SD's ; 55

3.1K 291 10
                                    

Typo.

🐇⚘🐇

55.

oOo

Tegar terbatuk keras dengan tangan yang terus mengelus leher nya setelah lepas dari cekikan maut Damiro yang bisa membuat nya mati tadi, akhir nya diri nya bisa lepas dari amukan pria yang tengah di tahan kedua tangan nya oleh Damian dan Neron tsb.

Damiro tak bisa di anggap remeh, walau sudah tua tenang pria itu seperti anak muda saat mengcekik nya tadi. Bahkan leher Tegar bercap merah lima jari Damiro, dan satu lagi, wajah pria yang Damiro tatap dengan marah yang membara itu juga lebam dengan luka sobek di ujung bibir nya setelah mendapat tujuh hantaman tangan Damiro.

Damiro tersenyum miring kearah Tegar, walapun hati nya belum puas menghajar pria itu "Itu belum apa-apa dari yang kau lakukan pada keluargaku!" tunjuk Damiro pada Tegar

Neron merangkul erat tangan Damiro agar tak kembali lepas kendali.

Masalah nya ini adalah rumah sakit, yang jika ada keributan akan membuat pasien lain terganggu dan Papi nya pastu berujung di usir, biar ruang VVIP sekali pun. Kara saja sampai ketakutan dan menangis seguguhan di peluk Tasya

Tegar kembali berdiri dengan tegak sembari di papah oleh Nico di samping nya. Dia memegang bekas luka di ujung bibir nya lalu menatap sedikit darah yang tertempel di ibu jari nya

Ringisan kecil dari Tegar tadi berganti dengan tawa mengudara pria itu yang membuat mereka menatap kearah Tegar.

"Apa anda tidak mengaca tuan damiro terhormat ?" Tanya Tegar dengan keangkuhan yang hebat "Setelah membuat kedua putra ku mati, lalu membunuh semua menantu serta cucu-cucuku. Kau menyalahkan ku atas semua nya ?" lanjut nya dengan tawa Tegar yang kembali  terdenger, yang lain terdiam menyaksikan nya. Hanya Damiro yang sudah menatap marah dengan tangan terkepal di kedua sisi mya

"Mata, di balas mata. Nyawa di balas nyawa. Impas bukan ?" Tegar menatap yang lain seolah bertanya dengan ucapan nya tadi

"Bajingan sialan kamu!" Belum sempat Damiro maju mendekat kearah Tegar tubuh nya sudah di tahan oleh kedua pria muda itu

"Cukup, Pi!"

"Cukup, Pa!"

sahutan antara Nico dan Neron yang bersamaan di sertai tatapan tajam dua anak dari dua pria itu membuat atsmotfir di ruangan semakin dingin

"Apakah masalah tak bisa di selesaikan secara baik-baik dulu !?" tanya Jovanka memegang lengan suami nya

Damiro menggeleng "Ini bukan masalah biasa"

Setelah beberapa jam terlewat atas paksaan dari Jovanka dan Tasya yang menyuruh mereka untuk bicara dengan tenang karena mereka sedang di area rumah sakit, akhir nya Tegar dan Damiro mengalah walapun sempat ada adu mulut antara dua orang itu.

Kara juga di bawa pergi oleh Sakala yang baru datang tadi agar tak takut saat suara keras saling bersahutan nanti.

Setelah itu lah Tegar dan Damiro mencerita semua nya dengan jelas, hanya saja mereka berdua masih saja saling melempar tatapan sengit dan membunuh sesekali saat pandangan mereka bertemu.

PLAKK!

Tamparan keras mendarat di pipi Damiro sampai wajah pria itu tertoleh ke samping setelah mendapat tamparan maut dari sang istri yang tengah berdiri di hadapan nya. Neron hanya diam mengamati dua orang tua tampa mengeluarkan kata apa-apa pun

"Kamu gila!" Jovanka menujuk wajah Damiro yang sudah tertunduk dalam "Kenapa kamu tega membunuh putra, menantu bahkan cucu pria ini ?!" lanjut Jovanka dengan tujukan yang mengarah ke Tegar

seven Daddy'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang