14 : Aquiver

3.2K 107 10
                                    

“Kenapa gak bisa dihubungi sih?!” ini sudah ke 7 kalinya Arshaka menelpon ke nomor Kiara, tetapi selalu ditolak dan pada panggilan terakhir nomornya tidak aktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Kenapa gak bisa dihubungi sih?!” ini sudah ke 7 kalinya Arshaka menelpon ke nomor Kiara, tetapi selalu ditolak dan pada panggilan terakhir nomornya tidak aktif. Lelaki itu kesal, lantas ia meletakan kembali ponselnya keatas meja.

Tiba-tiba pintu diketuk dari arah luar. Arshaka yang tadinya memijat pelipisnya, langsung menatap kearah orang yang masuk ke dalam ruangannya.

“Maaf menganggu waktunya sir, sekretaris pribadi anda, nona Carletta sedang izin karena sakit. Jadi saya diminta oleh Tuan Arlond untuk menggantikan nona Carletta.”

“Kenapa musti kamu? Gak ada yang lain?”

“Sebenarnya saya menolak, sebab saya juga masih punya urusan lain. Tetapi Tuan Arlond selaku wakil direktur memaksa──”

“Agenda saya hari ini apa?” tanya Arshaka menyerobot tanpa menunggu Nabila menyelesaikan kalimatnya. Ya, gadis yang menggantikan Carletta adalah Nabila.

Nabila mencoba menetralkan nafasnya. Meskipun ia masih sedikit kecewa karena Arshaka tidak mempercayainya, ia mencoba tetap profesional.

“Rapat dengan klien dari luar negri, Tuan Zarrius. Lalu pukul 7 malam, anda   diundang oleh nyonya Cho untuk pergi ke pesta keluarganya, dan itu opsional.”

“Okay. Siapkan berkas-berkas lalu kita ke ruangan rapat.” kata Arshaka tanpa memperhatikan wajah Nabila.

“Maaf sir, Tuan Zarrius meminta rapatnya untuk dilangsungkan disalah satu restoran milik putranya.”

“Minta dia untuk ke kantor.”

“Tidak bisa sir. Ini permintaan langsung dari Tuan Zarrius.”

“Gak bisa diharapin jadi sekretaris! Carle bahkan bisa melakukannya cih..” cibir Arshaka, halus dan pelan namun sangat mencabik hati Nabila.

“Saya minta maaf sir.”

“Keluar sekarang! Saya mau siap-siap.”

Setelah membungkuk kearah Arshaka, Nabila lalu kembali ke ruangannya. Diam-diam ia menangis. Perkataan Arshaka lumayan kejam baginya. Bahkan ia tidak menatap mata saat berbicara tadi.

Setelah beberapa menit Arshaka memasuki mobilnya. “Sir boleh duluan aja, saya masih harus menunggu taksi.”

“Lamban. Cepat masuk!” interupsinya.

“Hah?” Nabila masih bingung dari luar mobil.

“Saya bilang masuk Nabila! Kamu mau kita terlambat? Restoran putra tuan Zarrius itu tidak dekat.”

“Okay.” Nabila akhirnya masuk kedalam mobil, ia harus bersebelahan dengan Arshaka. Entah mengapa sangat canggung bagi Nabila.

Nabila menatap wajah Arshaka yang nampak gelisah, sesekali lelaki itu menatap ke arah ponselnya, entah siapa orang yang ingin ia hubungi.

(LC) : LOVEHOLICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang