Selama beberapa jam perjalanan, mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai di Mountbhein Hotel yang megah. Pemandangan di sekitar hotel sangat memukau, dengan pegunungan yang menjulang tinggi di kejauhan dan udara yang segar mengisi paru-paru mereka. Setibanya di sana, Arshaka dan Kiara tidak langsung menuju kamar mereka. Mereka memutuskan untuk menikmati suasana sekitar terlebih dahulu.
Hotel tersebut terletak di puncak bukit, dengan desain arsitektur yang menggabungkan keanggunan modern dan nuansa alam sekitar. Taman-taman yang terawat, kolam renang infinity yang menghadap langsung ke lembah, serta beberapa patung seni yang menghiasi area hotel membuat tempat ini terasa begitu istimewa. Arshaka dan Kiara berjalan pelan menyusuri trotoar berbatu yang dikelilingi oleh tanaman hijau rimbun, seakan mengundang mereka untuk menikmati ketenangan alam. Mereka tak bisa menahan diri untuk mengagumi betapa megahnya hotel ini, yang tampak seperti istana di atas awan.
Setelah beberapa saat mengelilingi kawasan hotel, mereka menuju kamar untuk beristirahat. Mereka menyegarkan diri dengan mandi di ruang mandi yang mewah. Air panas yang mengalir dari shower seolah menghilangkan kelelahan setelah perjalanan panjang. Kiara mandi lebih dulu, sementara Arshaka membuka ponselnya sebentar.
20 missed calls
My daughter's mother🤍"kenapa ya Nabila nelpon?" tanya Arshaka dalam hatinya. Saat Kiara sudah selesai mandi, wanita itu lekas menyuruh suaminya untuk mandi. Arshaka pun dengan cepat mematikan ponselnya.
Selesai mandi, mereka mengenakan pakaian yang nyaman dan siap untuk menikmati malam. Sebelum beristirahat, mereka memilih untuk makan malam bersama di lantai atas, di restoran dengan pemandangan terbaik yang ditawarkan hotel. Restoran tersebut dikelilingi oleh kaca besar yang memungkinkan mereka melihat panorama kota yang berkilauan di kejauhan, serta hutan hijau yang terbentang luas. Mereka memilih tempat di dekat jendela, duduk sambil menikmati angin malam yang sejuk.
Makan malam mereka dimulai dengan hidangan pembuka berupa salad segar dengan bumbu vinaigrette yang khas.
"Tempatnya keren banget, makasih ya udah ajak aku ke sini!" kata Kiara sembari tersenyum hangat.
"Iya sayang. Saya seneng kalau kamu suka sama pilihan saya,"
"I love you, Mas Shaka! Makasih udah hadir di hidup aku, meskipun ada hal-hal kecil yang buat kita bertengkar, tapi aku percaya sama kamu!"
"To, sayang!"
Keduanya saling melempar senyuman kebahagiaan. Lalu Kiara bersemangat menyantap makanan yang sudah terhidang. Namun, matanya tiba-tiba terfokus pada seorang laki-laki yang sedang membayar dikasir.
Kiara tidak berkedip sedikitpun, sosok itu seperti orang yang pernah ia kenal. Menyadari hal itu, Arshaka menoleh ke belakang tetapi untungnya laki-laki itu sudah pergi.
"Kamu liatin apa sih?"
"Eh iya?"
"Kamu liatin apa?"
"Engga ada. Mba-mba kasirnya cantik,"
"Haha ada-ada aja. Lanjutin makannya."
Setelah selesai makan malam bersama, mereka kembali ke kamar hotel.
"Kamu tidur duluan ya Ki, saya ke parkiran sebentar, ada barang yang ketinggalan." kata Arshaka sembari membawa ponselnya.
"Jangan lama-lama ya!"
Arshaka mengangguk lalu ia keluar menggunakan lift. Ia memasuki area parkiran lalu masuk ke dalam mobil. Hampir tiada satupun manusia yang berada disana kecuali Arshaka.
Arshaka menghela napas panjang saat berada di dalam mobil, udara dingin dari AC bercampur dengan panasnya emosi yang masih bergejolak di dadanya. Tangannya sedikit gemetar saat meraih ponsel dari dashboard. Ia menatap layar, nama "My daughter's mother🤍" muncul di kontak panggilan cepat.
"Hallo, Nabila. Maaf saya baru bisa angkat telpon kamu."
"kamu selalu sibuk sama Kiara," kata Nabila diseberang sana dengan suara bergetar.
"Maaf,"
"Kamu egois banget ka, Azizi masuk rumah sakit, tapi kamu gak ada disamping dia..."
"Apa?!" kini malah Arshaka yang berbalik cemas. Ia langsung mematikan ponselnya. Dengan kesadaran penuh, ia berusaha mengeluarkan mobilnya dari parkiran. Dengan kecepatan tinggi ia melaju hingga akhirnya sampai pada pukul 2 malam membiarkan Kiara berada di hotel sendirian.
Arshaka membuka pintu kamar rumah sakit dengan tergesa-gesa mendapati Nabila yang masih setia menemani Azizi yang terbaring dengan selang-selang perawatan.
Terlihat dari sorot mata Nabila bahwa ia tidak tidur semalaman untuk menemani putrinya.
"Gimana keadaan Zizi? Dia baik-baik saja kan?"
Nabila menggeleng. "Badannya masih panas tinggi, ka. Dan kamu gak ada saat dia butuh kamu!" katanya dengan sedikit emosi tertahan.
Arshaka mendekat ke arah Nabila, membawanya ke pelukannya. Tangis wanita itu pecah seketika. Ia memukul pelan tubuh lelaki yang masih setia memeluknya itu, "Kamu berengsek banget ka, dari dulu sampai sekarang kamu gak pernah berubah! Selalu Kiara!"
"Maaf..."
"Dan kamu juga gak punya kata-kata lain selain maaf,"
"saya cuma bisa bilang itu," Arshaka menangkup pipi Nabila. "Dan asal kamu tahu, meskipun saya berengsek, dari dulu sampai sekarang perasaan saya masih sama, saya masih mencintai kamu, Nabila!"
"I don't want to hear your bullshit,"
"I love you, Infinity Nabila!" Arshaka lalu mendekatkan wajahnya pada Nabila membawa gadis itu dalam ciuman panas. Nabila terkejut tidak membalas, namun perlahan-lahan ciuman itu seakan menuntutnya untuk membalas. Perlahan Arshaka membawa tubuh Nabila menghimpit pada dinding dengan tautan yang enggan dilepas.
Di sudut ruangan yang temaram, dinding menjadi saksi bisu ketika Arshaka menahan tubuhnya, memerangkapnya dalam lingkaran yang tak memberi ruang untuk melarikan diri. "Kamu tahu," bisiknya di sela-sela ciuman yang belum terputus, "Saya selalu mencintai kamu, dulu, sekarang, dan selamanya!"
Wanita itu hanya bisa terdiam, terjebak dalam pusaran intensitas yang diberikan lelaki itu. Namun, alih-alih melawan, dia menyerah. Tangannya mencengkeram pakaian Arshaka, menariknya lebih dekat, seolah jarak di antara mereka masih terlalu jauh.
Tangan Arshaka bergerak dengan kepastian, menyapu lembut namun tegas di sepanjang tubuh wanita itu, membuatnya kehilangan keseimbangan.
Sebuah desahan terlepas dari bibir wanita itu saat tubuhnya semakin lemah dalam dekapannya. Dia tidak melawan. Sebaliknya, tangannya bergerak, menarik kerah Arshaka dengan cengkeraman kuat, mempererat jarak yang nyaris tak ada.
"Shaka..." panggilnya lirih, suara itu nyaris seperti permohonan, namun juga penuh dengan keterpaksaan menyerah.
"Come play a little, babe!" Arshaka melepaskan kacamata, meletakkannya diatas nakas. Lelaki itu lalu membawa wanitanya keatas sofa yang berbelakangan dengan ranjang Azizi.
Lelaki itu berada diatas Nabila dengan tatapan bergairah. Dengan cepat ia kembali mencium bibir Nabila, tangannya tak tinggal diam, ia menyusuri tubuh wanitanya hingga bermain pada dada wanita itu.
"I love you, answer me, babe!" katanya sekali lagi disela-sela ciuman mereka.
- - - - -
Harus banget gue ngulang ni cerita. Maaf² aja kalo kurang bagus soalnya yg pertama kehapus jadi seadanya aja ya inipun di bantu chatgpt🥲
KAMU SEDANG MEMBACA
(LC) : LOVEHOLIC
Romance"Gak usah nakal. Kamu mahasiswa bimbingan saya, dan saya dosen kamu. Behave yourself." "Maaf sir, saya gak sengaja kirim pap begituan. Saya cuma dapet dare dari temen saya. kalau gak percaya tanya aja ke mereka!" Berawal dari insiden Dare dari Zamor...