisial S, dia adalah sumber inspirasi Drax."

"Boleh kami tahu siapa S ini? Sejak debut kalian dengan judul lagu See, dia tidak pernah dibahas dan selalu membuat publik penasaran."

"Tidak, dia punyaku."

Drax langsung mengambil mix dari tangan Caleb sang Leader of the Mad dan menjawab seperti itu.

"Sorry, Drax agak sensitif, yah seperti yang kalian dengar, itu rahasia."

"Hahaha tidak apa-apa, sepertinya Drax sangat mencintai S yah sampai dia membuat lagu dan dua album tentangnya."

Tidak ada jawaban, hanya senyuman.

Senyuman yang membuat dia jatuh cinta untuk pertama kalinya pada sosok itu.

I know I can't see you

But, i know you can see me.

S and when i look at you, i know your already become my world

Dia menyanyikan lirik lagu itu untuk menjawab pertanyaan.

"Ah romantis banget, S dimanapun kamu berada selamat kamu sudah membuat Drax yang terkenal cuek dan dingin tergila-gila padamu."

"S, kamu buat semua wanita satu Indonesia cemburu, para wanita tidak mengenali mu tapi kamu membuat mereka iri setengah mati."

Dia tertawa.

"Aku tahu, karena aku adalah S." gumam dia yang sejak tadi sedang menonton acara televisi itu.

Dia adalah seorang wanita berinisial S.

Iya, S.

Shana.

Hehehe.

***

Alurnya maju mundur kayak novel a walk to remember, kalian tahu kan?

Happy reading until the last part.

Terima kasih sudah membaca 😘

S is She (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang