19-Kenangan kelam Alvin

2 2 0
                                    

Brakk!
  "Bangun!" Teriak Sinta kesal.
Alvin yang mendengar itu pun segera bangun dan kembali mencatat pelajaran pada bukunya.
  "Kamu ini bukan nya nulis, malah enak-enakan tidur. BERDIRI!" Titah Sinta berteriak.
Dengan pasrah, Alvin pun bangkit dari duduknya. Kevin dan Novia duduk dengan ketakutan.
  "Lihat Kevin dan Novia. Mereka Rajin! Kamu jadi Anak jangan cuman malas-malasan aja! Sini Tangan nya!" Teriak Sinta.
Dengan takut, Alvin menunjukkan tangan kiri nya yang memiliki jahitan kecil. Itu adalah luka jahitan bekas Sinta menghukum nya kemarin dengan hanger. Benar saja, Sinta lagi-lagi membawa hanger dan tanpa belas kasihan langsung memukulkannya pada tangan Alvin. Alvin menutup matanya menahan nyeri pada tangan nya.

🖇️

  "Bang Alvin gak kenapa-napa, kan?" Tanya Novia yang melihat Alvin sedang duduk termenung.
Alvin menatap tangan kiri nya yang penuh luka. Di tambah lagi dengan luka hari ini. Ibunya sengaja melukai tangan kiri nya saja agar Alvin tetap bisa menulis dengan tangan kanan nya.
  "Nggak kok, cuma sakit dikit aja" dusta Alvin.
Kevin menatap tangan Alvin dengan sedih. Ia tak tega melihat kakak nya itu sering kena pukul oleh ibunya sendiri. Alvin pun menatap Kevin dan Novia sembari tersenyum.
  "Yuk ah, kita main lagi. Mumpung ada waktu buat istirahat" ajak Alvin.
Kevin dan Novia pun hanya bisa mengangguk setuju dengan ajakan Alvin untuk bermain.

🖇️

Alvin berlari menuju ke rumah nya dengan tergesa-gesa. Saat masuk, ia melihat Sinta yang sudah menatapnya dengan tajam, Vino yang hanya bisa diam dan Kevin yang badannya penuh luka lebam.
  "Alvin, kamu dari mana saja?" Tanya Sinta.
Alvin pun menunduk diam.
  "Mama dengar dari teman kamu, kalo kamu pergi ke Warnet?" Tanya lagi Sinta dengan nada menekankan.
Alvin masih diam tak menjawab karena takut. Tiba-tiba saja Sinta melemparkan piring kaca ke depan kaki Alvin. Piring itu seketika pecah dan beberapa pecahan yang terbang mengenai kaki dan juga tangan Alvin.
  "Alvin! Kamu liat adik kamu, dia dipukulin! Kamu sebagai kakaknya ke mana aja?! Hah?! Kan udah Mama bilang, KAMU sebagai kakak tuh, harus ngelindungi adik kamu! Lah, kamu?! Malah pergi ke Warnet!" Teriak Sinta penuh emosi.
Sinta yang kesal pun menampar pipi Alvin dengan keras. Ia pun memukulinya. Vino yang melihat hal itu pun segera menahan Sinta agar tidak berlebihan. Alvin juga hanya bisa diam tak melawan.

🖇️

Alvin menatap wajah nya yang berlebam pada cermin kamar mandi nya. Alvin pun mengepalkan tangannya kesal.
  "AH! ANJ*NG!" teriak Alvin kesal.
Untung saja kamar mandi itu berada dalam kamarnya, jadi tidak bisa di dengar oleh siapapun jika ia berteriak. Alvin yang kesal memukul-mukul keramik atas wastafel beberapa kali.
  "Padahal itu bukan salah gua!" Teriak lagi Alvin.
Alvin menundukkan pandangan nya. Tetes demi tetes cairan bening keluar dari kelopak matanya. Nafasnya terdengar sesak.
Padahal saat itu, umur nya baru menginjak usia 12 tahun. Masih anak-anak. Tapi kenapa dia harus menerima kekerasan seperti itu. Ia pun keluar dari kamar mandi nya dan duduk di kursi belajar nya.
Tok! Tok! Tok!
  "Alvin!" Panggil Vino.
  "Iya pa" jawab Alvin yang mendengar panggilan dari papanya.
  "Nanti sore siap-siap ya, kita ada pesta ulang tahun di rumah Novia. Kamu ingat kan?" Tanya Vino.
  "Iya pa!" Jawab lagi Alvin.
Jujur, ia merasa tidak ingin pergi. Tapi ia harus bagaimana? Alvin kembali mengepalkan tangannya.

ALVIN MAHENDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang