BAB 9 - TAYRON

1.9K 195 107
                                        

UPDATE!!!

Ayo semua merapat! Siapa yang udah nunggu chapter ini? mana suaranya?

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,

DyahUtamixx

Jangan lupa berikan tip sebagai bentuk apresiasi kalian pada Luna Beasty dan supaya aku dapat terus bersemangat^^

Kalian bisa berikan tip lewat trakteer (@ dyah-utami2) atau lewat Karyakarsaku (@ DyahUtami25)😄😄

Kalian bisa berikan tip lewat trakteer (@ dyah-utami2) atau lewat Karyakarsaku (@ DyahUtami25)😄😄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa menurutmu ... leluhur keluarga ibuku merupakan bagian dari Khthon?" Sejenak hanya ada keheningan diantara keduanya setelah Luna mengajukan pertanyaan tersebut, kecuali suara gemericik air yang berasal dari air mancur. Baik dirinya maupun Alkrevas sama-sama terdiam dan memikirkan akan kemungkinan tersebut. Angin sore berhembus dengan cukup kencang, menerpa keduanya dan pepohonan di sekitar mereka. Luna menyelipkan rambut yang bergerak tertiup angin ke balik telinga seraya melirik ke arah Alkrevas melalui sudut mata. Dia menghela pelan, kemudian menyenderkan kepala di lengan Alkrevas. 

Matanya menatap langit yang mulai menggelap, kemudian memejamkan kedua mata dan bergumam pelan, "jangan dipikirkan. itu hanya pikiran asalku saja." kemudian dia menegakkan tubuh dan menoleh ke arah Alkrevas yang masih memperhatikan air mancur dengan manik cokelat pria itu yang begitu tajam. Dia mengangkat tangan dan menyentuh pipi Alkrevas dengan jari telunjuk, membuat pria itu merespon dengan mengerjapkan mata seraya menoleh ke arah dirinya. Luna tersenyum manis, membuat ekspresi kaku yang Alkrevas tunjukkan seketika meluntur dan tergantikan dengan seringai kecil yang dahulu kala sukses membuat dirinya jengkel bukan main. "Alk, kau tahu tidak ... saat aku masih remaja, aku sering duduk sendiri disini dan meratapi kehidupanku."

Dahi Alkrevas mengerut dalam, dari sorot mata yang ditunjukkan, pria itu mengetahui alasan mengapa dirinya duduk sendirian disini. "Kau melihat sendiri dari memoriku, bukan? Namun setelah kupikirkan kembali, masa laluku-lah yang membentuk diriku sekarang." Luna terkikik geli dan menunjuk ke salah satu area di seberang danau. "Dulu ... disana terdapat sebuah gazebo sederhana dan dikelilingi dengan semak bunga. aku tidak tahu mengapa sekarang gazebo itu dihancurkan." Luna menatap Alkrevas dan mengakhiri kalimatnya dengan satu kalimat yang penuh akan nada geli, "dan kau tahu, aku selalu membayangkan suatu saat nanti bisa duduk di gazebo itu bersama pria yang kucintai, menikmati gemericik air hujan yang turun."

"Jika kau mau, kita bisa melakukannnya di taman pribadiku." Alkrevas bergumam pelan.

"Aw ... sejak kapan kau berubah romantis seperti ini, wahai Baginda Kaisar yang Agung?" Luna menyikut Alkrevas menggoda sambil terkekeh pelan, dan Alkrevas hanya memutar bola mata sebagai respon, kemudian pria itu kembali menatap kejauhan. Tiba-tiba Alkrevas tertegun dan mendongak ke arah langit. Luna mengawasi pria itu dengan penuh tanya, karena gerak gerik Alkrevas yang mencurigakan. Kemudian pria itu kembali menatap ke danau, kali ini diiringi dengan ekspresi kesakitan. "Alk? Kau tidak apa-apa?" Pria itu menggelengkan kepala singkat seraya menghapus ekspresi kesakitan yang menghiasi wajah, sebelum perlahan bangkit berdiri. Luna mengerjap terkejut dan hanya menatap dengan bingung ketika Alkrevas mengulurkan tangan ke arah dirinya. Tidak yakin dengan apa yang terjadi. Matanya bolak balik menatap wajah Alkrevas dan tangan pria itu. Bertanya-tanya akan alasan dari perubahan sikap Alkrevas yang begitu cepat.

Luna's BeastyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang