Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Mending Lo Pulang sekarang! Gua bisa jaga Kiara sendiri.” ujar Arshaka.
“Okay. Gue titip Kiara sama lo, dan sampaikan maaf gue ke dia.”
“Ga usah sok baik. Pulang lo!”
Tanpa ingin berdebat panjang, Jay segera melangkah untuk pulang. Sementara Arshaka sudah menghubungi Vanes untuk menjenguk Kiara di ruang Mawar nomor 24.
“Badan kamu sudah enakan Ki?”
“Udah, sedikit.”
“Baguslah kalau begitu.”
“Oh iya, sir Jay mana?”
“Jangan nyari yang ga ada Kiara.”
“Aku tanya sir Jay mana?”
“Pulang.”
“Sir usir dia ya?!”
“Engga. Dia ada urusan diluar.”
“Sepenting itu kah?”
“Intinya lebih penting dari kamu.”
“Bohong!”
“Dia bilang begitu ke saya.”
“Aku engga percaya.”
“Gimana caranya supaya gadis keras kepala seperti kamu mau menurut?”
“Engga ada cara, kecuali bawa sir Jay kesini.”
“Ada saya, kamu engga perlu dia.”
“Aku perlu dia. Aku butuh dia.”
“Saya lebih baik.”
“Dia lebih baik!”
“Saya-”
“Diem. Minimal ngaca dulu!”
Arshaka menghela napas. Ia diam menyikapi perilaku Kiara yang bisa ia mengerti, Kiara merasa marah, kesal bahkan kecewa karena sikapnya yang sudah membuat hatinya kecewa.
“Mama mau ketemu kamu.”
Kiara melirik ke arah Arshaka. Sebenarnya ia enggan untuk bicara hanya saja karena mendengar kondisi Gania yang sedang tidak baik-baik saja ia urung. “Mama disini?”
“Tante Vanes mau anter mama kesini.”
“Bilang ke Tante, biar aku yang kesana.”
“Kamu sudah engga apa-apa?”
“Yang anda lihat sekarang bagaimana?!”
“Galak banget.” batinnya.
Kiara berusaha untuk berdiri. Kondisinya sudah mulai membaik setelah meminum obat dari dokter.
